Verawati

Verawati, lahir di Bekasi pada tanggal 25 Desember 1977 adalah salah seorang guru Akuntansi di Kabupaten Bekasi yang tidak hanya aktif dalam membina murid-murid...

Selengkapnya
Navigasi Web
Ikhlas  Meninggalkan Yang Tercinta (Tagur-69)

Ikhlas Meninggalkan Yang Tercinta (Tagur-69)

Ikhlas  Meninggalkan Yang Tercinta

Penulis : Bunda Nazwa Fairuz Zakiya

 

Bicara Ikhlas melepaskan yang tersayang, izinkanlah saya bercerita saat moment mendapatkan S2 ke Malaysia.

 

Saat itu saya baru sekitar 40 hari melahirkan seorang bayi perempuan bernama "Nazwa". Bayi ini sudah saya tunggu-tunggu sekitar 8 tahun lamanya. 

Ketika saya belum hamil, waktu terasa begitu banyak dan saya ingin mengisi waktu dengan kuliah. Tidak disangka Allah memberikan rezeki sekaligus 2 yakni kehamilan sekaligus beasiswa kuliah.

 

Ketika bayi saya lahir, perasaan galau menyelimuti hati saya dan suami. Saya tidak diizinkan untuk membawa serta bayi itu ke Malaysia dengan alasan takut tidak terurus akibat sibuk kuliah. Akhirnya saya terpaksa meninggalkan bayi tanpa ASI itu demi mengambil kesempatan kuliah.

Pilihan saat itu terasa berat semua. Soal beasiswa ini antara take it or leave it. Padahal saya beruntung dari sekitar 5.000 orang yang mendaftar. Hanya 32 orang yang lulus mewakili satu propinsi setiap orangnya. Saya sendiri mewakili Provinsi Jawa Barat.

 

Ya Allah, sedih tiada terkira melihat bayi yang tidak berdosa harus kehilangan kasih sayang seorang ibu untuk sementara.

 

Demi sebuah cita-cita sederhana yang dibiayai oleh pihak ketiga, hati ini harus ikhlas meninggalkan dua orang tercinta sekaligus. Anak yang masih merah dan suami yang sangat memotivasi pendidikan istrinya.

 

Bukan hal yang mudah untuk mencari tempat tinggal di negara orang. Ketika harus mendapatkan sebuah tempat tinggal di lantai atas tanpa lift, beberapa kali saya mengalami pendarahan akibat belum lama melahirkan. Untunglah segala asuransi kesehatan telah diantisipasi oleh pemberi beasiswa.

 

Hal yang paling berat adalah ketika malam hari teringat bayi yang masih merah itu. Sambil sholat seringkali tak terasa air mata rindu membasahi wajah, menahan rindu yang tak terkira.

Internetlah satu-satunya media yang sangat berjasa dalam mengobati rasa rindu saya. Hampir setiap hari  menggunakan WiFi untuk sekedar melihat sang bayi yang sedang tidur atau sedang digendong oleh orang-orang yang kami cintai. 

 

Dua tahun berlalu dan akhirnya semua rasa ikhlas itu terbayar sudah. Saya berhasil lulus dengan predikat cemerlang dan IPK 3,8.

 

Alhamdulillah Ya Allah, atas semua kekuatan yang Engkau berikan untuk hamba dan suami serta sang bayi  yang sama-sama ikhlas menjalani takdir ini.

 

Taman Aster, 9 Maret 20222

Dari seorang istri sekaligus seorang bunda yang selalu  bersyukur atas takdir yang diterimanya.

 

Vera

 

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulillah, Bunda, sudah bisa menyelesaikan pendidikannya. Sukses selalu. Salam literasi

10 Mar
Balas

Salam literasi juga ya Bu Dede ..

10 Mar



search

New Post