Wahyu

Guru di SDN Mangliawan 02 Kecamatan Pakis Kabupaten Malang Dari tahun 2009 hingga Sekarang. Pengalaman di dunia literasi pernah menerbitkan sebuah buku antalog...

Selengkapnya
Navigasi Web
Pergeseran Makna Lagu Sebagai Barometer Degradasi Moral

Pergeseran Makna Lagu Sebagai Barometer Degradasi Moral

Pernahkah anda memperhatikan perkembangan lagu bermakna cinta dari tahun ke tahun? Entahlah tapi saya merasa perkembangan lagu-lagu itu menunjukkan degradasi moral bangsa ini. Dari tahun ke tahun, berbagai lagu cinta yang diciptakan semakin kesini semakin mengerikan. Apakah perkembangan lagu-lagu tersebut merepresentasikan kehidupan remaja jaman saat lagu itu diciptakan?

Saya mulai dari lagu tahun 50an. Sebagai contoh, mari kita simak lagu yang sempat popular di era itu. Berikut penggalan lagu yang berjudul Aryati.

Dosakah hamba mimpi berkasih dengan tuan

Ujung jarimu ku cium mesra tadi malam

Dosakah hamba memuja dikau dalam mimpi

Hanya dalam mimpi

Coba anda bayangkan. Baru mimpi mencium ujung jari saja sudah merasa takut dosa. Lagu-lagu tahun 1950an tampak begitu santun dan nyaman untuk didengar telinga.

Berikutnya di tahun 1960an. Pada era 60an ini saya paling hafal lagu sepanjang jalan kenangan. Lagu ini cukup romantis menurut saya. Mari kita simak sepenggal liriknya.

Sepanjang jalan kenangan

Kita selalu bergandeng tangan

Sepanjang jalan kenangan

Kau peluk diriku mesra

Lagu di tahun 1960an merepresentasikan kehidupan remaja kala itu sudah berani bergandengan tangan. Bahkan dituliskan mereka juga sudah berani memeluk kekasihnya. Kisah cinta remaja di era 60an bisa dibilang sudah semesra itu.

Berikutnya era tahun 1970an. Lagu paling fenomenal di tahun 70an adalah lagu koes plus. Anda masih ingat dengan lagu cubit-cubitan? Coba kita simak sepenggal baitnya.

Cubit-cubitan o…o… senggol senggolan

Cubit-cubitan o…o… senggol senggolan

Genit-genit gadis sekarang

Kalau dicubit katanya sayang

Genit-genit gadis sekarang

Kalau disenggol katanya cinta

Melebihi remaja tahun 60an, remaja tahun 70an gadis-gadisnya sudah genit dan suka senggal-senggol. Tidak seperti pada dekade sebelumnya dimana perempuan tidak berani memulai untuk menunjukkan cinta lebih dulu. Pada era 70an perempuan sudah berani menunjukkan cintanya lebih dulu.

Era 80an saya masih ingat dengan grup fenomenal PMR dengan lagunya judul-judulan. Pada awalnya saya bingung dengan lagu ini karena isinya dengan judulnya seperti tidak nyambung. Mari kita simak penggalan lagunya.

Neng ayo neng ayo main pacar-pacaran

Daripada pacar beneran

Pikiran pusing tidak karuan

Kumpul kebo

Ya cuma kebo-keboan

Nah lho…!! Era tahun 80an sudah mengenal istilah kumpul kebo. Meski disebut cuma kebo-keboan, apakah di era 80an sudah mulai muncul perilaku seperti itu? Bahkan begitu mudahnya blak-blakan menceritakan masalah itu.

Berikutnya era 90an. Pada era 90an banyak grup band bermunculan. Salah satunya adalah Zamrud. Saya masih ingat salah satu lagu kontroversial mereka yang berjudul Surti Tejo. Berikut sepenggal liriknya.

Jemari Tejo mulai piknik

Dari wajah sampai lutut Surti

Tanpa sadar sarung merekapun jadi alas

Mirip demo memasak

Tejo mulai berakting di depan

Surti memasang alat kontrasepsi

Surti menjerit menutup wajahnya

Surti kecewa arjunanya berubah

Parah..!! Pada era tahun 90an para remaja bahkan dijelaskan bagaimana prosesnya hubungan itu dengan begitu gamblangnya. Saya masih ingat saat lagu itu diputar oleh kakak laki-laki saya, ibu saya langsung menutup telinga saya. Waktu itu saya masih SD. Sedangkan kakak saya, dimarahi habis-habisan oleh ibu saya karena telah memutar lagu laknat macam itu.

Berikutnya tahun 2000an. Ada sebuah lagu yang sampai detik ini saya tak kuat untuk mendengarkannya. Lagu ini menurut saya merupakan puncak dari degradasi moral pada bangsa ini. Judulnya hamil duluan. Mari kita simak sepenggal liriknya.

Ku hamil duluan sudah 3 bulan

Gara-gara pacaran tidurnya berduaan

Ku hamil duluan sudah 3 bulan

Gara-gara pacaran suka gelap-gelapan

Entah apa yang terbersit dalam pikiran pencipta lagu ini. Begitu mudahnya membuat lagu dengan makna yang tidak memiliki pesan postif sama sekali. Bahkan yang membuat saya miris adalah, lagu ini begitu sering dinyalakan pada speaker-speaker besar jika ada orang punya hajat kawinan atau sunatan. Bisa dibayangkan, begitu mudahnya lagu-lagu seperti ini didengar oleh telinga anak-anak. Apalagi ritme lagunya yang ngebit dan mudah untuk dinyanyikan membuat lagu-lagu dangdut koplo macam ini begitu mudah dihafalkan.

Bahkan jika disebutkan satu persatu, masih banyak lagu bernafas seperti ini. Misalnya tali kutang, satu jam saja, cinta satu malam, cabe-cabean dan sebagainya. Bisa anda bayangkan betapa mudahnya merusak moral bangsa ini? Tak perlu repot-repot merusaknya. Cukup dengan memutar lagu macam ini berkali-kali dengan suara keras, anda sudah sukses mengajarkan perilaku tak bermoral pada anak-anak.

Hal inilah yang perlu diperhatikan oleh orang tua. Pembangunan moral anak tidak hanya berada di tangan guru saja. Orang tua dan bahkan masyarakat punya andil besar dalam pembentukan karakter anak bangsa. Coba anda bayangkan, di sekolah anak-anak itu diajari bersikap santun selama 5-7 jam oleh guru mereka sampai berbusa. Saat mereka pulang dalam perjalanan mereka mendengar lagu, “Ku hamil duluan… sudah 3 bulan…”

Belum lagi saat anak-anak sampai di rumah, mereka masih mendengar asupan lain dari lingkungan sekitar rumah mereka. Saat guru melarang mereka untuk mengumpat, orang tua atau tetangga sekitar mereka dengan mudahnya mengumpat. Lalu saat anak-anak ini mulai meniru perilaku mereka, orang tua merasa begitu kaget. Bertanya-tanya bagaimana mungkin anak-anak mereka melakukannya? Bagaimana kualitas pendidikannya di sekolah sehingga anak-anak mereka menjadi tidak bermoral begitu?

Menghadapi fenomena seperti ini perlu kerja sama dari berbagai pihak. Baik itu orang tua, sekolah, masyarakat maupun pemerintah. Jika tidak ada kerja sama dari semua pihak, degradasi moral seperti ini semakin tahun akan semakin memprihatinkan. Percuma jika pihak sekolah sudah berbusa mengajarkan tata krama tapi di rumah anak-anak masih menonton sinetron bergenre pacaran, mendengarkan lagu koplo bermakna porno dan belajar mengumpat dari lingkungan sekitarnya. Percuma jika pemerintah tidak kunjung memfilter lagu atau film yang kemungkinan dapat dikenal anak karena jam tayangnya saat prime time.

Guru memang ujung tombak pendidikan. Tapi guru bukan kambing hitam dari ketidak bermoralan remaja masa kini. Guru tidak dapat berjuang sendiri. Guru juga memerlukan bantuan dari semua pihak. Jadi….bantulah kami!!

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post