Verawati

Verawati, lahir di Bekasi pada tanggal 25 Desember 1977 adalah salah seorang guru Akuntansi di Kabupaten Bekasi yang tidak hanya aktif dalam membina murid-murid...

Selengkapnya
Navigasi Web
Cerita Dari MAN Insan Cendekia

Cerita Dari MAN Insan Cendekia

Oleh: Bu Vera

Melihat proses lomba Nazwa secara langsung di MAN Insan Cendekia sungguh menegangkan.

Saya pikir awalnya proses hari ini tinggal ambil piala saja. Tapi ternyata dia masih harus bertanding melawan sekolah lain yakni Al Azhar dan sekolah dari Jakarta.

Soal demi soal dilemparkan dengan menggunakan pengeras suara dan hati saya berdegup kencang khawatir Nazwa hanya diam seribu bahasa.

Saat kami keluarga masuk menjadi supporter saja, dia sudah histeris dan menutup mata.

Mungkin karena dia grogi atau apalah namanya.

Tapi saya sudah berjanji kepada Allah untuk tidak akan kecewa, apapun hasilnya.

Juara berapapun akan dengan ikhlas saya terima karena Allah maha tahu keputusan apa yang terbaik untuk setiap hambanya.

Setiap soal bahasa Inggris tidak boleh dijawab dengan bahasa Indonesia, padahal saya tahu dia kurang pandai dalam hal bahasa Inggris. namun untuk bahasa Arab dia lumayan bisa diandalkan.

Waktu untuk menjawab hanya diberikan 10 detik saja untuk setiap soalnya.

Ya Allah... berikan ketenangan hati untuk anak hamba yang sedang menjawab soal demi soal hingga babak final ini selesai.

Alhamdulillah dengan skor 1.350 pertandinganpun akhirnya selesai. Hasilnya akan diumumkan besok katanya.

Sudah dua kali Nazwa bolak-balik dari Subang ke Jakarta hanya untuk mengikuti lomba.

Biarlah nanti hasil akhir cukup diketahui oleh pihak sekolah saja.

Saya dan suami akhirnya melakukan survey kecil-kecilan mengenai kondisi asrama di sekolah yang konon katanya hasil UTBK nya berada pada urutan pertama di Indonesia.

Saya amati kamar-kamar asrama yang letaknya tidak terlalu berjauhan dari lokasi lomba.

Sebagai sekolah negeri, nampaknya untuk ukuran kebersihan dan fasilitas terlihat biasa-biasa saja. Bahkan asramanya nampak dari kejauhan seperti agak seram dan kurang sirkulasi cahaya.

Nampaknya tidak lebih bagus dari asrama Asyifa Wanareja yang nilai UTBK hanya menduduki peringkat 79 saja di Indonesia.

Terlihat wajah-wajah siswa cerdas yang berstatus sebagai panitia mondar-mandir begitu sibuknya.

Hanya mereka yang memiliki peringkat terbaik di sekolahnya dan mendapat rekomendasi dari sekolah sajalah yang boleh daftar ke sana.

Sisanya lagi adalah bagi mereka yang pernah mengikuti berbagai olimpiade dan disebut siswa japres atau jalur prestasi.

Sungguh sebuah pemandangan akademik yang mengagumkan bagi para pemuja nilai-nilai akademik.

Suami saya melihat mereka ibarat robot-robot yang bernyawa katanya.

Berbeda halnya dengan saya yang lebih melihat mereka hanya kurang satu aktivitas yang bermakna, yakni menekankan pada kegiatan menghafal Qur'an. Itu saja kelemahan sistem yang sudah ada.

Pribadi cerdas tanpa kedekatan dengan Al-Qur'an rasanya sungguh disayangkan.

Berderet-deret prestasi akademik tanpa kedekatan dengan Al-Qur'an yang terkondisikan rasanya ibarat sayur tanpa garam. Ada sesuatu yang kurang.

Bukankah generasi muda yang cerdas dan Qur'ani adalah dambaan setiap orang tua yang beragama Islam?

Toh kalaupun siswa tersebut pintar, dapat beasiswa ke mana-mana, masuk ke kampus negeri yang favorit, lantas kehidupan setelah kuliah mereka tanpa pondasi agama yang kuat, lalu mau jadi apa?

Maka akhirnya mereka hanya akan menjadi generasi yang hedonis dan egois serta mudah terpengaruh oleh paradigma masyarakat luas.

Jika mereka memiliki modal kepintaran akademik, lalu mereka bekerja kemudian mereka menjadi kaya, apakah semua pencapaian tersebut adalah ukuran kebahagiaan?

Mungkin iya jika manusia yang mengukurnya.

Tapi ingat kawan, kompetisi kesuksesan hidup kita ini bukan hanya di dunia.

Manusia yang benar-benar sukses adalah mereka yang sukses di dunia, sukses pula saat di akhirat kelak.

Sukses di dunia dan diakhirat akan diperoleh bagi mereka yang hidup berdasarkan aturan yang sudah ditetapkan oleh Allah.

Aturan tersebut berada di dalam Al-Qur'an.

Allah sudah berjanji jika hidup mengikuti petunjuk-Nya, maka kemenangan yang nyata akan kita peroleh.

Orang-orang memperoleh kemenangan tersebut akan disebut sebagai orang-orang yang beruntung.

Anakku Nazwa, sebetulnya ibu agak khawatir seandainya dirimu diterima di sekolah yang katanya nomor satu itu.

Bagi ibu, sekolah di manapun yang penting dirimu bahagia dan kita sama-sama bisa saling mengingatkan untuk hidup di jalan yang benar.

Menurut ibu, belajar di pondok pesantren adalah jalan yang benar.

Ibu tidak khawatir jika dirimu tidak terlalu memiliki kecerdasan akademik yang istimewa.

Dengan hidup di pesantren, setidaknya dirimu tahu banyak tentang agama dan tahu bagaimana standar hidup yang benar menurut Allah.

Semua yang Allah mau tertulis dengan jelas dalam *"manual book"* yang harus kita pelajari sebagai manusia.

Ketika manual book itu harus sibuk kamu pelajari setiap hari, maka kamu tidak akan mengisi waktu untuk hal yang sia-sia.

Kesibukanmu akan selalu berkualitas.

Kamu juga akan menyadari bahwa waktu adalah hal yang sangat berharga dalam hidup ini.

Pergaulanmu setiap hari akan dikelilingi oleh orang-orang yang mengerti dan faham tentang agama.

Bagi ibu, anak sudah mau untuk berada di jalan yang lurus saja ibu sudah sangat bahagia.

Ibu tidak perlu diberikan emas dan permata jika memang dirimu tidak punya.

Cukup tunjukkan bahwa dirimu mampu menjadi anak yang sholehah, patuh pada orang tua dan mengikuti norma-norma agama, Ibu sudah sangat sangat bahagia.

Suatu hari nanti, kamu tahu harus bertindak bagaimana saat ibu sudah tidak ada lagi di dunia.

Salah satu syarat doa yang Allah terima adalah doa anak yang sholeh/sholehah bukan?

Doa anak yang nakal tidak akan dikabulkan oleh Allah.

Jadi, ibu masih punya harapan bahwa kehidupan ibu di akhirat bisa bahagia jika mulai dari sekarang ibu sudah merencanakannya.

Mudah-mudahan ibu bisa masuk syurga lewat salah satu dari 9 pintu yang disediakan Allah SWT.

Ibu ingin keluarga kita sama-sama berkumpul lagi di sana kelak nak.

Para penghafal Qur'an akan diberikan kesempatan untuk mengajak beberapa orang agar memperoleh syafaat dari Al-Qur'an yang telah dihafalkannya.

Jangan lupa ajak ibu ya sayang, ajak ayah, serta ajak juga adikmu jika nanti kita sudah sama-sama berada di sana.

Kita bisa berkumpul lagi di surga kok, tapi syaratnya kita sekeluarga harus sama-sama saling berbuat kebaikan.

Saling mengingatkan jika ada di antara anggota keluarga kita yang salah dan sama-sama berusaha untuk selalu disayang Allah.

Sudah dulu ya sayang, Ibu mau mencuci baju dan memasak.

Semoga dirimu tetap enjoy dalam belajar akademik sekaligus menghafal Al-Qur'an di Asyifa.

Dari ibumu tercinta.

Vera

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post