*Sebuah angan-angan*

Oleh : Verawati

Sebelum saya memulai cerita, izinkanlah saya memohon doa dari para pembaca untuk almarhum guru mengaji saya yakni "Bang Husen", karena tulisan-tulisan beliaulah saya pertama kali tertarik untuk banyak belajar tentang agama.

Bahkan yang lebih mengharukan lagi adalah karena kebaikan istri beliau pula yang pertama kali mendorong saya untuk berhijab. Kala itu tahun 1996, ketika pertama kali saya menginjakkan kaki di sebuah kampus bernama "Universitas Negeri Jakarta (UNJ)".

Meskipun tulisan-tulisan beliau hanya dalam bentuk diktat-diktat, namun jika dibaca selalu memunculkan motivasi bagi saya untuk lebih taat dalam beribadah.

Beliau bukanlah seorang sarjana, tetapi kemampuan menulisnya sungguh luar biasa. Khususnya dalam tulisan-tulisan bermuatan agama, beliau seperti punya cara tersendiri untuk membuat kita "tidak bosan" dalam membaca semua diktat-diktatnya.

Kini dunia penulisan itu sudah merasuk ke dalam diri saya. Ada sebuah angan-angan yang selalu "hinggap" manakala saya ingat bahwa kita harus bisa menjadikan tulisan kita sebagai ajang untuk mencari pahala.

Angan-angan tersebut adalah menulis berbagai tema tentang agama.

Tema apapun itu, yang terpenting bisa memotivasi diri saya sendiri dan orang lain untuk sama-sama mau menjalani sebuah tugas mulia sebagai seorang manusia yakni "berdakwah".

Berdakwah melalui jalur tulisan adalah sebuah angan-angan yang tak pernah padam.

Begitu terbentang jalan untuk memotivasi para generasi muda di depan saya, setiap detik mereka akan siap mendengarkan nasehat dari gurunya. Tapi amat disayangkan jika yang kita tanamkan ke dalam diri siswa hanya mental "hedonisme" dan "materialisme".

Seharusnya kita harus selalu mengulang-ulang kebenaran yang bersumber dari "Al-Qur'an". Agar mereka sebagai generasi muda tidak tersesat ke jalan yang salah. Agar ketika dipanggil Allah saya bisa mempertanggungjawabkan diri bahwa tugas menyampaikan kebenaran (meskipun hanya satu ayat) sudah saya laksanakan.

Konsekuensi menulis dalam bidang agama tidaklah ringan. Jika kita hanya bicara namun tidak konsekuen terhadap diri kita sendiri maka seolah-olah kita bertentangan dengan firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 45 dan surat assyaf ayat 3 yang berbunyi:

أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتٰبَ  ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

*"Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Kitab (Taurat)? Tidakkah kamu mengerti?"*

*(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 44)*

Selanjutnya ada pula dalam Al-Qur'an yang mengatakan bahwa

bagi siapa saja terutama pada manusia yang hanya pandai berkata-kata, padahal dia sendiri tidak melakukan apa yang dikatakannya. Mengenai hal ini, Allah memberikan peringatan keras pada QS. As-Saff ayat 2-3

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)

Wahai orang-orang beriman! Mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan? (iu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa saja yang tidak kamu kerjakan

*(QS. As-Saff ayat 2-3)*

Itulah dua ayat yang sering memotivasi saya untuk selalu konsisten antara apa yang saya ucapkan dengan apa yang seharusnya saya lakukan.

Dengan menulis tentang agama, minimal saya akan terus menerus instrospeksi diri, apakah sudah sesuai antara suruhan dengan tindakan?

Memang hal itu berat, tapi sekaligus juga bermanfaat. Khususnya untuk muhasabah bagi diri saya pribadi.

Itulah salah satu angan-angan saya, yakni menulis hal-hal tentang agama.

Semoga Allah mengijabah niat baik saya, yang tidak memiliki daya dan upaya kecuali hanya dengan kekuatan Allah semata.

*Cikarang Barat, 6 Maret 2022*

Dari seorang hamba dan sebuah angan-angannya.

Vera