Hujan Dan Air Mata Bayi (Tantangan Hari Pertama)
#(Tantangan Hari Pertama) (1) Tulisan ke-4
Cerpen :Hujan Dan Air Mata Bayi #Part 4
Oleh :Veni Kumala
****
Siang yang terik, awan kelabupun enggan menampakkan diri. Sepertinya terik mulai bersahabat denganku dan bayiku. Terik ini berbeda dengan terik empat puluh delapan menit lalu. Tak ada gerah sedikitpun. Ku lirik angkasa, mentaripun tersenyum sumringah menyapaku. Dan bayiku membalas dengan lambaian tangan mungilnya. Soalah berkata “hujan kok gak mau datang lagi ya mentari?”. Dua hari, dua malam tanpa hujan, sedang aku rindu dan menunggu.
Aku masih menunggu. Laksana kasih terpisah jarak jutaan kilo meter. Tak saling tatap dan bercengkrama. Begitupun aku. Menunggu dawai hujan kembali menghampiriku. bagai berjalan digurun sahara nan panas. Dahaga menyapa, tapi tak ku temukan air walau setetes. Begitulah gambaran rinduku akan deraan air yang menyeka panas, hujan.
Sepertinya hujan sedang menguji setiaku. Berkali- kali aku menunggu, namun semu yang kutemu. Aku masih disini, duduk termenung dibawah jendela kamarku. menanti rinai hujan turun tepat didepan mataku. Tiba- tiba terdengar suara lengikan bayiku dari ruang keluarga. Secepat kilat aku melesat menghampirinya. Oh…. Ternyata dia sedang rebutan kue lumpur yang tinggal sepotong dengan kakaknya. Aku memang tidak pernah membuat kue dengan jumlah yang bayak. Takut mubadzir jika tidak dihabiskan, selain itu ya tentu alasannya adalah berhemat. lumayankan, jika setiap bulan uang dapur ada sisanya. Bisa aku tabung buat keperluan lain, pikirku. Dimusim pandemi begini, kita harus extra berhemat. apalagi resesi akan mengancam bumi pertiwi. Berita ini ku peroleh dari salah satu stasiun televisi yang ku lihat pagi tadi. Semoga berita itu tidak benar- benar terjadi, doaku dalam hati.
Ku lerai keributan yang terjadi diantara dua buah hatiku. Aku selalu berusaha bersikap bijak terhadap kakak. Walaupun dia lebih besar, bukan berarti kakak harus selalu disuruh mengalah. Toh, kakak tetaplah seorang anak yang haus akan perhatian dari kedua orang tuanya. Sampai kapanpun itu. Aku tak ingin menorehkan goresan luka dihatinya. Hanya karena seorang anak yang terlahir lebih dahulu, lalu di panggil kakak. Lantas kita mengabaikan hakikat anak yang terdapat dalam jiwa seorang kakak!. Ini bukan hal sepele menurutku. Namanya luka tetaplah menyisahkan bekas dikemudian hari. Dan ini sesuatu yang tidak aku inginkan terjadi.
Ku ambil sepotong kue lumpur yang mereka perebutkan, lalu kubagi rata pada mereka. Dengan lahap mereka menyantapnya. Bahagia sekali rasanya. Bahkan kebahagianku tak dapat kulukiskan dengan kata- kata. Hanya syukur yang selalu mengudara pada Sang Maha Pencipta.
Kala mentari mulai beranjak meninggalkan singgasananya. Segurat kelabu menjelma menjadi pekat. Beberapa anak kecil menggunakan busana muslim lengkap berlarian menuju sumber suara. Allahu Akbar……Allahu Akbar…. Merdu terdengar suara muadzin yang berkumandang. Bergegas ku menghidupkan lampion bagian luar rumah, karena remang tak selalu memberi keindahan. Kala tak ada cahaya menyinari gulitanya malam. Seperti itu pula dengan hati setiap insan. Tanpa iman dan islam reduplah kehidupan.
Bun…. Aku ingin ikut berjama’ah ke masjid ya bersama buya, bolehkan!, izinnya padaku. Namun lebih pada izin yang mengharuskan. Tak ada alasan untuk tidak mengizinkannya. Selepas kepergian buya dan kakak. Aku dan bayikupun bersiap menunaikan shalat 3 raka’at.
Meski hujan tak lagi datang, dan bayiku tak mengeluarkan bulir bening dari sudut matanya. Aku tetaplah berbahagia. Karena bahagia itu sederhana. Melihat keakraban diantara kedua buah hatiku adalah bahagia yang teramat istimewa.
#Jember, 5 Oktober 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen puisinya, Bunda. Sukses selalu. Salam literasi
Terimaksih banyak pak. Mohon bimbingannya
Keren bu, semangat berliterasi....
Terimaksih bu. Salam kenal nggih
Akhirnya tertantang juga yaaa.....semangat mbak ven...
. Tantangannya lebih pada si kakak mbk. Dia mah semangatnya selalu menggebu-gebu. Masak emaknya kalah
Mantap ibu sukses selalu
Amin. Begitu pula dengan ibu ya
Terus berkarya Mba Veni...salam literasi & salam kenal
Salam kenal juga ibu Nur Indriyati.Sudah saya follow ibu. Mohon bimbingannya ya
Sudah saya follow, follow balik ya