Meski masih pagi dan dingin. Namun, tidak menyurutkan niat saya untuk jalan-jalan pagi menyusuri lingkungan di sekitar tempat penginapan. Di Kota Malino.

Jalan raya cukup bagus, licin dan beraspal hitam. Beberapa rumah penduduk mulai memperlihatkan aktifitas hariannya. Membuka pintu, jendela dan ada aroma bau masakan di dapur masing-masing. Ada juga yang mulai membuka warung, yang bertebaran di sekitar penginapan.

Rasanya ada kenikmatan tersendiri saat menjelajah kawasan baru, mengenal berbagai lingkungan sosial, budaya masyarakat setempat, hamparan sawah, hutan pinus, air terjun dan rumah tradisional penduduk, menjadi daya tarik tersendiri.

Saat saya menyusuri jalanan, tidak sengaja saya berjumpa dengan seseorang yang juga sedang malakukan aktifitas yang sama, jalan pagi.

Ia memperkenalkan diri sebagai Pegawai Negeri Sipil di salah satu instansi militer. Merangkap driver yang sedang membawa rombongan istri-istri pegawai di instansinya. Namanya Pak Piter. Asli dari Tanah toraja.

“Apa yang menjadi daya tarik Kota Malino” ujar saya membuka pembicaraan.

“Dingin” ujarnya singkat sambil tersenyum.

“Di kota panas. Untuk mendinginkannya banyak masyarakat kota yang datang ke Malino, berlibur” tandasnya melanjutkan. Pak Piter kembali tersenyum.

Selain dingin yang menjadi daya tarik turis berkunjung ke Kota Malino, di sini juga tersedia aktifitas wisata. Permainan flying fox, kebun bunga, kebun strawberi (saat kami ke sana, pohon strawberi belum ada buahnya), serta hamparan pertanian.

Namun ada fasilitas wisata yang unik. Perpaduan dari kearifan lokal masyarakat setempat, naik kuda. Ternyata tidak mudah mengendarainya, jika tidak terbiasa. Saya hampir jatuh.

Makassar, 15 Desember 2020