Verawati

Verawati, lahir di Bekasi pada tanggal 25 Desember 1977 adalah salah seorang guru Akuntansi di Kabupaten Bekasi yang tidak hanya aktif dalam membina murid-murid...

Selengkapnya
Navigasi Web
 Kinerja 'Nol' Yang Penuh Tanda Tanya (Tagur -82)

Kinerja 'Nol' Yang Penuh Tanda Tanya (Tagur -82)

Evaluasi Kinerja "Nol" Yang Penuh Tanda Tanya

 

Para pembaca yang berbahagia, sebelum saya memulai untuk menulis hal-hal terkait evaluasi, izinkanlah saya mempersembahkan tulisan ini kepada para pejabat yang berkompeten dalam memberikan informasi dan sosialisasi terkait dengan  evaluasi kinerja., Khususnya bagi para ASN.

 

 

Beberapa waktu yang lalu para pegawai khususnya ASN yang berada di lingkungan SMKN 2 Cikarang Barat dibuat bingung mengenai hasil  penilaian kinerja yang mereka peroleh. 

 

Tanpa sosialisasi dan tanpa informasi yang cukup mereka tiba-tiba harus menelan "pil pahit" atas penilaian "zero' atau "nol" pada sebuah  judul kolom  " prosentase kinerja". Kolom ini merupakan kolom kedua, kolom pertama adalah jumlah TTP sedangkan kolom ketiga adalah prosentase kinerja dikalikan dengan TTP. 

 

Kolom tersebut berkaitan dengan penilaian kinerja dan konon katanya kolom tersebut terkait dengan nominal tunjangan yang akan mereka terima. Coba kita analogikan jika kolom ketiga merupakan faktor pengali antara kolom prosentase kinerja dengan TTP, maka bisa dipastikan jika nol dikalikan berapa pun angka TTP, bukankah nanti hasil kolom ketiga dapat dipastikan akan nol juga?

 

Banyak sekali reaksi diantara para pegawai  harus bertanya-tanya mengapa kinerja mereka nol? 

 

Kontan saja muncul reaksi saling bertanya antara mereka yang mendapat nol dan bukan nol. 

 

Mereka yang mendapat nol merasa tidak menerima kenyataan ini karena penilaian ini tidak jelas dasarnya dan para pegawai yang bukan nol pun tidak  mengerti mengapa mereka memiliki angka yang lebih baik.

 

Reaksi saling bertanya terus terjadi namun hingga tulisan ini dibuat para pegawai tidak memperoleh sedikit pun penjelasan mengenai darimana mekanisme penilaian diperoleh? Bagaimana teknik penilaiannya? Apa indikatornya? Alat ukur apa yang digunakan? 

 

Semua masih gelap dan belum ada tanda-tanda kejelasan.

 

Setiap manusia pada hakikatnya ingin menjadi orang baik dan dinilai baik oleh manusia lainnya di manapun mereka berada. Tidak terkecuali di tempat kerja. Apalagi penilaian ini dikait-kaitkan dengan besaran uang yang bakal diperolehnya.

 

 

Untuk saat ini memang dampak tersebut belum dialami langsung. Belum terdengar kabar-kabar mengenai si A memperoleh tunjangan lebih besar dari si B akibat penilaian kinerja mereka. Tapi jika ke depan mekanisme tersebut berlaku, tentu perlu ada sosialisasi agar pegawai tidak bertanya-tanya sendiri. 

 

Bagaimana agar tidak lagi mendapatkan nilai "nol" ?

 

Meskipun tidak terkait dengan nominal uang, penilaian "nol" akan membuat "shock" bagi mereka yang merasa sudah berusaha untuk menjadi pegawai yang baik.

 

Justru jika penilaian ini terus menerus tidak memperoleh kejelasan, hal ini akan "melemahkan" semangat para pegawai di masa yang akan datang karena mereka merasa apa yang telah dikerjakan "sia-sia" dan tidak mendapatkan penilaian yang sesuai. 

 

Sekalipun penilaian ini tidak berkaitan dengan uang, setidak-tidaknya hal ini berkaitan dengan "harga diri". Baik harga diri sebagai individu maupun "harga diri bagi sebuah  lembaga".

 

Coba kita bayangkan apa persepsi orang apabila banyak di antara pegawai di suatu lembaga dinilai "nol"? Tentu mereka akan menganggap banyak pegawai "malas" yang ada di dalamnya. 

 

Data yang dilemparkan oleh kepala kepegawaian tempo hari,  tidak menjelaskan  bahwa data tersebut berisi prosentase penilaian kinerja. 

 

Pada awalnya kami berfikir data-data tersebut tidak terkait dengan sekolah. Tapi setelah kami baca dan amati dengan seksama,  di sekitar halaman 165 ke atas, barulah kami menemukan data-data terkait dengan kinerja di mana kami bekerja.

 

Kecewa? tentu saja. Banyak pegawai yang memperoleh angka "nol" merasa kecewa dan terus menerus saling bertanya-tanya. 

 

Akhirnya daripada saya simpan rasa kecewa itu dalam hati, maka lebih baik saya tuangkan dalam tulisan ini. 

 

Salah satu rekan sejawat ada yang menelisik hingga ke lembaga lain dan ternyata kasus penilaian nol di  sekolah kami termasuk cukup banyak.

Entahlah bagaimana caranya untuk memperbaiki data penilaian yang "aneh" ini. 

Salahsatu cara untuk bertanya adalah dengan menyampaikan permasalahan ini secara tertulis.

Besar harapan kami agar sebagai ASN kami diberikan arahan dan sosialisasi agar ke depannya tidak lagi muncul nilai "nol" yang rasanya "aneh" bila  dibandingkan dengan pengabdian dan loyalitas yang sudah kami lakukan.

 

Ditulis dalam rangka mencari jawaban atas kegundahan hati yang sedang dirasa.

 

Dari  salah seorang ASN di SMKN 2

 

Bu Vera

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi

23 Mar
Balas

Terimakasih pak Dede. Salam literasi juga ya Pak..

23 Mar

Betul sekali yg sudah ditulis jeng vera. Sy jg salah satu ASN di SMKN 2 Cikbar mempertanyakan hal yg sama. Bagus ulasannya jeng vera..

23 Mar
Balas

Terimakasih Bu heryati. Semoga ada titik terang untuk permasalahan ini sehingga kita tidak lagi dapat telor ceplok alias nol.

23 Mar

Betul sekali yg sudah ditulis jeng vera. Sy jg salah satu ASN di SMKN 2 Cikbar mempertanyakan hal yg sama. Bagus ulasannya jeng vera..

23 Mar
Balas



search

New Post