Pesta tahunan ini sudah banyak yang menunggu. Masa merayakan panen. Saat menikmati keberuntungan. Itu alasannya makin banyak orang ingin menjadi bagian pesta ini.Padahal syarat menjadi peserta pesta tidak mudah. Selain sudah memasuki usia tertentu, keterampilan dan kemampuan juga diperhitungkan. Namun meskipun syaratnya sulit, selalu banyak peminatnya. Tadinya Wanto tak mengerti alasan berjubelnya pendaftar tiap tahun. Masak hanya mendapat sembako dan makanan sekadarnya, banyak yang sampai menghalalkan segala cara agar terpilih? Akhirnya Wanto terdorong ikut seleksi dan terpilih.Ketika Wanto sudah di dalam area pesta, dia baru tahu ternyata hampir semua peserta fokus membawa semua sembako dan makanan yang tersedia. Padahal seharusnya peserta membagikannya pada semua orang di sekitar area. Wanto ngeri melihat betapa orang-orang di area pesta persis seperti petarung kelas bebas. Saling sikut, saling rebut dan tak tahu malu. Wanto sedih melihat ibu-ibu yang terlihat manis, beringas mengamankan hasil jarahannya. Belum lagi ada beberapa bapak yang terlihat intelek tapi mengambil paling banyak. "Astaghfirullah, astaghfirullah...." ucap Wanto berkali-kali. Dia terdesak orang kerumunan orang yang makin beringas. "Argh!" teriak Wanto kesakitan. Kepalanya terantuk sesuatu. Sakit sekali dan matanya terbuka.Wanto ada di kamarnya, tepatnya di bawah tempat tidur. Rupanya mimpi buruknya membuatnya terjatuh. Wanto meringis sambil mengelus kepalanya yang terasa sedikit sakit. Mimpi itu terlalu nyata.

#keeplearning#positivevirus#Bismillahwriteeveryday