Meniti 👣

(Tulisan ini merupakan serangkaian cerita perjalanan backpacker saya ke Vietnam-Kamboja-Thailand)

Perjalanan backpacker kami selanjutnya adalah perkampungan muslim Kamboja. Perkampungan ini terletak di selatan kota Siem Reap, Kamboja. Untuk sampai ke tempat ini tuk tuk yang kami tumpangi melewati beberapa hostel dan cafe yang tersebar di kanan kiri jalan. Beberapa turis mancanegara terlihat lalu lalang.

Mr. Chaman, supir tuk tuk yang sabar dan baik hati yang mengantarkan kami keliling Angkor Wat dengan dua koper besar dan 1 tas besar yang turut andil pula berdesakan memakan jatah duduk kami di tuk tuk, menghentikan tuk tuk nya di depan sebuah mesjid. Kepala saya mendongak ke arah papan nama di depan pintu gerbang mesjid. Diantara tulisan Khmer yang keriting kruwel-kruwel itu saya mengenali tulisan lainnya yang terbaca sebagai Masjid An Neakmah.

Ketika kami turun dari tuk tuk terdengar sapaan "Assalamu'alaikum wr.wb". Spontan kepala kami menengok ke arah datangnya suara. Dua orang lelaki sepuh tersenyum pada kami. Kami menjawab salam mereka. Senang dan terharu rasanya ada yang menyapa kami dengan salam Islami setelah 5 hari telinga kami terasa hampa tanpa pernah mendengar salam dari tempat-tempat yang pernah kami kunjungi.

Berbeda dengan mesjid yang pada umumnya dominan berwarna putih atau hijau, mesjid An Neakmah ini berwarna nuansa pink. Beberapa pilar dengan kokohnya menopang bangunan mesjid ini. Kotal amal yang terbuat dari kayu berukuran sekitar 30x50x100 cm terlihat merapat pada salah satu pilar yang berada di tengah bangunan di sisi kanan mesjid. Papan pengumuman jadwal shalat lima waktu tergantung di dinding depan mesjid. Beberapa kipas angin tersebar menggantung di dinding dan pilar mesjid. Bangunan mesjid ini sebenarnya tidak terlalu besar tapi desain dengan pilar-pilar minimalis yamg kokoh yang membuat kesan mesjid ini terlihat luas. Tampak dari depan tidak terlihat bahwa bangunan mesjid ini berlantai dua. Lantai 1 untuk para lelaki dam lantai 2 untuk para wanita.

Kami diantar ke lantai 2. Tangga untuk ke lantai dua berada di sebelah kanan mesjid. Selesai shalat kami bercakap-cakap dengan seorang bapak tua yang tadi ikut menyambut dan menyapa kami. Beliau bernama ustadz Yusuf. Berdasarkan keterangan dari ustadz Yusuf, ada sekitar 370 kepala keluarga di perkampungan muslim ini dan sekitar 1000 penduduk muslim yang tersebar di Kamboja. Perkampungan muslim ini berada di daerah yang bernama Steung Thmey yang dalam bahasa Khmer Kamboja artinya adalah "sungai baru".

Di perkampungan muslim ini ada sebuah rumah makan halal yang bernama Cambodian Muslim Restaurant. Letaknya di sebelah kanan di belakang mesjid. Harganyapun tidak terlalu mahal.

Tidak jauh dari rumah makan halal terdapat sebuah madrasah. Letaknya tepat di belakang mesjid An Neakmah. Di Madrasah Qomaruddin Al Islamiah kampung Steungmey, Siem Reap inilah warga kampung muslim belajar mengaji.

Beberapa anak terlihat berlarian menghampiri saya. Mereka baru saja selesai belajar mengaji di madrasah. Dengan malu-malu mereka menjulurkan tangannya dan meraih telapak tangan saya dan mendekatkannya ke mulut mereka. Saya tersenyum. Anak-anak yang santun. Senang rasanya bisa berada diantara anak-anak muslim Kamboja. Mereka terlihat senang dengan kehadiran kami. Saya dipanggil "mak cik" oleh mereka.

Ditengah-tengah kehidupan yang mayoritas non muslim dan begitu dekat dengan objek-objek wisata yang mendunia tidak mengurangi keteguhan mereka dalam beribadat kepada Sang Pencipta. Toleransi beragama antara muslim dan non muslim di sekitar perkampungan muslim ini menciptakan kehidupan yang tenteram dan damai. Seperti arti nama perkampungan muslim Steung Thmey, "sungai baru", layaknya sungai yang baru selalu bening, jernih dan tidak keruh. Semoga demikian pula selalu kehidupan masyarakat di perkampungan muslim ini.

Kami meninggalkan jejak kami di sini. Semoga di lain waktu ada kesempatan mampir ke sini lagi.

#Vetty Kurnely#12072017