Bertemu kembali dengan bulan puasa
Bertemu kembali dengan bulan puasa
Penulis : Ibu Vera
Alhamdulillah masih bertemu dengan Ramadhan 1443 H.
Ramadhan pertama tanpa ibuku yang biasanya selalu telpon untuk membangunkan sahur kami sekeluarga.
Kami sekeluarga beserta cucu-cucu beliau telah mengirimkan makanan berupa doa yang kami bacakan di depan pusara beliau.
Tidak ada lagi suara telpon berdering-dering yang mengingatkan keluarga kami untuk selalu bangun sahur tepat waktu.
Demikian pula dengan si cantik Nazwa yang selalu rajin puasa sunah, apalagi puasa wajib. Dia adalah contoh bagi kami sekeluarga dalam hal kekuatan berpuasa.
Ibu selalu bilang bahwa perut si kakak type cekung jadi kuat menahan lapar. Tapi menurut saya bukan karena bentuk perutnya melainkan karena keyakinan yang sudah tertanam bertahun-tahun bahwa puasa sunah sangat baik untuk dilakukan, apalagi saat ini si kakak harus puasa sunah di hari kamis di pondok pesantren.
Ramadhan tahun ini adalah puasa wajib pertama yang dia jalankan tanpa orang tua, tanpa nenek yang selalu memuji kerajinan dia dalam hal ibadah puasa.
Tetap berbahagia ya ma meskipun kita sudah berbeda dunia. Jangan khawatir atas makanan doa yang dirimu butuhkan, kami selalu mengirimkannya setiap selesai sholat lima waktu. Semoga tempatmu di alam sana penuh kebahagiaan bersama orang-orang sholeh.
Untuk si cantik Nazwa ibu yakin dia tambah semangat menjalankan puasa di pondok pesantren. Suasana kental dengan ritual ibadah adalah nikmat tersendiri yang bisa kita rasakan di tempat yang kondusif untuk beribadah. Semoga tidak ada rasa lelah dan letih meskipun dirimu belum liburan dan masih belajar dan menghafal seperti biasa. Semoga dengan semakin sibuknya dirimu maka puasa tidak terasa tahu-tahu sudah magrib saja.
Ibu di sini sedang mendidik si bungsu Habibie yang baru kelas 1 SD untuk mulai puasa full satu hari. Banyak sekali permintaannya jika dia berhasil puasa sampai magrib. Minta dibelikan mobilan hotwil lah, minta upah sehari seratus ribu lah dan berbagai syarat yang dia ajukan.
Setelah dijelaskan bahwa ibu tidak punya uang segitu banyak dan hanya mampu memberi reward sepuluh ribu per hari, akhirnya dia setuju dan uang hasil reward itu nanti akan dia belikan mobil hotwil katanya.
Tidak mengapa jika motivasi Habibie masih sebatas puasa karena ingin mendapatkan mainan favoritnya. Nanti ketika dia sudah dewasa, dia juga akan faham bahwa kita beribadah bukan untuk mencari upah melainkan untuk mencari pahala.
Ditulis setelah melakukan persiapan ibadah puasa 1443 H.
Dari hamba Allah yang sedang bahagia karena bertemu kembali dengan bulan puasa.
Ibu Vera
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar