vania natassia

Sejak kecil saya senang sekali mengajar. Saya senang jika harus pergi ke tempat yang jauh untuk bertemu anak-anak di perbatasan. Dulu saya pernah mengajar di pe...

Selengkapnya
Navigasi Web
Guru Muda Bernyali?

Guru Muda Bernyali?

Guru muda bernyali ?

Apalah wujud nyali saat kaki ini enggan untuk melangkah? Nyali yang selama ini menjadi modal utama sebuah keberanian untuk mengambil keputusan, kini tak lagi berani menampakan wujudnya. Nyali yang bagaimana yang dapat diandalkan ketika jiwa ini tidak berkutik saat melihat keadaan berubah menjadi tidak seperti yang diinginkan? Ternyata nyali ini begitu kerdil, kerdil seperti bonsai yang kecil, yang tidak dapat bertumbuh tinggi seperti pinus. Bisa saja bonsai itu kecil, namun apakah dapat diandalkan selain keindahannya? Keindahan yang hanya tampak di depan banyak orang, tapi sebenarnya kerdil wujudnya.

Lalu bagaimanakah dengan aku? Seorang guru yang hanya bermodalkan hati yang tulus untuk mengabdi tetapi tidak memiliki keberanian untuk pergi jauh ke pedalaman. Dan bagaimana nasibku kelak ketika aku berada jauh dari keluargaku sampai mungkin tak seorang pun yang aku kenal. Nyali ini begitu ciut, terlebih lagi saat aku tau akan hidup susah yang segera datang untuk menyambutku. Kesulitan itu mengintip dari kejauhan dan melambaikan tangannya dengan senyum lebar yang diiringi nuansa terisolir.

Hidup dalam kegelapan di malam hari karena tidak terhubung dengan listrik, yang hanya mengandalkan cahaya matahari sebagai penerang rumah dari pagi hingga terbenanmnya. Ketiadaan air bersih yang tidak memungkinkan untuk dikonsumsi meskipun hanya sekadar pelepas dahaga. Ditambah dengan jalur darat yang menjadi alternatif satu-satunya jalan yang hanya bisa ditempuh dengan dua kaki untuk melangkah .

“Mati aku” keluhku dalam hati. Sejenak aku berpikir, berpikir untuk mencari jalan lain yang lebih baik untuk masa depanku. Sayangnya, peribahasa itu berlaku. Peribahasa yang mengatakan “berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”.

Kini aku mulai menyadari sebuah prinsip, dimana akan ada hal besar yang diraih saat tangan ini mulai mengepal, hati ini mulai bertekad, dan otak ini berpikir ke depan. Akan tetapi sampai saat ini pun aku tidak mendapati nyali. Nyali seperti apakah yang harus aku miliki? Apakah nyali yang membabi buta dengan menerjang semua tantangan yang tampak dimatanya? Apakah nyali yang timbul tenggelam bak kapal selam? Apa seperti nyali orang yang berhati-hati dalam melangkah dengan banyak pertimbangan? Ah Tuhan, kenapa aku ini. hanya dengan satu kata saja pikiranku menjadi tidak tenang. Sepertinya aku mulai tergoyahkan dengan satu kata itu.

Tidak ada pikiran jernih yang bisa aku isyaratkan lewat raut wajahku ini. lambat laun wajah ini juga tidak enak lagi untuk dilihat, apalagi setelah menyadari kepura-puraan menjadi pemberani seperti pahlwan yang datang membawa senjata pamungkasnya padahal perang sudah berakhir. Bergunakah itu? Sampai-sampai tak seorang pun melirik, mungkin karena kepalsuan sempurna yang direkayasa akhirnya memunculkan kerapuhan dari dalamnya. Sebuah kelemahan yang sengaja ditutup dengan kelebihan yang dilebih-lebihkan.

Guru macam apakah aku ini? tanggung jawab besar sebentar lagi akan dibebankan di pundak ini, di pikiran ini, dibadan ini. Sanggupkah aku menopang semuanya? Lalu bagaimana ketika aku mulai lelah atau bahkan jenuh? Bisakah aku lari untuk sejenak menghindar dan tidak terlihat oleh mata-mata penagih tanggung jawab? Tak ku sangka ternyata semua itu bergantung pada nyaliku.

“Guru muda bernyali seperti kami?” Kami yang memberanikan diri untuk keluar dari zona nyaman. Kami yang sengaja pergi melalui sebuah program penjajakan yang dibuat pemerintah. Tidak ada imbalan yang berarti yang kami harapkan. Asalkan kami bisa berbagi entah apa itu. Hal itu yang menjadi kebanggaan tersendiri untuk kami. Terlebih lagi ketika kami mengetahui bahwa kehadiran kami sangat dinantikan oleh mereka, orang-orang yang merindukan tuntunan ilmu.

Orang-orang yang haus akan kasih sayang yang “meskipun”. Meskipun mereka tidak pandai, meskipun mereka berbeda, meskipun mereka lambat merespon, meskipun mereka hanya memiliki otot kuat, namun mereka tetap memiliki kelebihan, memiliki sebuah senyuman yang tulus. Sebuah senyuman yang sangat indah, sampai tidak dapat diabadikan dalam gambar apapun. Obat itulah yang menjadi alasan kami untuk tetap bertahan hingga saat ini.

Senyuman itu tidak dibuat-buat, keluar dengan sendirinya, dan mereka tidak perlu berpikir untuk melakukannya. Senyum itulah yang akhirnya menjadi sumbu nyali yang mulai dinyalakan lewat kehangatan hubungan, kedekatan, dan rasa saling menerima apaadanya. Sampai akhirnya nyali ini terus bertumbuh dan tidak lagi tergoyahkan dengan keadaan yang meskipun menghimpit bahkan sampai tidak ada ruang untuk bergerak.

Nyali. Masih kah kau bernyali saat mengetahui kesulitan yang akan menyiksamu? Mungkin. Ya atau tidak! Mungkin adalah jawaban bagi orang bermuka dua, orang yang nanti akan bingung untuk menentukan dirinya yang sebenarnya.

Kuatkanlah nyalimu! Kami sebenarnya bukan guru yang bernyali besar. Kami juga bukan guru yang mau hidup susah terus. Tetapi kami adalah guru yang ingin mengabdi dengan segala resiko yang akan terjadi. Meskipun nyali kami tidak sebesar lubang telinga ini, tetapi setidaknya kami mau mendengar. Kami mau mendengar seruan murid-murid yang mengharapkan akan datangnya guru ke tempat mereka yang jauh. Tempat yang sulit dijangkau. Bahkan peta pun tidak sampai sedetail itu menggambarkannya. Untuk itulah kami mau menerima sebuah panggilan hidup untuk berbagi. Dan saat ini kami sudah membuktikan nyali kami. kami berani dan kami siap. Dengan apapun tantangan, seperti apapun kesulitan dan seberat apapun cobaan. Kami siap!

~female_fighter~

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terus berjuang dan bernyali. Semangat!!!!

31 Aug
Balas

Terima kasih Bu Fitri Indrayani.. kini nyali itu mengahantarkanku ke tempat yang jauhhhh.... hehehe

31 Aug

Terima kasih Bu Fitri Indrayani.. kini nyali itu mengahantarkanku ke tempat yang jauhhhh.... hehehe

31 Aug

Terima kasih Bu Fitri Indrayani.. kini nyali itu mengahantarkanku ke tempat yang jauhhhh.... hehehe

01 Sep



search

New Post