Komunikasi Efektif adalah kunci untuk saling memahami
Komunikasi Efektif adalah kunci untuk saling memahami
Oleh : Verawati
Sayup-sayup terdengar suara tadarus dari atas balkon.
Sepanjang mata memandang lurus ke depan terlihat kerlip lampu mesjid "Al-Mustakim" mengiringi mereka yang sedang tadarus di dalamnya.
Aku terhenti sejenak untuk menulis sebuah suasana syahdu ramadhan tahun ini.
Suasana hujan hampir selalu datang menjelang berbuka puasa.
Begitu sejuk. Dingin terasa dari atas balkon.
Aku ditemani oleh bunga-bunga krokot, tapak dara, pohon mangga dan masih banyak lagi pohon-pohon lain yang seolah-olah kedinginan setelah hujan sore tadi.
Tiga buah mangga terlihat tersenyum di depanku.
Sudah minta dipetik nampaknya. Tapi sayang aku tidak berani makan yang asam-asam selama bulan puasa. Khawatir akan ada eror perut yang mengganggu ibadah puasa.
Aku teringat ibu yang selalu ingin bertemu dengan suasana bulan ramadhan.
Semoga di alam kuburnya dia merasa sejuk seperti sejuknya aku yang berada di dunia pada malam ini.
Ibu, tenanglah di alam sana. Selalu aku kirimkan doa sebagaimana yang dirimu harapkan.
Setiap selesai sholat lima waktu aku selalu kirimkan sepaket doa untukmu. Bahkan doa di bulan ramadhan ini aku lipatkan berkali-kali agar dirimu merasa sejuk di alam sana.
Dari sekian banyak doa-doa yang aku kirimkan, untuk orang tua dan anak-anak, doa untuk suami haruslah berada di urutan pertama. Itu ajaran dari para ustadz yang selama ini aku terima.
Doakan agar suami kita tetap istiqomah di jalan Allah.
Doakan dia selalu membawa diri kita dan anak-anak dalam ketaatan. Karena jika kita sebagai istri banyak berdosa, maka suami kita ikut mempertanggungjawabkan dosa istri dan anak-anaknya kelak di hari kemudian.
Berat, sungguh berat menyandang status sebagai seorang suami.
Oleh karena itu, kita sebagai istri jangan hanya melakukan tugas melahirkan anak-anak dan mendidiknya sesuai dengan ajaran Allah, tapi yang lebih penting kita harus bisa menjadi partner yang baik yang sama-sama bisa menjalankan tugas pokok dan fungsi sesuai dengan harapan pasangannya.
Mencintai itu sekurang-kurangnya akan melahirkan tiga hal yakni : komitmen, kewajiban dan konsekuensi.
Jika kita sebagai pasangan suami istri hanya melakukan satu atau dua hal saja, maka berarti kita belum mampu untuk menjadi partner yang baik.
Komunikasi dengan pasangan adalah kunci untuk saling memahami.
Semua pasangan bisa bicara, tapi belum tentu bisa ngobrol. Semua pasangan bisa ngobrol tapi belum tentu bisa saling berkomunikasi.
Komunikasi adalah kunci agar kita dapat saling memahami.
Itulah sebabnya di perguruan tinggi tidak ada jurusan ilmu ngobrol, yang ada adalah jurusan ilmu komunikasi.
Komunikasi dengan pasangan kita memerlukan ilmu yang harus dipelajari.
Alhamdulillah di ramadhan hari ke empat ini semakin bertambah lagi ilmu bagaimana caranya agar bisa berkomunikasi dengan lebih efektif lagi dengan sang suami.
Jika para pembaca ingin tahu lebih rinci bagaimana teknik dan strategi ini maka dapat menyimak penjelasan dari ustad Oemar Mitha melalui https://youtu.be/Ed2ew9hBpsM atau ustadz-ustad lain yang baik untuk dijadikan referensi.
Ditulis oleh partner sejati seorang laki-laki bernama Muhammad Dahlani.
Verawati
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar