ADA RASA WAS-WAS

Beberapa kali saya menerima surat tugas dari pimpinan Balai, untuk mengikuti kegiatan. Sejak merebaknya pandemi, pelaksanaannya, kalau tidak di rumah, sesekali di kantor. Berjam-jam di depan laptop, seorang diri mengurung di kamar. Mendengarkan dan menyimak narasumber bicara, silih berganti

Banyak sisi baik, begitu juga negatifnya, kala mengikuti vicon. Negatifnya, cepat jenuh, kadang tidak konsentrasi, mata lelah memandangi laptop berjam-jam. Belum lagi kalau gangguan jaringan atau tiba-tiba laptop hang, gambarnya menghilang. Atau malah mati lampu.

Kebaikannnya, bebas. Bisa sambil makan minum, tiduran, bahkan tidur beneran. Asal video dan suaranya di-off-kan.

Nah, tadi siang, kala WFO, saya dipanggil pimpinan. Saya diperintahkan mengikuti kegiatan. Kali ini saya was-was, pasalnya kegiatan akan berlangsung tatap muka alias Luring. Lokasinya, di daerah terpencil. Naik pesawat. Persis seperti kegiatan yang biasa dilakukan sebelum masa pandemi merebak. Pemetaan dan Verifikasi satuan pendidikan.

Meski waktunya masih beberapa hari ke depan, rasa was-was dan khawatir semakin manjadi-jadi. Kebayang sebelum naik pesawat, harus mengurus berbagai persyaratan. Salah satunya swab test, melampirkan surat-surat rekomendasi dan sebagainya. Bagaimana nanti hasil tes swab-nya. Bagaimana kondisi pandemi di daerah tujuan. Dan sejuta perasaan was-was.

Sejatinya bagi penulis, tugas ke luar daerah mestinya menyenangkan. Ia akan mendapat banyak tema, bahan, untuk ditulis. Selain mendapat pengalaman baru di tempat yang kita kunjungi.

Dari pengalaman saya selama ini, kunjungan ke luar daerah, bahkan bisa melahirkan sebuah buku baru.

Tapi rasa was-was itu tidak akan dihadapi semua orang. Khusus bagi saya, rasa was-was dan khawatir itu dikarenakan saya diatas 45 tahun.

Jayapura, 21 September 2020