Tidak ada yang mengenal siapa dia sebelumnya. Rekam jejaknya juga tidak istimewa, biasa saja. Namun ambisi dan tingkahnya yang begitu meresahkan membuat yang lain risih. Cindi, dia minta dipanggil begitu walaupun namanya Siti Fatimah. Entah kenapa nama aslinya yang bagus tidak membuatnya bangga.Bagi Cindi, tidak ada yang boleh melebihinya. Jadi setiap kali ada kegiatan, bagaimana caranya dia akan minta terlibat. Seringkali dia menggunakan cara-cara tidak baik. Meskipun Cindi berusaha menyuap sana sini untuk menutupi ulahnya, tetap saja aroma busuk tercium. Beberapa orang yang tadinya diam mulai terusik. Situasi makin tak nyaman karena ulah Cindi. Seenaknya dia melanggar SOP yang berlaku. Atasan langsung sudah berada dalam genggamannya sehingga dia seakan bebas.Namun setelah sekian lama, akhirnya Cindi eh Siti kena batunya juga. Kali ini tak ada lagi orang yang bisa membantunya. Proyek besar yang dipegangnya bersama pendukung utamanya terbukti tidak sesuai rancangan awal. Bahan-bahan yang di bawah spesifikasi dan harga barang yang di mark up menyebabkan kualitas bangunan jelek. Kali ini Bos besar benar-benar murka dan mengambil alih tanggung jawab. Konsekuensinya Siti eh Cindi dan atasan kantor kami diberhentikan tanpa pesangon. Semua kembali tenang akhirnya setelah Siti keluar. Beberapa bulan setelah kejadian itu, betapa terkejutnya kami melihat Cindi eh Siti digebrek seorang ibu pejabat ternama di sebuah kamar hotel bersama sang suami. Duh Cindi, Cindi sampai kapan kamu minta jalan pintas?

#keeplearning

#positivevirus

#Bismillahwriteeveryday