HANYA MEREKA DAN TUHAN YANG TAHU (274)
HANYA MEREKA DAN TUHAN YANG TAHU
Benar. Buku adalah kartu nama terbaik. Itu yang saya lakukan. Memberi buku sebagai tanda perkenalan dengan para peserta Ortek ujicoba konseptual, sebagai salah satu tahapan dalam Pengembangan Model, di Kabupaten Keerom.
Sepuluh peserta masing-masing mendapat dua buku sekaligus, dengan judul yang berbeda. “Petualang Literasi dan Aseseor Penulis.” Buku yang saya tulis dan diterbitakan tahun lalu.
Bak pribahasa, dalamnya laut dapat diukur, dalamnya hati siapa yang tahu. Entah apa yang ada di dalam benak para peserta Ortek, apa mereka suka dengan pemberian buku yang sederhana itu. Pura-pura tersenyum, sekedar menyenangkan saya. Atau memang benar-benar suka. Tersenyum dari hati mereka yang paling dalam. Entahlah. Hanya mereka dan Tuhan yang tahu.
Disela-sela kegiatan Ortek yang melelahkan itu, saya mengisi waktu istirahat dengan memperkenalkan Mediaguru dan Blog Guru terbesar di Indonesia, Gurusiana.
Saya hanya memberikan motivasi dan berbagi pengalaman. Bahwa, betapa bermanfaatnya menulis. Kita dapat mencurahkan gagasan, opini, curhat dalam bentuk tulisan.
Dan Gurusiana menjadi wadah menampung bermacam genre tulisan. Tanpa khawatir, takut, tulisannya akan dibuli, dicemooh atau ditertawakan. Itu berarti penulis pemula, bisa langsung action menuangkan pikirannya, menulis.
Di Gurusiana, ada program yang sangat membumi, SKSS (Saling Kunjung Saling Sapa). Kebiasaan positif dalam mengapresiasi karya orang lain sesama Gurusianer (julukan member Gurusiana)
Sosialiasasi Mediaguru dan Gurusiana yang saya lakukan, sejatinya tidak masuk agenda ortek. Melainkan inisiatif pribadi. tentu saja atas sepengetahuan panitia dan Ketua Pokja.
Sebagaimana member Gurusiana yang kebanyakan perempuan, sebelas duabelas dengan peserta ortek. Sembilan dari sepuluh pesertanya ternyata perempuan.
Realitas ini menunjukan, bahwa perempuan lebih “open minded”, berpikir terbuka. Pikiran yang terbuka menjadi karakteristik dalam menerima beragam ide, argumen dan informasi.
Karakteristik seperti itu, diperlukan dalam berpikir kritis dan rasional. Anggapan perempuan suka bertindak berdasarkan perasaan, tidak selamanya benar. Untuk urusan literasi, mereka rasional.
Diakhir sesi, kami melakukan selebrasi “Fardu Ain”, foto bersama. Semua peserta ortek memegang buku masing-masing. dan melakukan “Salam Literasi”
Entah mimic apa yang terjadi dibalik masker masing-masing. Tersenyum, sedih, marah. Hanya mereka dan Tuhan yang tahu.
Keerom, 27 Oktober 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Luar biasa ulasannya pak. Salam sukses selalu.
Salam sukses
Keren pak reportasenya.Mimik apa mimic..Ijin saya follow Sukses selalu
Yang benar mimik, terima kasih telah menjadi editor yg baik. Salam sukses