Ferry Andika Eminarni

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Koneksi Antar Materi 3.3. Pengelolaan Program Yang Berdampak Positif Pada Murid
Koneksi Antar Materi 3.3. Pengelolaan Program Yang Berdampak Positif Pada Murid

Koneksi Antar Materi 3.3. Pengelolaan Program Yang Berdampak Positif Pada Murid

KONEKSI ANTAR MATERI

MODUL3.3.

PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK POSITIF PADA MURID

Oleh :

Ferry Andika Eminarni, S.Pd.

CGP Angkatan 7

SMP Negeri 2 Bringin Kab. Semarang

A. Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar

1. Pengalaman/materi pembelajaran yang baru saja diperoleh

Materi di dalam modul 3.3. Pengelolaan program yang berdampak pada murid adalah materi yang menarik. Dalam modul ini, banyak hal yang dapat dipelajari. Dalam mengelola dan menyusun program di sekolah baik intrakurikuler, ko-kurikuler maupun ekstrakurikuler, hal utama yang diperhatikan adalah murid haruslah menjadi dasar bagi semua pengambilan keputusan yang dibuat di sekolah.

Kepemimpinan murid berarti murid bertindak secara aktif dan membuat keputusan serta pilihan yang bertanggung jawab daripada hanya sekedar menerima apa yang ditentukan oleh orang lain. Ketika murid berperan aktif dalam pembelajarannya sendiri, murid cenderung menunjukkan motivasi yang lebih besar untuk belajar dan mampu menentukan belajar nya sendiri. Melalui proses inilah, murid secara alami mempelajari ketrampilan belajar ( belajar bagaimana belajar). Keterampilan seperti ini adalah keterampilan sepanjang hidup bukan hanya sesaat saja.

Ketika murid menjadi pemimpin dalam proses pembelajarannya sendiri ( saat memiliki agency) maka murid sebenarnya memiliki suara ( voice), pilihan (choice) dan kepemilikan (ownership) dalam proses pembelajaran mereka. Melalui ketiga aspek itulah murid kemudian mengembangkan kapasitas dirinya menjadi seorang pemilik bagi proses belajarnya sendiri.

Untuk menjadikan murid sebagai pemimpin bagi proses pembelajarannya sendiri, maka perlu diberikan ruang atau kesempatan untuk mengembangkan kapasitasnya dalam mengelola pembelajarannya sendiri sehingga potensi kepemimpinannya berkembang dengan baik atau disebut dengan istilah student agency/ kepemimpinan murid. Dari sinilah, saya sadar bahwa saya sebagai guru memiliki peran untuk mendampingi murid dalam mengembangkan potensi kemampuannya dan harus mampu mengurangi kontrol terhadap murid. Tugas saya sebagai guru hanya menyediakan lingkungan yang menumbuh kembangkan budaya dimana murid memiliki suara, pilihan dan kepemimpinan. Upaya dalam mengembangkan student agency memberi kesempatan pada murid untuk mengembangkan profil positif dalam dirinya yang diharapkan dapat mewujudkan profil pelajar Pancasila.

Kepemimpinan murid akan tumbuh jika sekolah mampu menyediakan lingkungan yang cocok. Lingkungan dimana guru, sekolah orang tua dan komunitas secara sadar mengembangkan wellbeing atau kesejahteraan diri pada murid -muridnya secara optimal. Lingkungan tersebut memiliki karakteristik :

a. Lingkungan yang menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola pikir positif dan merasakan emosi yang positif.

b. Lingkungan yang mengembangkan keterampilan berinteraksi social secara positif , arif dna bijaksana.

c. Lingkungan yang melatih keterampilan yang dibutuhkan murid dalam proses pencapaian tujuan akademik dan non akademiknya.

d. Lingkungan yang melatih murid untuk menerima dan memahami kekuatan diri, sesama serta masyarakat dan lingkungan sekitar.

e. Lingkungan yang membuka wawasan murid agar dapat menentukan dan menindaklanjuti tujuan, harapan atau mimpi yang manfaat dan kebaikannya melampaui pemenuhan kepentingan individu, kelompok nmaupun golongan.

f. Lingkungan yang menempatkan murid sedemikian rupa sehingga terlibat aktif dalam proses belajarnya sendiri.

g. Lingkungan yang menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh murid untuk terus bangkit di tengah kesempitan dan kesulitan.

2. Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar

Emosi yang saya rasakan terkait pengalaman belajar di modul 3.3. Pengelolaan program yang berdampak pada murid ini, saya merasa senang dan penasaran serta tertantang. Hal tersebut karena di modul ini saya dapat belajar tentang bagaimana membuat dan mengelola program yang berdampak positif bagi murid (melibatkan aspek voice, choice dan awnership murid). Saya senang dapat berdiskusi dengan fasilitator maupun CGP lain, berkolaborasi dan mendapat ilmu baru, sudut pandang baru yang memperkaya pengetahuan saya. Setelah mempelajari modul ini, saya tertantang untuk melaksanakan program yang berdampak pada murid di kelas maupun sekolah. Disamping semua hal diatas, saya merasa agak sedih karena sudah ditahap akhir modul, yang itu berarti Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 7 akan segera berakhir.

3. Apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar

Dalam proses mempelajari modul ini, saya mengikuti alur MERDEKA dalam LMS dengan baik dan selalu bersemangat. Mempelajari Eksplorasi Konsep dengan seksama, aktif berdiskusi di dalam Ruang Kolaborasi maupun dalam Elaborasi Pemahaman. Dan berusaha tepat waktu dalam mengumpulkan tugas. Dalam penerapannya di sekolah, saat dan setelah mempelajari modul ini, saya lebih banyak melibatkan aspek suara, pilihan dan kepemilikan murid, bukan hanya ketika membuat program tetapi dalam kehidupan sehari – hari kami di sekolah. Selalu mengupayakan untuk mendorong student agency di sekolah.

4. Apa yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar

Hal yang senantiasa harus diperbaiki adalah konsistensi. Tidak dipungkiri terkadang ketika sedang mempelajari sebuah materi, kita bersemangat untuk mengaplikasikan. Tetapi ketika sudah berlangsung lama, semangat menurun dan akhirnya tidak konsisten dalam aplikasinya. Jadi, semoga saya tetap bisa konsisten dalam melaksanakan pengembangan student agency di sekolah kami tercinta.

5. Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi

Setelah mempelajari modul 3.3. ini, saya memiliki sudut pandang baru terhadap murid. Murid adalah MITRA, murid bukanlah objek. Murid harus diberikan ruang untuk dapat dapat menentukan proses belajarnya sendiri, diberi kesempatan untuk mewujudkan pilihan dan suara mereka, sehingga mereka lebih bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran mereka dan mewujudkan keterlibatan yang lebih besar pada proses belajarnya.

B. Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP

1. Memunculkan pertanyaan kritis yang berhubungan dengan konsep materi dan menggalinya lebih jauh

Setelah mempelajari modul 3.3. ini, ada beberapa pertanyaan yang muncul dalam benak saya, yaitu :

a. Bagaimana mempromosikan aspek suara, pilihan dan kepemilikan murid pada progam – program di sekolah ?

b. Bagaimana upaya melibatkan suara, pilihan dan kepemilikan murid di awal pembuatan program sekolah yang terencana ?

c. Bagaimana upaya untuk terus mewujudkan Tri Sentra Pendidikan ?

2. Mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan (wawasan) baru

a. Pengelolaan program yang berdampak positif pada murid ( intrakurikuler, ko-kurikuler dan ekstraurikuler) harus mempertimbang murid sebagai dasar utama.

b. Dalam student agency, hubungan yang terjalin dengan murid adalah hubungan yang bersifat kemitraan.

c. Dalam student agency, muri memiliki voice ( suara), choice (pilihan) dan ownership (kepemilikan).

d. Upaya menumbuhkembangkan kepemimpinan murid akan menyediakan kesempatan bagi murid untuk mengembangkan profil positif dirinya, yang kemudian diharapkan dapat mewujud sebagai pengejawantahan profil pelajar Pancasila dalam dirinya.

e. Student agency tumbuh jika sekolah mmapu menyediakan lingkungan yang mendukung. Semua komunitas secara SADAR mengembangkan wellbeing murid secara optimal.

Dari rangkuman tersebut, pada intinya, pengelolaan program yang berdampak pada murid harus melibatkan murid mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi dan refleksi. Sekolah mampu menyediakan lingkungan yang mendorong student agency ( secara sadar dan direncanakan). Dengan begitu, student agency terwujud, murid akan belajar bagaimana belajar dan denan demikian diharapkan dapat mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

3. Menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP (baik tingkat sekolah maupun daerah)

Tantangan yang muncul adalah bagaimana untuk memulai mensosialisasikan student agency dalam upaya pengelolaan program yang berdampak positif pada murid pada warga sekolah. Hal ini dikarenakan masih banyak guru yang belum memahami konsep pelibatan murid ( suara, pilihan dan kepemilikan) murid pada program -program sekolah.

4. Memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi

Alternatif solusi untuk mengatasi tantangan tersebut adalah melalukan upaya berikut ini :

a. Berdiskusi dengan Kepala Sekolah selaku pemangku pementingan di sekolah untuk mendiskusikan pemahaman tentang pengeloaan program yang berdampak positif pada murid

b. Setelah itu, merencanakan untuk melakukan kegiatan sosialisasi atau workshop atau sesi berbagi terkait pengeloaan program yang berdampak positif bagi murid dalam mengembangkan student agency.

C. Membuat keterhubungan / REFLEKSI

1. Pengalaman masa lalu

Selama ini program di sekolah belum sepenuhnya melibatkan murid dalam tahap perencanaan , pelaksanaan maupun evaluasinya. Sebenarnya ada celah -celah yang bisa melibatkan murid tetapi mungkin masih belum terlaksana dengan maksimal. Dalam pembelajaran, guru sering membuat program sesuai dengan ide atau gagasannya sendiri, walaupun tetap memperhatikan kepentingan murid tetapi aspek suara dan pilihan belum sepenuhnya terakomodir. Sehingga rasa kepemilikan kurang muncul dari murid.

2. Penerapan di masa mendatang

Setelah mempelajari modul 3.3. ini, saya akan berupaya menerapkan materi dan ilmu yang sudah saya peroleh di kelas maupun di sekolah saya. Saya akan berupaya mengakomodir aspek suara, pilihan dan kepemilikan murid. Saya akan mensosialisasikan materi ini pada Kepala Sekolah dan Rekan sejawat.

3. Konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari

Modul 1.1., KHD menyatakan bahwa mendidik dan mengajar adalah proses memanusiakan manusia, sehingga harus memerdekakan manusia dan segala aspek kehidupan baik secara fisik, mental, jasmani dan rohani. Berlandaskan hal tersebut, maka sekolajh harus mampu mengelola kegiatan atau program (intrakurikuler, ko-kurikuler dan ekstrakurikuler) agar dapat berdampak positif pada murid. Sekolah harus mampu memberikan ruang pada suara, pilihan dan kepemilikan murid dalam program -program yang dilaksanakan.

Modul 1.2, untuk mewujudkannya, guru harus memiliki nilai -nilai guru penggerak, yaitu Berpihak pada murid, reflektif, mandiri, kolaboratif, dan inovatif. Dengan memiliki nilai tersebut, guru dapat turun berperan mewujudkan kepemimpinan murid sehingga program yang berdampak positif pada murid dapat terwujud.

Modul 1.3, dalam menyusun program -program tersebut, guru atau sekolah harus memiliki visi yang jelas. Profil Pelajar Pancasila melalui pengoptimalan student agency akan terwujud manakala seorang guru memiliki visi untuk dapat menciptakan perubahan ke arah yang lebih baik untuk sekolah. Guru harus mampu membuat sebuah Prakarsa perubahan melalui program-program yang berdampak positif pada murid. Prakarsa perubahan dilakukan dengan menerapkan alur BAGJA.

Modul 1.4, menerapkan disiplin positif di sekolah atau di kelas adalah salah satu wujud pemerapan program yang berdampak positif ppada murid. Murid yang sudah terbiasa dalam mewujudkan disiplin positif, yang dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan, maka murid akan terbiasa memiliki motivasi internal, murid berupaya mengntrol dirinya sendiri untuk bersuara, menentukan pilihan hingga tumbuh rasa kepemilikan.

Modul 2.1, salah satu penerapan pengelolaan program yang berdampak positif pada murid adalah dengan menerapkan Pembelajaran Berdiferensiasi. Penerapan ini, diawali dengan identifikasi kebutuhan belajar murid, meminta pendapat murid untuk kegiatan pembelajaran yang disukai, dan guru juga melibatkan murid dalam proses maupun refleksi pembelajaran. Pembelajaran berdiferensiasi adalah langkah konkrit guru dalam mengelola program keberpihakan positif pada murid.

Modul 2.2., dalam Pembelajaran Sosial Emosional, murid juga dilatih untuk mengembangkan Kompetensi Sosial Emosional seperti kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Dengan menerapkan KSE, akan menunjang dalam mengelola program yang berdampak positif pada murid. Untuk mendukung program yang berdampak pada murid, sekolah menyediakan lingkungan yang mendukung, dimana komunitas secara sadar saling mendukung ( menjadi mitra) dalam mengembangkan kesejahteraan diri murid secara optimal ( wellbeing).

Modul 2.3., di dalam modul coaching untuk supervisi akademik ini, dipelajari tentang coaching. Dalam mendukung pegelolaan program yang berdampak positif pada murid, guru dapat menggunakan ketrampilan coaching dengan menggunakan alur TIRTA yang dapat diterapkan pada rekan kerja maupun murid sebagai coachee. Melalui coaching, dapat membantu melihat peluang baru di masa depan. Prinsip kemitraan juga kental diterapkan, sama halnya dalam pengerapan program yang berdampak positif pada murid, sekolah dan murid adalah mitra.

Modul 3.1., dalam memberikan ruang untuk aspek suara, pilihan dan kepemilikan murid, sering dihadapkan dengan pilihan -pilihan yang dilematis. Pilihan yang sama -sama benar namun saling bertentangan. Maka dari itu, diperlukan kemampuan guru dalam pengambilan keputusan berbasis nilai – nilai kebajikan. Yang mempertimbangkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan.

Modul 3.2., Untuk membuat sebuah program, diperlukan asset atau sumber daya dalam pengelolaannya. Maka dari itu, guru beserta seluruh ekosistem sekolah termasuk murid harus mampu mengidentifikasi asset yang dimiliki sekolah dan harus mampu memiliki asset based thinking, sehingga terus melihat potensi yang dimiliki untuk dijadikan kekuatan dan insprirasi untuk membuat sebuah program.

4. Informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP.

Dalam https://www.oecd.org/education/2030-project/teaching-and learning/learning/student-agency/Student_Agency_for_2030_concept_note.pdf, disebutkan bahwa “ When students are agents in their learning, they are more likely to have “learned how to learn” -an invaluable skill that they can use throughout their lives.” ( Ketika murid adalah pemimpin dalam pembelajarannya sendiri, mereka kemungkinan besar memiliki ketrampilan “belajar bagaimana belajar” sebuah ketrampilan yang sangat berharga yang dapat digunakan sepanjang hidup mereka).

Perspektif tentang Program yang Berdampak Positif pada Murid

Sebuah program akan berdampak positif pada murid ketika sekolah mampu menjadikan murid menjadi mitra. Ketika sekolah mampu mengediakan lingkungan yang secara sengaja disetting untuk mendukung sehingga student agency dapat tumbuh optimal yang merupaka ciri dari program yang berdampak positif pada murid berhasil terlaksana. Pada hakikatnya murid memiliki kemampuan dan kapasitas untuk mengambil peran dalam proses belajar mereka sendiri. Komunitas -komunitas disekeliling murid juga harus mampu mendukung dalam mendorong tumbuhnya berbagai sikap dan ketrampilan penting dalam diri murid. Pengelolaan program yang berdampak positif pada murid yang optimal, akan dapat membantu murid tumbuh menjadi agen perubahan yang dapat memberi kontribusi yang berarti terhadap diri sendiri, orang lain dan masrayakat lingkungan sekitar.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post