"Aku harus segera berangkat ke bulan. Kalau tidak, aku akan kelaparan," gumam Luna. Diliriknya kaleng sarden setengah terbuka di sudut pintu. Isinya pasti sudah menghilang ke dalam perut seseorang. Lagi pula ikan sarden dalam kaleng bukan termasuk makanan kesukaan Luna. Itu hanya semacam hidangan tulang ikan tidak enak baginya. Kucing putih itu menyeringai melihat isi dalam kaleng yang tinggal remah-remah dan tulang-tulang putih menjulur. 

Hmmm, ini mungkin  makanan si Kucing Hitam sebelum dia pergi ke bulan. Mungkin benar yang dikatakan Anak Perempuan Berponi, makanan di bulan memang lebih lezat. Dengan  sisa-sisa tenaganya, Luna segera memanjat ke atap box merah itu. Dia duduk terengah-engah sambil menatap sebuah benda seperti bola kaca di situ. Itulah kendaraan menuju bulan. 

Kucing hitam memperhatikan Luna dari sisi sudut atap yang lain. Dibiarkannya kucing putih itu masuk ke roket percobaan. Ia ingin melihat cara kerjanya. Perlahan benda mirip bola kaca itu terdorong ke atas. Meninggalkan asap-asap putih di sekeliling dasar bola dan suara mendesis. Tanpa banyak suara benda itu akhirnya melayang naik, naik, naik dan semakin tinggi naik ke langit malam berhias bintang. Kucing hitam melambaikan kaki depannya. Mengucapkan selamat jalan pada wajah panik si Putih yang kini menempelkan keempat kakinya erat-erat ke dinding kaca bulat yang sedang mengudara itu.

"Yes! Roket berhasil terbang!" Si Hitam cepat meluncur turun ke dalam box telepon merah.

Bersambung 🐈‍⬛