DARING MELELAHKAN (235)
DARING MELELAHKAN
Kata Cak Lontong, seorang pelawak dan stand up comedy terkenal, dalam salah satu materi lawakannya pernah mengatakan: kemiskinan itu jangan diperangi, diusir atau diberantas. Sesuatu yang dimusuhi, ia akan berontak, melawan. Sebaiknya kemiskinan itu dirangkul untuk disadarkan.
Lawakan cak lontong meski hanya joke, sejatinya “ada benarnya”, buktinya kemiskian bukan berkurang, malah meningkat. Ya, itu tadi karena semangatnya memerangi. Hik hik hik hik. Wallualam Bisawab.
Begitu pula dengan aktifitas kami di Balai, tempat saya bekerja menjadi abdi Negara, ASN. Salah satu tupoksinya memberantas tunaaksara. Bertahun-tahun, malah tidak pernah tuntas. Meskipun ada penurunan, cuma seuprit. Cenderung stagnan.
Yang telah melek aksara, malah kembali tunaaksra. Penyebabnya, tidak mengikuti program lanjutan atau tidak diaplikasikan dalam aktifitas sehari-hari. Ibarat belajar bahasa, karena tidak pernah digunakan, jadi lupa.
Sampai saat ini, angka tunaaksara di Papua, 29 persen atau sekitar 500-ribuan orang. Banyak faktor angkanya masih tinggi. Letak geografis dan topografi yang relatif sulit, sebagian masih ada pola hidup berpindah, nomaden. Di wilayah tertentu program penuntasan tunaaksara tidak berjalan maksimal, karena faktor keamanan.
Hari ini saya mendapat surat tugas mengikuti FGD (Diskusi terpumpun) yang diselenggarakan Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus (PMPK), Direktorat Jenderal Paud Dasmen. Ya, itu tadi membahas strategi menuntaskan tunaksara yang tidak pernah tuntas, tas, tas. Yang menjadi kendala utama, apakah kegiatannya dibuat daring atau luring.
Kalau daring, kekuatan sinyal tidak merata di setiap daerah. Jika dipaksakan tatap muka, transportasi di daerah belum stabil. Deadlock. Kami diminta berdiskusi lebih lanjut sambil mencari informasi valid.
Beberapa kali saya mengikuti meeting daring, di kamar, sendirian. Lelah, bila dibandingkan meeting tatap muka. Banyak juga kawan-kawan mengeluhkan hal yang sama.
Ternyata keluhan seperti itu bukan sekedar perasaan belaka. Secara ilmiah memang bisa dibuktikan.
detik.com, dalam salah satu artikelnya mengupas masalah ini. Ada beberapa alasan kenapa meeting online melelahkan.
Adaptasi komunikasi virtual, kita dihadapkan dengan kebiasaan baru, temasuk harus berkali-kalai vicon. Sesuatu yang baru masih canggung. Masih mencari formula yang tepat membuat SOP.
Masalah teknis, tidak bisa dimungkiri, meeting online kadang tidak tepat waktu, rencana 2 jam, malah sampai berjam-jam.
Stress melihat wajah sendiri, apalagi bagi kaum wanita, merasa dilaksanakan di rumah kadang tidak sempat mandi, tak bersolek, pakaian seadanya. Dalam beberapa kesempatan, malah hanya memakai daster. Tetiba seluruh pandangan peserta meeting mengarah kepada kita berjam-jam.
Terganggunya keseimbangan rumah, Fungsi rumah mulai berubah. Yang tadinya hanya tempat berisitrahat, bercengkrama dengan keluarga, tetiba berubah menjadi kantor. Satu tempat berubah menjadi dua fungsi. Rumah tinggal dan kantor sekaligus.
Salah satu keuntungan meeting online, bisa tidur. Seperti yang saya lakukan tadi pagi, saat daring berlangsung.
Menunggu pandemi ini berakhir dalam waktu singkat, bagai mimpi disiang bolong, buktinya kasus-kasus positif meningkat. Semoga....pandeminya turun tahta.
Jayapura, 18 September 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Luar biasa pak....lelah juga ya...ternyata beberapa maslah sama...smg kita ttp sabar dan menjaga kesehatan serta prorokol kesehatan.Salam. Saya dr Slawi Jawatengah, sukses dan slm literasi..
Amin ya Robbal Alamin. Salam kenal juga dari Jayapura..
Ulasannya keren pak, karena pandemi segalanya berubah semua serba virtual, kita harus taat protokol kesehatan supaya pandemi segera berakhir, sukses selau pak.
Alhamdulillah, terima kasih
Mantab pak..sukses selalu
Terima kasih, Pak. Salam sukses