FOKUS

Sedih rasanya membaca status Gurusiner yang terjun bebas. Berhenti di tengah jalan. Dan sesuai protokol kesehatan, eh salah, maksudnya sesuai aturan main, wajib mengulang dari awal, jika ingin mengikuti tantangan kembali.

Yang mengenaskan, kadang tantangan itu telah melebihi separuh jalan. Tulisan yang diunggah telah berada pada kisaran di atas dua ratusan. Entah, apakah ada yang terpeleset di atas tigaratusan tulisan.

Meski sampai saat ini saya masih tetap konsisten. Saat upload tulisan ini telah mencapai angka di atas 300, tepatnya 318. Namun, saya dapat membayangkan bagaimana rasanya mengalami pil pahit, terjun bebas dari ketinggian.

Benar, tidak mudah mempertahankan komitmen dan disiplin. Banyak faktor yang memungkinkan tertundanya keberhasilan mengikuti tantangan ini. Menulis setiap hari. Tanpa jeda. Misalnya saat lelah, mengantuk, sakit, atau saat dinas luar yang berada di area internet tidak stabil. Atau malah tidak ada sinyal sama sekali.

Ya, saya pernah mengalaminya. Beberapa kali hampir menyerah. Terutama saat deadline waktu hampir kandas. Sementara belum tahu apa yang akan ditulis. Isi kepala betul-betul kosong. Kalau teringat saat itu, kadang saya tertawa sendiri.

Menghadapai tekanan yang luar biasa, menjadi tantangan tersendiri. Suasana kebatinan saat itu, hanya penulis dan Tuhan saja yang tahu. Menariknya, ketika menghadapi tekanan, justru ide itu datang secara tiba-tiba.

Akhirnya saya paham, sukses menulis itu, kuncinya fokus dan konsentrasi. Abaikan dulu yang lain.

Dalam beberapa hal, menulis dengan fokus dan konsentrasi, biasanya tidak butuh waktu lama.

Hanya setengah jam untuk menyelesaikan tulisan sebanyak 3 halaman, saat saya mengikuti lomba menulis opini. Ajaibnya, kala itu saya menjadi jawaranya. Sekali lagi kuncinya fokus dan konsentrasi.

Sayangnya, tulisan ini butuh waktu berjam-jam, karena saat menulis, saya nyambi mencari-cari barang di online shop. Tapi tidak ketemu. Nasib.

Jayapura, 10 Desember 2020.