OJEK (248)
OJEK
Jarak rumah saya, dengan Bandara sangat dekat. Hanya butuh tujuh menitan untuk tiba di sana. Saat orang lain sibuk dengan persiapan sejak dini hari, saya malah masih tidur-tiduran. Rumah saya memang dekat dengan bandara. Sangat dekat.
Ojek, merupakan satu-satunya transporasi umum yang melintasi kompleks saya. Setiap ojek konvensional, umumnya mempunyai pangkalan sendiri-sendiri. Untuk membedakan identitas antar pangkalan, masing-masing penumpang akan mengenalnya dari warna helm. Ojek yang melintasi kompeks saya helmya berwarna kuning.
Tidak butuh waktu lama, pengemudi sepeda motor helm kuning berhenti di depan saya. “Ke bandara, Mas. Ujar saya singkat. Ia mengangguk. Sepeda motor langsung menuju ruang parkir Bandara. Saya suka dengan pelayanannya, ketika ia mengantar sampai ruang parkir. Biasanya, penumpang akan diturunkan di luar Bandara. Saat saya memberikan uang duapuluh ribuan, ia menolak. Saya tersenyum malu, saat tahu, ia kawan saya yang bekerja di Bandara. Pantas saja penampilannya rapi dan harum, ketika saya naik sepeda motornya.
Jayapura, 01 Oktober 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Rejeki bapak diantar gratis sampai bandara.Sukses selalu Pak Wahyu
Terima kasih, Salam Literasi
Rejeki itu namanya Pak. Sudah di antar gak mau dibayar juga. Alhamdulillah uangnya bisa buat beli bolang-baling. Hehehe....
Rezeki barokah, ya, Bu Guru..