Ramadhan Hari Pertama

Oleh : Ibu Vera

Rintik air hujan masih belum juga reda.

Ramadhan pertama di rumahku yang sederhana.

Jatuh air terdengar gemericik dari taman di atas rumah.

Seolah-olah tanaman itu memanggil-manggil diriku untuk berkata bahwa mereka bahagia.

Rinai hujan di ramadhan hari pertama.

Menolong mereka yang berpuasa  untuk tidak merasa terlalu dahaga.

Hujan, air yang penuh rahmat dan bahagia.

Meskipun empat hari lalu kau masuk ke dalam rumah.

Memberikan suatu cerita banjir tipis dan keletihan yang cukup terasa.

Kami berdua harus ekstra bersih-bersih.

Hitung-hitung sambil merapikan rumah secara ekstra. 

Itulah hikmah banjir yang terasa.

Ramadhan hari pertama.

Alhamdulillah tidak merasa lapar dan dahaga.

Karena niat mengalahkan segalanya.

Pukul 12 si bungsu menangis ingin makan.

Kami berdua memberikan batas waktu untuk berbuka sebentar.

Setelah itu sambung kembali berpuasa.

Maklumlah dia masih belum terbiasa.

Ramadhan hari pertama.

Ketika begitu banyak agenda yang ingin dibuat.

Tapi fisik ini masih belum begitu kuat.

Tunggu dulu di tiga hari pertama puasa.

Ketika fisik ini telah terbiasa.

Maka segala macam agenda.

Insya Allah akan selesai sesuai rencana.

Dari hamba Allah yang bahagia dengan kedatangan hujan di ramadhan hari pertama.

Vera