لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرًا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu benar-benar akan mendengar dari orang-orang yang diberi al-Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan (Ali Imran. 3 : 186)

Ketika hujan terus menerus dan tak kita dapatkan matahari yang bersinar, sering kali kita mengeluh ini itu. Bahkan lupa pada keutamaan dibalik hujan yang Allah turunkan tersebut, bahwa sungguh dibalik hujan lebat ada doa doa hambaNYA yang diijabah dan langsung terangkat kelangit bersama sapuan angin yang mendesau.

Saat Allah berikan panas terik yang panjang hingga kering sawah ladang, jua keluhan itu kita ucapkan hingga kadang lupa bahwa Allah hanya sedang mengingatkan kita akan panasnya hari dimana kita dikumpulkan untuk dihisab sebelum masuk surga ataukah ke nerakaNYA yang teramat dahsyat panasnya.

Lupa akan rasa syukur sering kali membuat kita jauh dari pertolongan Allah, merana dan rugi bukan hanya didunia namun juga akhirat. Karena bukankah kitab suci yang berisikan surat surat cintaNYA hanya memerintahkan kita untuk senantiasa menjadikan sabar dan sholat sebagai sandaran disaat ujian melanda yang akhirnya melahirkan rasa syukur tak berkesudahan pada Robbul izzati.

Rasa syukur yang bukan hanya terucap dimulut namun juga dihati dan tercermin dari perbuatan kita. Bahwa segala ujian dariNya adalah ketetapan yang sudah dituliskan di lauhul Mahfuz Nya dan hanya bisa kita ubah dengan doa dan sedekah.

Doa sebagai sarana bermesraan, berkomunikasi, berkeluh kesah, mengadu bahkan merajuk pada sang kekasih hati Allah azza wajalla. Sebelum kita mengeluarkan semua resah dan gundah gulana pada selainNYA yang hanya sering menambah luka saja. Allah hanya meminta kita untuk sujud dan tunduk,merunduk dihadapanNYA, mengecilkan diri kita ditengah luasnya hamparan berkah dan Rahmat yang DIA beri dikehidupan kita. "Adakah yang lebih romantis kecuali bisikanmu padaNYA melalui perantaraan bumi yang memantulkan milyaran energinya mengirimkan permintaan khusukmu kelangit dan mengguncang ArasyNYA?". Doa senjata terampuh umat muslim disaat segala hal telah diupayakan sebagai jalan ikhtiar.

Lantas, adakah yang lebih mesra dari Sedekah? Saat tangan kananmu mengeluarkan sesuatu yang bernilai ibadah bahkan tanpa tangan sebelah kirimu mengetahuinya namun tetap memberikan pahala dan keutamaan bagi keduanya? Ibarat seseorang yang jatuh cinta dan memberikan kejutan berupa kekayaan tiada habisnya tanpa diketahui sebelumnya oleh kekasih hati namun kekasih hati tersebutlah yang merasakan manfaat dan keutamaan harta kekayaan tersebut?!. Seperti itulah sedekah, ketika perbuatan sunyimu itu bernilai pahala dan keutamaan bukan hanya untukmu namun juga bagi kedua orangtuamu, keluargamu juga anak dan pasanganmu atas sebab keutamaan pahala sedekah itu sendiri yang kau keluarkan diam diam dan merubah jalan takdirmu.

Maka adakah kepantasan lain yang patut kita lakukan selain mempertebal rasa syukur didalam tiap sendi kehidupan kita. Bahwa sungguh musibah, ujian, rasa sakit, kematian di muka bumi ini hanyalah sedikit saja yang Allah berikan diantara banyaknya nikmat yang kita peroleh, kita hanya senantiasa lupa mensyukuri apa yang Allah telah berikan yang sejatinya diri ini, hidup ini, mati ini semuanya milik Allah dan akan kembali padaNYA lagi, jadi apapun yang Allah takdirkan pada kita sebagai hamba yang telah diberikan karunia itu apakah pantas untuk kita bermuram durja saja atas kehendak yang telah diberikanNYA??? Sedangkan segala hal yang berasal dariNYA juga akan kembali padaNYA?

Dalam surat cintaNYA Allah berfirman :

وَبَشِّرِ الصَّابِرِيْنَ. الَّذِيْنَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ. أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ

“Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan: ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.’ Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al-Baqarah: 155-157)

Dari Ummu Salamah radiallahu anhu menyebutkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ تُصِيْبُهُ مُصِيْبَةٌ فَيَقُوْلُ مَا أَمَرَهُ اللهُ: إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيْبَتِي وَاخْلُفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا؛ إِلاَّ أَخْلَفَ اللهُ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا

“Tiada seorang muslim yang ditimpa musibah lalu ia mengatakan apa yang diperintahkan Allah (yaitu): ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, wahai Allah, berilah aku pahala pada (musibah) yang menimpaku dan berilah ganti bagiku yang lebih baik darinya’; kecuali Allah memberikan kepadanya yang lebih baik darinya.” (HR. Muslim)

“Ketika Abu Salamah meninggal, aku mengucapkan istirja’ dan mengatakan: ‘Ya Allah, berilah saya pahala pada musibah yang menimpa saya dan berilah ganti bagi saya yang lebih baik darinya.’

Kemudian aku berpikir kiranya siapa orang yang lebih baik bagiku daripada Abu Salamah? Maka tatkala telah selesai masa ‘iddah-ku, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (datang) meminta izin untuk masuk (rumahku) di mana waktu itu aku sedang menyamak kulit. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melamarku.

Tatkala Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah selesai dari pembicaraannya, aku berkata: ‘Wahai Rasulullah, sebenarnya saya mau dilamar tapi saya seorang wanita yang sangat pencemburu. Saya khawatir, anda akan melihat dari saya sesuatu yang nantinya Allah akan mengazab saya karenanya. Saya juga orang yang sudah berumur dan banyak anak.’

Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Adapun apa yang engkau sebutkan tentang sifat cemburu, niscaya Allah akan menghilangkannya. Dan apa yang engkau sebutkan tentang umur maka aku juga sama (sudah berumur). Dan yang engkau sebutkan tentang banyaknya anak, maka anakmu adalah tanggunganku.’

Aku berkata: ‘Aku menyerahkan diriku kepada Rasulullah.’ Lalu beliau menikahiku.

Ummu Salamah berkata setelah itu: “Allah telah menggantikan untukku yang lebih baik dari Abu Salamah, yaitu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Ahmad)

Sesuai dengan janjiNYA dalam surat cintaNYA pada hamba hambaNYA yang mau bersabar :

“Dan berilah berita gembira bagi orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah: 155), dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al-Baqarah: 155-157)

Karena juga sungguh tidak ada derita yang akan Allah berikan selamanya namun berganti bahagia yang telah DIA siapkan bagi kita hingga kita lupa akan penderitaan dan rasa sakit itu sendiri. Bersabarlah dalam ketakwaan yang senantiasa kita pelihara didalam kandungan rasa syukur yang kita aplikasikan dalam kehidupan kita selamanya sampai tiba saatnya "pulang kampung" (akhirat) selamanya.

Bojonggede, Bogor

Awal Desember 2017

Mendung dihati, melihat sakitnya putri cahaya mataku yang belum usai.

Robbana pandanglah Aku.

Vonny Olivia Djumadi