PASRAH (293)
PASRAH
Itulah kata yang paling tepat untuk melukiskan kondisi semalam, saat sinyal internet tenggelam secara misterius. Beberapa jam. Sementara tulisan siap untuk diunggah.
Alkisah pada suatu hari, sebagaimana malam-malam yang telah berlalu, saya menulis sebagai rutinitas harian untuk di upload ke Gurusiana.
Semalam, tepat saya menghadapi tantangan menulis hari ke-292. Menulis selama setahun. 365 hari.
Sebelum huruf pertama diketikan pada ms word, ukuran kertas A4, fond calibri body, spasi 1,5, ukuran huruf 12, saya mulai gelisah melihat tanda-tanda internet bermasalah. Saya tanya semua orang yang berada di sekitar, semuanya menggeleng. Semuanya menjawab tak mengerti. Semua jawabannya seragam. Sinyal menghilang diantara dinginnya malam yang basah oleh gerimis.
Berbagai perasaan timbul tenggelam, silih berganti. Bagaimana kalau sinyal tidak muncul juga saat melewati deadline waktu yang ditetapkan. Jam 12 malam. Ketika jarum jam bergerak, berganti hari.
Sudah dua hari ini saya berada di luar daerah dalam rangka dinas luar. Rutinitas menunaikan tupoksi menjelang tahapan akhir ujicoba model operasional pengembangan Model Dikmas. Internet di sini memang tidak bisa ditebak.
Meski begitu, saya tetap fokus menulis. Siapa tahu saat tulisan tuntas, sinyal berganti dan tulisan bisa diunggah. Namun apa daya, hingga tanda titik saya ketikan, sebagai penanda tulisan berakhir, internet belum jua menunjukkan batang hidungnya.
Saya terus menunggu dan menunggu. Hasilnya nihil. Sampailah pada kesimpulan. Pasrah. Berarti saya akan terjun bebas di hari ke-292. Apalagi kondisi tubuh tidak fit. Terlalu lelah bekerja menuntaskan tupoksi yang bagaikan dikejar-kejar Simanis Jembatan Ancol. Semua harus purna pada waktunya.
Disela-sela tubuh butuh istirahat, sementara saya harus menanti ketidakpastian, kapan tulisan sukses diupload.
Kini, harap, cemas dan pasrah bersekutu menjadi satu. Sampai akhirnya saya mengalah. Pasrah. Harus terjun bebas. Toh itu bukan akhir segalanya. Saya masih bisa tetap menulis, kan? Saya menghibur diri.
Melirik pembaringan, sepertinya ia merayu, memanggil untuk segera menghampiri peraduan. Dan saya mendatanginya. Laptop ditinggalkan begitu saja dalam kondisi terbuka dan menyala. Lantas … sesaat kemudian saya tidak ingat apa-apa lagi.
Tetiba malam itu saya terjaga. Seolah ada yang membangunkan. Entah siapa. Saya melirik jam di tangan kiri, pukul 23.50. Saya buka laptop. Sinyal internet secara ajaib muncul dalam keadaan lancar jaya.
Tanpa pikir panjang, saya upload tulisan yang sudah tuntas. Sukses. Berhasil. Beberapa menit kemudian deadline itu tiba.
Pertolongan itu datang, disaat kita pasrah setelah semua daya upaya dilakukan maksimal.
Ya Robb, ampunilah hamba.
Jayapura, 15 November 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar