Kelas Bumi dan Kelas Langit (Tagur -41)
Kelas Bumi dan Kelas Langit (Tagur -41)
Penulis : Verawati
Sebenarnya tidak tega rasanya menuliskan cerita pengalaman mengajar di kedua kelas ini, namun karena sepahit apapun kenyataan memang harus kita katakan siapa tahu ada hikmah yang bisa dipetik.
Hari ini mengajar di kelas bumi yang bernama kelas XII AKL 3. Kebetulan sedang melakukan remedial materi harga pokok dua departemen produksi tanpa ada persediaan awal dan tanpa ada kasus produk hilang. Sebetulnya kondisi badan masih agak kurang enak tapi karena khawatir siswa turun semangat gara-gara guru tidak hadir, akhirnya saya berusaha untuk membulatkan tekad mendampingi siswa untuk perbaikan sambil mendampingi kelas yang lain yang sudah rampung remedial dan rata-rata tuntas.
Selesai melihat perkembangan belajar di kelas "bumi" ini saya betul-betul diuji kesabaran hati karena tingkat pemahaman yang rendah dan ketelitian yang masih kurang dari sebagian besar siswa. Memang ada juga siswa yang menonjol tapi jumlahnya dapat dihitung dengan jari tangan. Belum lagi siswa yang sudah sangat lemah daya tangkapnya meskipun kita remedial sepuluh kali belum tentu juga mereka mengerti.
Jangan berharap ketuntasan dan daya serap yang tinggi di kelas ini karena mereka meskipun sering hadir namun pemahamannya masih lemah sekali. Mungkin faktor IQ yang memerlukan kelas ini perlu ekstra latihan berkali-kali. Untuk faktor kerajinan absen memang patut diapresiasi. Namun faktor pemahaman perlu ekstra perlakuan sangat sabar sekali. Tidak heran ketika uji kompetensi LSP dilakukan tempo hari, banyak siswa gagal berasal dari kelas ini.
Setiap manusia lahir dengan takdir dan rezeki mereka sendiri-sendiri. Selemah apapun kemampuan kelas ini mungkin ada kekuatan tersembunyi yang bisa membawa mereka menemukan masa depannya nanti. Cuma itu yang menghibur batin saya setiap kali melakukan evaluasi di kelas ini.
Saya hanya berdoa semoga mereka dengan kemampuan daya tangkap yang lemah itu bisa memiliki rezeki yang baik dan mereka bisa tetap hidup dan bermanfaat bagi masyarakat suatu hari ini.
Semoga kemampuannya tidak memalukan saya sebagai gurunya yang sudah berusaha sekuat tenaga untuk membuat mereka faham dan mengerti, tapi apa daya pada saat saya evaluasi, lagi-lagi menunjukkan hasil yang menghancurkan hati ini.
Biarlah. Allah maha tahu sudah seperti apa upaya dan niat saya sebagai seorang guru dan saya tahu mereka juga sebagai siswa sudah berusaha. Hanya memang karena kemampuanlah yang berbicara sehingga fakta "kecewa" sering saya temui di kelas ini.
Berbeda seratus delapan puluh derajat dengan kelas langit tak jauh dari kelas bumi, yakni kelas XII AK1 namanya.
Saya terkadang harus ekstra hati-hati karena salah sedikit saja bisa ada siswa kritis yang bertanya. Remedial tidak perlu berkali-kali dan materi apapun yang saya ajarkan cepat sekali mereka fahami. Bahkan terkadang saya belajar dari siswa ketika ada cara-cara baru yang lebih efektif dan saya berkata dalam hati bahwa terkadang siswa dapat menemukan jalannya sendiri. Yang penting konsep dasarnya mereka mengerti.
Meskipun ada juga siswa yang lemah, tapi jumlahnya hanya beberapa orang saja. Mayoritas didominasi oleh siswa yang cepat tanggap dan siswa yang aktif untuk bertanya itu dan ini.
Kelas langit dan kelas bumi ini jika digabungkan maka akan mencerminkan kelas "rata-rata biasa saja". Sebut saja kelas XII AK 2 namanya. Komposisi antara siswa yang cepat mengerti dengan yang lambat mengerti kira kira fifty fifty. Kelas ini kurang terlalu aktif meskipun saya sebagai wali kelasnya sudah berusaha untuk melakukan pendekatan khusus. Beberapa siswa dengan kemampuan lambat seperti di XII AK 3 juga masih terdapat di sini.
Klasifikasi pengelompokan siswa seperti ini terjadi alamiah begitu saja. Ketika pihak tata usaha di jurusan saya verifikasi, mereka tidak mendata siswa berdasarkan kategori NEM. Mungkin saja sortir alami PPDB yang melakukan cutting siswa di 106 pendaftar teratas lalu dari 106 tersebut didistribusi ke dalam 3 kelas sesuai daya tampung sekolah, maka terjadilah pengelompokan alamiah berdasarkan NEM.
Jalur NEM ini adalah jalur masuk berdasarkan nilai-nilai rapot sementara ada juga jalur masuk lain seperti jalur prestasi, jalur siswa tidak mampu dan beberapa jalur lain.
Paling besar prosentasenya adalah jalur akademik atau berdasarkan nilai.
Nilai berkolerasi dengan kemampuan. Namun perlu diperhatikan juga asal muasal sekolahnya karena ada sekolah yang melakukan mafia nilai.
Itulah asal mula terjadinya kelas bumi dan kelas langit di jurusan "akuntansi" SMKN 2 Cikarang Barat dan dapat dirasakan secara langsung oleh saya pribadi sebagai salah seorang pengajarnya.
Semoga kelas "bumi" ini akan terus menerus berbenah diri serta terus melakukan instrospeksi agar tidak terlalu jauh tertinggal dengan si kelas "langit". Semoga pula siswa di kelas "langit" tidak sombong dan membanggakan diri karena di atas langit masih ada langit.
Ditulis setelah selesai bertugas di kedua kelas tersebut, dengan penuh rasa ikhlas dan penuh harap, semoga siswa di kedua kelas tersebut sama-sama memiliki masa depan yang cerah meskipun dengan kemampuan yang amat berbeda.
Dari guru kalian tercinta.
Bu Vera
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar