Vonny Olivia Djumadi

*I stoped explains myself when i realize people only understand from their level of perception* Belajar, belajar, belajar.. Hidup adalah pembelajaran dan kita ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Serenade Hujan Sang Putri Cahaya Mata
Dok.pribadi

Serenade Hujan Sang Putri Cahaya Mata "Lara"

Ada lelah yang tersirat dari bening bola mata indahmu, mulutmu terus melantunkan zikrullah, menahan rasa sakit tak tertahankan yang beberapa bulan ini terus mendera, andai dapat kupindahkan saja segala rasa sakit yang menimpamu, nak.... Bunda rindu senyum riangmu.

Bagai kiamat menimpa kehidupanku, petang itu saat dokter memanggil kami keruangan guna membicarakan diagnosa yang didapatkan setelah seluruh pemeriksaan kau jalani beberapa bulan ini. Dokter mendiagnosa Space-Occupying Lesions pada otak yang erat berhubungan dengan malignansi pada otak.

Itulah yang bisa jadi menyebabkan rasa sakit luar biasa juga mual yang selama ini kau alami, air mataku telah kering menetes menemani seluruh kesakitanmu juga rasa takut yang mencekam tiap saat ketika kau kehilangan kesadaranmu dan detak jantungmu mulai berdetak tak teratur dengan cepat nya. Aku hanya terpaku, memandang ruang putih di sekitarku, lantas terasa lemas seluruh tulang kuat seolah dicopoti satu persatu. Allah... kumohon berikan putri cahaya mataku kekuatan dan ketabahan hati.

Angin lantas mendesau kasar mengoyak ranting ranting dari cabang pohon yang termangu, aku memandang langit luas membentang dan harum itu hadir pertanda dia akan turun lagi. Daun mulai melepaskan diri, satu, dua, tiga..... Hujan turun dengan derasnya, menemani diriku yang bersimpuh menahan gejolak perasaan yang ada didalam jiwaku.

"Allah.... Jangan timpakan hukuman atas dosa dosaku pada Putri Cahaya Mata.... Hukum aku saja ya Robb... Hukum aku saja!!!! Jangan bebankan kesulitan itu padanya ya Robb!!".

Lantang kuteriakkan amarahku padaNYA, melalui buliran buliran air hujan yang jatuh membasahi tubuhku, kurasakan DIA memelukku. Melipur laraku, melalui buliran air hujan yang deras membasahi bumi kurasakan kasih sayangNYA kembali diujikan kembali kelayakan cinta ini.

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ٦٤:١١

“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya.” (At-Taghabun/64:11)

"Robbana... Genggam hatiku".

Lirih kubisikkan kesah ini memantul keangkasa melalui perantaraan bumi yang meng -amiin- kannya.

Kembali ku tata hati, menguatkan langkah, mencerahkan senyum diwajahku, menemani Putri Cahaya Mata yang masih terbaring tak berdaya, sorot matanya redup, namun senyum semangat tak pernah hilang diwajahnya.

"Hujan.... Bunda, aku rindu tarian hujan". Katamu sambil memalingkan wajah kearah jendela yang kau minta dibiarkan terbuka, ku tatap Yanda menemanimu sambil terus mengecupi keningmu. Kutatap wajahnya, ada resah yang terpancar namun dengan gerak tubuhnya kudapat membaca dia ingin aku kuat bersamanya, mendampingimu.

"Ayo kita keluar sebentar... Biarkan Cahaya Mata merasakan sentuhan hujan dijemari tangannya, agar hilang sedikit rindu itu!".

Senada perintah komandan,Yanda membopongmu dan memberi isyarat padaku, aku tersenyum mengecup wajah pucat pasimu.

Kau tertawa bahagia, hujan membasahi jemari tanganmu, percikannya kau ciprati pula kewajahku, kita lantas duduk disisi Selasar rumah sakit menghadap ke taman, menikmati rinai hujan yang riuh berdenting diatap. Yanda memalingkan wajahnya, tergenang Selaksa air mata yang hampir tumpah ruah dari sudut bening bola matanya.... Ahhh, Yanda terlalu tegar untuk menjatuhkan air mata itu. Dia pantang terlihat sedih dihadapan kami. Kuremas jemarinya memberi tanda bahwa kita akan baik baik saja. Allah sang pemilik jiwa ada memberi pertolonganNYA, Dia teramat dekat bahkan lebih dekat dari urat nadi kita sendiri. DigenggamanNYA jiwa kita, hidup dan mati, sehat dan sakit.

Kami riuh berdoa dalam hati di hening ucap mulut kami yang hanya mengukir senyum kepasrahan, bertawakal pada segala ketentuanNYA. Ditemani rinai hujan yang makin deras mengguyur bumi, Robbana jangan biarkan kami menjadi hambaMu yang lemah dalam uji.

Desau angin mengecup kelopak mata Putri Cahaya Mata yang mulai redup tak kuasa menahan lelahnya rasa sakit yang dirasakannya, tertidur dalam pelukan Ayahanda yang masih mengukir doa penuh harap pada sang pemilik jiwa Allah AZZA wajalla, begitupun ibunda yang terus membalut keyakinan padaNYA bahwa selepas badai yang mereka jalani ada pelangi kecil milik mereka yang harus didahului dengan rasa syukur apapun uji coba yang harus dilalui sebelumnya terlebih dahulu.

Bojong gede, Akhir Desember 2017

Menguntai Samudera Harap

PadaMU,, Robbana.

Vonny Olivia Djumadi

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bu Vonny usaha doa dan harapan harus selalu ada be Strong ya..

20 Jan
Balas

Aamiin ya robbal alamiin... Terimakasih atas motivasi dan dan yaa bunda Sri Sugiastuti.. barakallahu fiikum

05 Feb
Balas



search

New Post