Vonny Olivia Djumadi

*I stoped explains myself when i realize people only understand from their level of perception* Belajar, belajar, belajar.. Hidup adalah pembelajaran dan kita ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Serenade Sang Putri Cahaya Mata
Dok.pribadi

Serenade Sang Putri Cahaya Mata "Rapuh"

Rintik hujan malam itu diselingi oleh desah angin yang seolah resah, segamang hati ibunda menatap Putri Cahaya Mata yang kembali mendapatkan serangan mendadak lebih dari biasanya. "Ahad Robbi, laailaha ilallah...laailaha ilallah". Pelan bibir mungilnya mengikuti zikir yang dilantunkan ibunda sambil menahan sakit luar biasa. "Ada lebah bunda... Banyak lebah suaranya berisik,tolong bunda...". Putri Cahaya Mata memejamkan matanya dan lebih keras berzikir. Terlihat ayahanda mengelus elus kedua kaki Putri Cahaya Mata yang masih kaku. Dan akhirnya terkapar sekian kalinya tidak sadarkan diri. Malam itu terasa lebih panjang dari malam malam sebelumnya, menenangkan keadaan Putri Cahaya Mata juga menenangkan hati dan diri secara bersamaan rupanya tidak semudah perkataan orang orang yang menyuruh untuk bersabar dalam menghadapi segala ujian ini. Dibutuhkan "kewarasan" maksimal agar bisa tetap tenang dan terkendali disaat panik menghadapi langsung serangan sakit darah daging sendiri,ketimbang menolong orang lain yang mengalami peristiwa serupa.

Pagi itu mendung menggayuti langit serupa hati ibunda yang lagi lagi terguncang, Putri Cahaya Mata dipantau 24jam saturasi dari jantung yang tidak stabil saat mengalami serangan mendadak. Lemah, semakin pucat, bibirnya membiru,wajahnya pucat pasi menahan sakit juga lelah. Namun ibunda masih menemukan senyum yang terpancar disana, senyum dan sebait duka. "Lekaslah pulih". Lirih ibunda merepih hati.

Tiga malam dan kondisi Putri Cahaya Mata belum juga stabil, makin sering sakit kepala dan mendengar suara dengung yang makin kencang. Hingga akhirnya kembali tidak sadar.

Dalam cemas Ayahanda dan ibunda menanti harap, melambungkan doa doa setinggi mungkin agar kembali terpantul kan pada buah hati dihadapan mereka. "Aku takut!". Lirih ibunda membisik, "Jangan hentikan takutmu, sebab akupun begitu, menangis saja bila itu meredakan sesakmu, tapi jangan berlarut larut dalam kesedihan itu sebab Putri Cahaya Mata membutuhkan kita disisinya, Ada Allah azza wajalla membersamai langkah kita". Ayahanda memeluk erat pendamping hidupnya yang telah bersama dengannya dalam suka duka kehidupan beberapa tahun ini, tubuhnya berguncang guncang penuh duka lara.

Putri Cahaya Mata terlelap dalam istirahatnya setelah malam malam panjang penuh perjuangan melawan segala kesakitan yang dirasakannya. Ada perih yang menelisik sanubari, dalam kidung doa pengharapan padaNYA terselip sebongkah rasa yang menganga didasarnya bernama Rapuh.

Pagi berembun dan matahari seolah enggan muncul, bagai kesedihan yang masih menggayuti hati , ibunda menata hati dan mengemas luka yang terserak, menguatkan kembali diri dan sanubari diatas pegangan teguh tauhid yang dimiliki satu satunya sebagai kekuatan yang diandalkan saat ini. Ditatapnya Putri Cahaya Mata yang akhirnya tenang didalam dekapannya, sepenuh kasih sayangnya dibelai manja Putri Cahaya Mata, membaluri sekujur tubuhnya dengan doa doa. "Kuat nak, jadilah kuat... La Tahzan, La taghdob, La Tahinu.. Qowiy Lillah ta'ala!! Jangan sedih sayang, jangan marah dengan keadaan ini, jangan kamu lemah sedikitpun... Semua karena Allah nak!". Pelan ibunda mengecup dan berulang ulang mengatakannya ditelinga Putri Cahaya Mata yang terus melantunkan zikir dibibirnya. Pelan dan lama lama tertidur lelap.

"Sampai kapan ini akan berakhir ya Robb? Kuatkan kami dijalanMu,ampuni dosa dan salah kami. Jangan timpakan apa yang tak dapat kami tanggung, kasihanilah putri kami". Lirih Ayahanda memanjatkan doanya hingga mengalirkan air mata di kedua sudut matanya, hampir 5 bulan Cahaya mata buah hatinya merintih dalam tiap kesakitannya, dan ayahanda tak dapat berbuat apapun untuk mengurangi rasa sakit itu kecuali hanya berdoa dan berdoa dibalik ikhtiar mereka mengobati sakit tersebut.

Sore itu Allah mulai memberikan ijabah pada doa doa yang acap mereka panjatkan, Putri Cahaya Mata bangun dan terlihat lebih segar. Walau masih pucat ada cahaya dikedua binar matanya, ada senyum yang merekah menumbuhkan perasaan bahagia, namun tiba tiba dia berkata sambil menatap kosong wajah ibunda juga ayahanda "Ini dimana? Kamu siapa?". Putri Cahaya Mata diusia 8tahunnya tiba tiba seolah menjelma bagai anak berusia 3tahun dan melupakan ayahanda juga ibundanya.

"Lirih, kupanjatkan kidung doa agar tak merepih hati ketika perih".

Ibunda menarik nafas panjang begitupun ayahanda yang telah menerima berbagai macam konsekuensi atas sakit yang diderita buah hati mereka sebelumnya saat sang dokter menjelaskan segalanya. "Ini ayahanda coba pegang wajah ayahanda nak". Tercekat ibunda berkata lirih sambil memeluk dan mengarahkan tangan kanan Putri Cahaya Mata kewajahku ayahanda yang tertunduk menahan pedih. Ibunda memeluk erat tubuh Putri Cahaya Mata sambil mencium punggung juga ubun ubinnya sambil tetap melantunkan zikir. "Aku lupa,, aaah... Sakit kepalaku sakit!". Ibunda tetap memeluk dengan erat dan mengatur nafas juga emosional jiwanya yang menguras air mata.

"Tarik nafas nak,, Allah..Allah..Allah..tidak apa apa saat ini kamu lupa ayahanda dan ibunda,asal kamu ingat Allah nak!! Sebut Allah saja panggil Allah saja nak.. Allah..Allah..Allah!". Ayahanda mengusap punggung tangan Putri Cahaya Mata dan membelai pelan wajahnya seperti kebiasaan mereka sehari hari. Dan Putri Cahaya Mata mulai mengenali ayahanda dan ibunda sambil menatap lekat lekat "Yahnda... bunda..".

Allah maha baik takbir terdengar pelan mereka ucapkan berkali kali sambil berpelukan, entah esok berapa lama waktu yang Putri Cahaya Mata butuhkan untuk kembali mengingat ingat memory nya yang terkadang lompat bahkan hilang. Yang pasti saat ini mereka hanyalah mensyukuri bahwa Putri Cahaya Mata telah lebih baik kondisinya dari kemarin.

Waringin Jaya - Bogor

Vonny Olivia Djumadi

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post