Pembelajaran IPA di SD
Pembelajaran IPA di SD
A. Karakter Usia Anak
Saat ini kita telah memasuki abad ke dua puluh satu. Pada abad ini berbagai tantangan global akan dihadapi oleh generasi muda, khususnya tantangan dalam dunia pendidikan. Sebagaimana kita ketahui, usia sekolah dasar merupakan usia emas yang baik untuk menanamkan nilai-nilai dasar pengetahuan dan karakter kehidupan. Selayaknya kita sebagai pendidik juga harus mampu memberikan pengetahuan dan ketrampilan bagi mereka, untuk menghadapi tantangan global. Pertanyaannya, metode belajar apakah yang cocok digunakan untuk memenuhi kebutuhan abad ini?
Sebelum kita menjawab pertanyaan tersebut, hal pertama yang harus kita pahami adalah mengenal karakteristik usia sekolah dasar. Berdasarkan teori Piaget menyatakan bahwa ada beberapa tahapan dalam perkembangan mental seorang anak. Tahapan perkembangan tersebut dapat dilihat dari tingkah laku serta cara berpikir anak: sensory motor, pre-operasional, operasional dan formal operasional.(Amalia Sapriati, Pembelajaran IPA di SD.2014. Universitas Terbuka)
Tahap Sensori Motor berkisar sekitar usia nol sampai delapan belas bulan. Pada tahap ini masih dikategorikan sebagai tahap meniru pada apa yang dilihatnya. Kemampuan anak pada usia ini masuk pada tahap kemampuan mengontrol secara internal.
Tahap Pre-Operasional masuk pada usia dua sampai enam tahun. Kemampuan anak pada tahap ini sudah memasuki kemampuan berbahasa. Hal ini ditandai dengan kemampuan anak dalam mengucapakan satu atau dua kata, bahkan mampu menyusun sebuah kalimat sederhana. Akan tetapi, pada tahap ini seorang anak belum mampu berpikir secara konkret. Anak masih memiliki konsep berpikir sederhana berdasarkan apa yang dilihat dan dipikirkannya sendiri.
Tahapan berikutnya tahap Konkret Operasional yang berada pada usia 6 atau 7 sampai 11 tahun. Pada usia ini anak mulai memasuki sekolah tingkat dasar. Seorang anak pada tahap ini sudah mampu berpikir konkret atau nyata: dapat dirasa, diraba, dilihat. Meskipun demikian, pada tahap ini seorang anak masih memerlukan bimbingan dalam proses belajar. Hal ini dikarenakan pada tahap ini anak masih belum mampu memecahkan masalah sendiri, belum mampu berpikir logis terhadap kejadian yang tidak nyata. Hal ini yang menjadi alasan pembelajaran IPA di sekolah dasar lebih banyak dilakukan dengan melibatkan anak. Selain memudahkan bimbingan, anak dapat merasakan pengalaman nyata ketika proses belajar.
Tahap terakhir adalah tahap formal operasional, berkisar pada usia 11 sampai 14 atau 15 tahun. Tahap ini dapat dikatakan sebagai tahapan usia dewasa. Anak sudah mampu berpikir logis serta mampu memberikan pendapat terhadap sebuah masalah.
A. Pembelajaran Tematik SD
Seperti kita ketahui bahwa pembelajaran di sekolah dasar menggunakan metode tematik. Artinya, antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain saling berkaitan satu sama lainnya. Satu materi yang dipelajari dapat berisi beberapa mata pelajaran di dalamnya, ada bahasa, IPA, matematika dan seni budaya dan prakarya.
Sehingga dibutuhkan ketrampilan seorang guru untuk meramu proses pembelajaran yang menyenangkan siswa. Guru harus mampu memberikan ide-ide cemerlang mengenai metode yang akan digunakannya. Adakalanya, metode yang satu cocok untuk materi pelajaran tertentu, tetapi tidak cocok digunakan untuk materi lainnya.
Permasalahan yang sering muncul saat ini, guru cenderung bingung dengan metode yang tepat untuk digunakannya. Sehingga guru cenderung mengajar siswa dengan mengklasifikasikan setiap mata pelajaran. Sehingga seolah-olah materi tersebut berdiri sendiri dan tidak ada keterkaitan antara satu sama lainnya. Padahal, di sekolah dasar seharusnya menggunakan metode pelajaran tematik. Hal ini bertujuan, bahwa siswa mampu mengaitkan sebuah permasalahan yang muncul dengan kehidupan nyata mereka nantinya. Selain itu, guru cenderung lebih aktif dalam menyampaikan materi pelajaran. Sehingga terkesan siswa lebih pasif dalam belajar.
Oleh sebab itu, penulis mencoba menggunakan metode RADEC dengan pendekatan STEM, yang dirasa cocok diterapkan pada proses pembelajaran. Metode RADEC sudah mencakup pengetahuan dan ketrampilan dasar mata pelajaran sekolah dasar. Sehingga, diharapkan guru sudah tidak memiliki kesulitan ketika mengaitkan mata pelajaran satu dengan lainnya. Selain itu, siswa juga memiliki pengalaman yang menyenangkan ketika belajar. Hal ini disebabkan, pada metode RADEC pembelajaran lebih ditekankan pada siswa aktif, kreatif dan inovatif.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Terimakasih pak, salm literasi
Tulisan informatif dan menambah ilmu. Salam literasi bu guru