Veronika Kristina Sinaga, S.pd

Saya Guru...

Selengkapnya
Navigasi Web
Meningkatkan motivasi belajar IPS siswa kelas VII SMPK BPK PENABUR Bandar Lampung dengan m

Meningkatkan motivasi belajar IPS siswa kelas VII SMPK BPK PENABUR Bandar Lampung dengan m

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya sembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan berkatNya, hingga saya dimampukan untuk menyelesaikan pengerjaan Laporan Best Practice ini.

Laporan ini merupakan salah satu tugas dalam kegiatan PPG Dalam Jabatan Angkatan 2 Tahun 2023 di LPTK Universitas Negeri Yogyakarta setelah menyelesaikan kegiatan PPL siklus 1 dan 2.

Laporan Best Practice ini saya buat berdasarkan hasil Praktek Pembelajaran Lapangan selama 2 siklus di kelas VII SMPK BPK PENABUR Bandar Lampung, tgl 10 Oktober 2023 dan 14 November 2023.

Dengan terselesaikannya Laporan Best Practice ini saya ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI yang sudah memberikan kesempatan saya mengikuti PPG DALJAB sehingga dapat membuat Laporan Best Practice.

2. Dosen Pembimbing PPG, yang telah memberikan arahan serta bimbingan selama mengikuti perkuliahan di PPG DalJab Angkatan 2 Tahun 2023.

3. Guru Pamong PPG, yang telah memberikan saran terbaik dalam membuat Laporan Best Practice.

4. Kepala SMPK BPK PENABUR Bandar Lampung, yang telah memberi kesempatan dalam mengadakan PPL Siklus 1 dan 2 sehingga dapat saya jadikan pengalaman dalam menyusun Laporan Best Practice.

5. Rekan mahasiswa PPG yang telah memberikan saran terbaiknya.

6. Suami, anak dan keluarga besar yang selalu memberikan cinta dan dukungan.

7. Peserta didik kelas VII SMPK BPK PENABUR Bandar Lampung yang telah bekerjasama dalam menjadi objek pembelajaran saya selama melakukan PPL Siklus 1 dan 2.

Laporan Best Practice ini masih jauh dari kesempurnaan, namun kiranya dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkan informasi relefan sebagai referensi.

Bandar Lampung, 17 November 2023

Hormat saya,

Penulis

LK 3.1 Menyusun Best Practice

Menyusun Best Practice

Menggunakan Metode STAR (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak)

Terkait Pengalaman Mengatasi Permasalahan Peserta didik Dalam Pembelajaran

Lokasi

SMPK BPK PENABUR Bandar Lampung

Lingkup Pendidikan

Sekolah Menengah Pertama

Tujuan yang ingin dicapai

Meningkatkan motivasi belajar IPS siswa kelas VII SMPK BPK PENABUR Bandar Lampung dengan metode belajar Problem Based Learning, Strategi belajar Fipped Learning dan Teknik penyajian hasil karya Two Stay-Two Stray.

Penulis

Veronika Kristina Sinaga

Tanggal

14 November 2023

SITUASI

(Kondisi yang menjadi latar belakang masalah: mengapa best practice ini penting dibagikan, apa yang menjadi peran dan tanggung jawab mahasiswa PPG Daljab.)

Apa kondisi yang melatarbelakangi masalah?

Kondisi awal yang menjadi latar belakang masalah praktik pembelajaran ini adalah kurangnya motivasi dan minat siswa terhadap pelajaran IPS, hal ini terlihat pada kegiatan berdiskusi didapati masih banyak siswa yang tidak aktif dalam diskusi baik dalam kegiatan bertanya maupun menyampaikan pendapat. Berdasarkan hasil kajian dari berbagai literatur, diskusi dengan dosen pembimbing dan guru pamong serta wawancara dengan beberapa rekan sejawat dan disesuaikan dengan karakteristik belajar siswa, guru menentukan beberapa solusi yang diterapkan pada rencana aksi siklus 1, yakni:

1. Menggunakan pendekatan belajar berdiferensiasi pada proses, konten dan produk sesuai dengan gaya belajar murid

2. Menggunakan metode belajar inovatif Problem Based Learning

3. Menggunakan strategi Culturaly Responsive Teaching sebagai pendekatan terhadap orientasi masalah agar pembelajaran lebih bermakna.

4. Menggunakan ranah berpikir tingkat tinggi (HOTS), dengan stimulus literasi dan numerasi pada soal Postest.

Setelah rencana aksi siklus 1 selesai dilaksanakan, guru melakukan refleksi dan menganalisis ketercapaian proses dan hasil belajar.

Adapun gambaran umum dari ketercapaian itu, antara lain:

1. Sudah terlihat peningkatan motivasi belajar, terbukti dengan keterlibatan siswa dalam diskusi sudah mencapai 90% dari kondisi awal dibawah 70%.

2. Sudah terlihat peningkatan capaian hasil akademik terbukti dengan tingkat ketuntasan postest 96% dengan kondisi 1 murid tidak hadir, dan 1 murid dengan capaian dibawah KKM.

Namun, muncul masalah baru pada proses belajar di rencana aksi siklus 1, yakni:

1. Sintaks 1 (Orientasi masalah) yang disajikan sesuai dengan 3 gaya belajar murid terlaksanan dengan durasi melebihi alokasi waktu yang ditetapkan dalam modul ajar.

2. Sintaks 4 (Penyajian hasil karya) dengan produk berdiferensiasi sesuai dengan gaya belajar juga terselesaikan dengan durasi yang melebihi alokasi waktu yang ditetapkan dalam modul ajar.

3. Dampak dari kedua sintaks yang berlangsung melebihi alokasi waktu, mengakibatkan pelaksanaan postest tidak dapat terselesaikan di kelas dalam proses belajar.

Berlatarbelakang kondisi itu, guru menetapkan perbaikan dan penambahan perlakuan pada rencana aksi siklus 2.

Mengapa praktik pembelajaran ini penting untuk dibagikan?

Praktik pembelajaran ini menurut saya penting untuk dibagikan karena meskipun masih banyak kekurangan dalam laporan Best Practice ini, namun kiranya pengalaman saya dengan mengacu kepada kajian beberapa literasi dan hasil diskusi dengan dosen pembimbing, guru pamong dan wawancara dengan berbagai sumber serta alternatif solusi yang saya pilih, dapat menjadi praktik baik yang kiranya dapat dijadikan referensi atau juga pembanding bagi rekan sejawat yang mengalami permasalahan yang sama.

Apa peran dan tanggung jawab saya dalam praktik pembelajaran ini?

Sebagai guru saya berperan sebagai fasilitator yang mewadahi peserta didik dengan kondisi belajar yang berpihak pada murid.

Tanggung jawab saya sebagai guru membuat perangkat pembelajaran yang benar, menarik, inovatif, kontekstual dan mengakomodir kebutuhan belajar peserta didik. Memastikan proses belajar berjalan baik sesuai dengan skenario pembelajaran.

TANTANGAN

(Apa saja yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan tersebut? Siapa saja yang terlibat?)

Apa saja yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan tersebut?

Hal yang menurut saya menjadi tantangan dalam praktik pembelajaran siklus dua ini adalah :

1. Penguasaan guru terhadap materi pembelajaran sangat mempengaruhi proses belajar berjalan dengan sistematis, logis, bermakna dan tepat sesuai dengan alokasi waktu yang sudah ditetapkan dalam modul ajar.

2. Penguasaan guru terhadap metode pembelajaran akan sangat menentukan ketercapaian semua sintaks dengan sistematis, logis, bermakna dan tepat waktu.

3. Penguasaan guru terhadap teknologi sangat mempengaruhi berjalannya proses belajar dengan optimal.

Siapa saja yang terlibat?

Dari kondisi yang dijabarkan di atas, pihak-pihak yang terlibat di sini adalah guru sebagai fasilitator dan murid sebagai subjek belajar yang harus bersinergi untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan optimal

AKSI

(Langkah-langkah apa yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut/ strategi apa yang digunakan/ bagaimana prosesnya, siapa saja yang terlibat / Apa saja sumber daya atau materi yang diperlukan untuk melaksanakan strategi ini)

Langkah-langkah apa yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut?

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghadapi tantangan:

1. Menggunakan metode belajar yang sama dengan siklus 1 yakni Problem Based Learning.

Di sini saya masih tetap menggunakan metode belajar yang sama dengan rencana aksi siklus 1, karena metode ini terbukti berhasil dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Dan pengulangan penggunaan metode PBL pada rencana aksi siklus 2 diharapkan dapat membuat guru lebih terampil dan menguasai sintaks belajar dengan lebih baik.

2. Menggunakan strategi flipped learning.

Berdasarkan hasil kajian literatur terkait masalah pengoptimalan waktu dalam sintaks orientasi masalah, saya menemukan pendapat bahwa metode fipped learning dapat digunakan untuk mengefektifkan waktu belajar di kelas. Manfaat lain, siswa memiliki kesempatan untuk membaca atau menonton bahan ajar berkali-kali sampai mereka paham, tanpa harus terkendala dengan keterbatasan waktu di kelas.

Mengacu pada strategi ini, e-bahan ajar sudah saya bagikan lewat WA group kelas H-2 pembelajaran di kelas.

3. Culturally Responsive Teaching.

Pendekatan orientasi kasus yang diangkat dari lingkungan sekitar tempat tinggal murid, terbukti menimbulkan rasa ketertarikan dan menjadikan pembelajaran lebih bermakna. Dalam hal ini saya mengangkat kasus kelangkaan BBM Solar di salah satu SPBU di Bandar Lampung yang mengakibatkan antrian truk yang sangat panjang, bahkan membuat sopir truk sampai harus menginap di SPBU.

4. Menggunakan ranah berpikir tingkat tinggi (HOTS) pada sumber belajar berupa artikel yang mengandung literasi dan numerasi. Disamping itu guru juga menyiapkan soal postest dengan stimulus literasi bacaan dan numerasi yang menggunakan ranah berpikir tingkat tinggi.

Pendekatan ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam berpikir kritis.

5. Menggunakan teknik Two Stay – Two Stray dalam sintaks ke empat penyajian hasil karya.

Berdasarkan kajian literatur dan diskusi dengan dosen pembimbing, guru pamong dan wawancara dengan rekan sejawat, guru menemukan referensi bahwa teknik Two Stay- Two Stray ini dapat digunakan untuk mengakomodir penyajian hasil karya, sehingga semua kelompok dapat melakukan presentasi secara bersamaan.

Teknik ini selain menjadi sebuah pengalaman baru bagi peserta didik, juga membangkitkan semangat karena semua murid dalam kelompok terlibat aktif. Pengorganisasian murid dalam kelompok dengan pembagian tugas yang jelas sangat memudahkan murid dalam melakukan perannya dan mendorong mereka untuk melakukan tugasnya dengan baik, sebagai bukti rasa tanggung jawab dalam berkerja kelompok. Tehnik ini mendapat apresiasi dari peserta didik, mereka nyatakan sebagai hal yang menarik dalam kegiatan refleksi di akhir pembelajaran.

Siapa saja yang terlibat? / Apa saja sumber daya atau materi yang diperlukan untuk melaksanakan strategi ini?

Strategi ini melibatkan peran aktif guru untuk memotivasi siswa membaca bahan ajar yang diberikan H-2. Dan tentu saja siswa juga harus mempersiapkan diri dengan baik, mengeksplorasi bahan ajar dengan maksimal dan mandiri.

Sumber daya atau materi yang dibutuhkan antara lain: Gawai, internet, aplikasi belajar seperti quiziz dan Google Form, LKPD, e-bahan ajar, powerpoint, video, artikel, kalender bekas, spidol, selotip ramah lingkungan, dll.

REFLEKSI HASIL DAN DAMPAK

(Refleksi hasil: bagaimana dampak dari aksi terhadap langkah-langkah yang dilakukan, apakah hasilnya efektif/tidak, mengapa dan bagaimana respon siswa terkait strategi yang dilakukan, apa yang menjadi faktor keberhasilan/ketidakberhasilan dari strategi yang dilakukan.)

Bagaimana dampak dari aksi terhadap langkah-langkah yang dilakukan?

Dampak dari aksi terhadap langkah-langkah yang dilakukan dirasa hasilnya sangat efektif.

Hal ini terlihat dari:

1. Pemilihan metode pembelajaran Problem Based Learning terbukti sesuai dan tepat untuk meningkatkan keaktifan peserta didik. Hal ini terlihat dari proses belajar, dimana semua peserta didik terlibat secara aktif dalam berdiskusi, melakukan perannya masing-masing sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati.

Indikator partisipasi belajar yang harus dicapai dan terlihat dari peserta didik antara lain Melakukan eksplorasi terhadap e-bahan ajar yang dibagikan, mengamati video masalah yang dibuktikan dengan kemampuan murid membuat pertanyaan kritis terkait masalah yang disajikan. Setelah itu, murid juga mampu menjawab atau menganalisis masalah yang muncul dengan pendapat mereka, memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru, menjawab pertanyaan guru, mengajukan pertanyaan kepada guru dan peserta didik lain, mencatat penjelasan guru dan hasil diskusi, mengerjakan LKPD, memberikan pendapat ketika diskusi, mendengarkan pendapat teman, memberikan tanggapan, menghasilkan sebuah produk hasil karya yang baik dan berani mempresentasikan hasil diskusi.

2. Pemilihan strategi belajar flipped learning menurut saya sangat efektif dalam menghemat waktu dan pemahaman siswa terhadap materi menjadi lebih baik, karena mereka bisa membaca dan mengulang sewaktu-waktu sampai mereka paham tanpa harus terkendala dengan waktu.

Hal ini juga meningkatkan readiness siswa sebagai pengetahuan prasyarat untuk mempelajari materi yang akan disajikan.

3. Pendekatan Culturally Responsive Teaching dengan mengangkat masalah yang berasal dari daerah tinggal siswa terbukti meningkatkan ketertarikan siswa untuk menanggapi, karena merasa masalah tersebut nyata, dekat dengan tempat tinggal mereka, sehingga keterlibatan siswa dalam menanggapi dan memberikan pendapat terlihat meningkat.

4. Menggunakan ranah berpikir tingkat tinggi (HOTS) pada sumber belajar dan soal postest dengan stimulus literasi bacaan dan numerasi terbukti secara bertahap dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Hal ini terlihat dengan semakin terampilnya siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan dengan menggunakan ranah berpikir analisis (kualitatif) dan jumlah siswa yang mulai berani untuk bertanya dan menjawab juga bertambah banyak (Kuantitatif). Dengan konsistensi penerapan ranah berpikir tingkat tinggi sebagai tujuan pembelajaran, proses belajar dan asesmen, niscaya akan meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis.

5. Menggunakan teknik Two Stay – Two Stray dalam sintaks ke empat penyajian hasil karya. Dirasa sangat efektif dalam mengatasi masalah yang terjadi.

Hal ini terlihat dari meriahnya suasana penyajian hasil karya, semua siswa terlibat sesuai dengan peran yang telah ditetapkan saat pembagian kelompok. Dan refleksi siswa menyatakan bagian ini menjadi salah satu bagian yang menarik bagi mereka.

Apa yang menjadi faktor keberhasilan dari strategi yang dilakukan?

Faktor keberhasilan pembelajaran ini sangat ditentukan oleh penguasaan guru terhadap sintak-sintak pada metode pembelajaran, materi, media dan pemahaman terhadap karakter dan profil belajar peserta didik, penilaian dan seluruh perangkat pembelajaran yang telah direncanakan. Pemilihan metode, strategi dan teknik yang tepat yang disesuaikan dengan materi dan kebutuhan belajar siswa juga sangat berpengaruh.

Faktor lain yang juga penting adalah kesiapan seluruh perangkat pembelajaran yang sudah dipastikan efektif, logis dan terstruktur sesuai dengan kebutuhan belajar.

Keterampilan guru terhadap teknologi dan aplikasi yang digunakan juga mutlak dibutuhkan, sehingga terhindar dari penyerapan waktu diluar alokasi yang sudah ditetapkan.

Ketidaksiapan dalam salah satu hal saja dari poin-poin yang sudah direncanakan, dapat menjadi efek domino bagi sintaks selanjutnya. Dengan demikian penguasaan guru secara utuh mutlak diperlukan sebagai faktor keberhasilan pembelajaran.

Didukung faktor dari peserta didik yaitu partisipasi dalam mengikuti pembelajaran dan motivasi belajar serta faktor sarana prasarana yang lengkap dari sekolah.

Pembelajaran yang dapat diambil dari proses dan kegiatan yang sudah dilaksanakan semoga dapat dijadikan referensi untuk membantu guru dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang lebih inovatif, efektif dan menarik serta berpusat pada peserta didik.

Pembelajaran dengan metode Problem Based Learning berbasis TPACK dengan strategi belajar flipped learning dan teknik penyajian hasil karya Two Stay Two Stray kiranya dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif desain pembelajaran inovatif termodifikasi yang sesuai untuk pelajaran IPS kelas VII dengan materi Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab.

Dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi belajar dan capaian hasil belajar peserta didik, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, berkolaborasi dengan sesama teman dan berahklak pada alam.

Pengalaman belajar ini juga diharapkan mampu meningkatkan keterampilan siswa dalam memecahkan masalah dan membangun pengetahuannya sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Risanatul Risanatul, Junaidi Junaidi2

Penyebab Peserta Didik Tidak Berpartisipasi Aktif dalam Pembelajaran Sosiologi di Kelas XI IPS 1 SMAN 4 Merangin Jambi Naradidik: Journal of Education & Pedagogy Volume 1 Nomor 3 2022, pp 327-335 ISSN: 2827-864X (Online) – 2827-9670 (Print) DOI: https://doi.org/10.24036/nara.v1i3.74 Received: August 11, 2022; Revised: September 21, 2022; Accepted: September 22, 2022

Abdulloh Hamid,2020

DESAIN PEMBELAJARAN FLIPPED LEARNING SEBAGAI

SOLUSI MODEL PEMBELAJARAN PAI ABAD 21

Yusriani,Muhammad Arsyad,Kaharuddin Arafah

Prosiding Seminar Nasional Fisika PPs UNM e-ISSN 2656-7148

Volume 2, 2020 Website: http://ojs.unm.ac.id/semnasfisika

Hal. 138 - 141 Dipublikasi: 29 Februari 2020

Kesulitan Guru dalam Mengimplementasikan Model Pembelajaran Berbasis

Proyek pada Mata Pelajaran Fisika di SMA Negeri Kota Makassar

Farida Yusrina Jurusan Sejarah FIS UNNES

Bain Bain Jurusan Sejarah FIS UNNES

Andy Suryadi Jurusan Sejarah FIS UNNES

Historia Pedagogia [P-ISSN 2301-489X | E-ISSN 2684-9771]

Hambatan Guru Dalam Menerapkan Model Pembelajaran Inovatif Pada Mata Pelajaran Sejarah di SMP Negeri 3 Magelang

Nabilah et al. (2021). Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 6 (4): 617 – 622

IDENTIFIKASI KESULITAN GURU DALAM MELAKSANAKAN

PENILAIAN AUTENTIK PADA KURIKULUM 2013 DI SDN 50

CAKRANEGARA

Pusat Penelitian Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Risalah Kebijakan

Implementasi Penilaian Hasil Belajar oleh Guru pada Siswa Sekolah Dasar

Nomor 20, September 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post