Luna, si Kucing Bulan 5
"Horeee..! Ini jejak kaki pertamaku di bulan. Tempat ini begitu tenang, tanahnya lembut bila dipijak. Hei! Apa itu putih-putih betebaran di tanah?" Ia mendekati benda-benda putih itu. "Ow, tikus-tikus putih! Wah, kebetulan aku lapar sekali." Sekali terkam tikus-tikus itu langsung tidak berkutik. "Ow, ternyata benar yang dikatakan Anak Perempuan Berponi, tikus-tikus bulan mudah ditangkap." Luna makan dengan lahap sampai kekenyangan. Tiba-tiba ia merasa rindu pada Anak Perempuan Berponi. Luna berbaring tenang mengibas-ngibaskan ekornya sambil menikmati suasana bulan. Si Kucing Hitam tidak tampak di mana pun. Kemana dia? Bukankah seharusnya dia tiba lebih awal? Seekor burung hantu terbang rendah dan menangkap seekor tikus putih dengan cakarnya lalu membawanya pergi. Lalu datang seekor burung hantu yang lain membawa satu demi satu tikus-tikus putih yang masih tersisa. Rupanya di bulan sudah ada beberapa penghuni. Luna bukan yang pertama berada di bulan. "Tapi akulah kucing putih pertama yang tiba di bulan. Akulah Kucing Bulan. Ow, betapa senangnya menjadi seekor kucing putih penghuni bulan." ujarnya kegirangan.
***Di sebuah teras yang dibangun di atas kolam ikan, duduk seorang Anak Perempuan cantik. Ia merebahkan kepala di pangkuan ibunya. Wajahnya tampak sedih. Kucing kesayangannya menghilang tanpa jejak. "Bu, mungkin Luna pergi karena aku lupa meninggalkan makanan untuknya, ya?" Air matanya berlinang. "Luna tak pulang. Mungkin dia diculik atau diracun orang, Bu?" Tangis anak perempuan itu bertambah keras. Ibunya mengusap rambut berponinya lalu menghapus air mata anak perempuan kesayangannya.
"Besok kita cari Luna, ya. Ibu akan tempelkan poster kehilangan di sepanjang jalan ke arah pasar. Kamu jangan khawatir. Luna pasti pulang." Ujar perempuan itu menenangkan putrinya.
Bersambung 🐈⬛
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Cerita yang menarik
Terima kasih, Bunda @Rismalasari.
Keren ibu cernaknya.
Terima kasih, Pak @Fadlin, S. Pd.