KUE TRADISIONAL (283)
KUE TRADISIONAL (PENTIGRAF)
“Jangan marah dulu kawan, meski wadahnya bergambar biskuit, produk impor dari luar negeri, tetapi isinya jajanan lokal. Sebagian malah dibuat istriku. Kami pecinta kue-kue tradisional” ujar Pak Ahmad, saat saya bertamu ke rumahnya. Bersilaturahmi. Beberapa waktu lalu. Ia kawan yang sudah lama saya kenal.
“Sudah lama kaleng ini menjadi wadah setia, tempat menampung cemilan ringan kesukaan kami,“ tandasnya melanjutkan, Sambil membuka penutup kaleng. Mempersilakan saya mencicipinya. Benar, isinya membuat saya surprise. Kue-kue tradisional. Kuliner legendaris yang hampir punah. Sebab saya jarang menemukannya lagi. Ada dua kaleng di atas meja, yang satu bentuknya bulat, isinya wajit yang dibungkus daun jagung dan diikat seperti pocong. Satu lagi bentuk kotak, isinya kue gula kacang. Rasanya manis. Dan, hmmm …, ngangeni. Seperti berpetualang ke masa lalu. Saat kecil dulu.
Sejatinya, bukan saja produk dari Negara tertentu yang wajib diboikot. Namun, semua produk asing. Saat kuliner tersebut, mampu diproduksi di dalam negeri sendiri, mengapa harus mendatangkan dari luar negeri. Impor. Apalagi barang itu mampu dibuat dalam skala rumah tangga, berbasis UMKM. Mesti digalakan. Salah satunya kue-kue tradisional. Cintailah produk dalam negeri! seperti saya mencintai kamu.
Jayapura, 5 November 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar