Wahyu MH

BUKU ADALAH KARTU NAMA TERBAIK...

Selengkapnya
Navigasi Web
PERPUSTAKAAN DIGITAL

PERPUSTAKAAN DIGITAL

Saat itu usia Bung Hatta genap 43 tahun, telah cukup berumur untuk menikah. Calon istrinya wanita cantik bernama Rahmi Rahim, 19 tahun. Masih sangat muda. Saat ijab Kabul, Bung Hatta menyerahkan Mas Kawin sebuah buku karyanya sendiri berjudul, Alam Pikiran Yunani. Sungguh diluar kewajaran memberikan buku sebagai Mas Kawin.

Namun, tentu saja tidak bagi Bung Hatta, buku merupakan harta yang tidak ternilai harganya. Saat diasingkan ke Digul pun, Bung Hatta tidak merasa tersiksa, tidak merasa terusir, sebab berpeti-peti buku menyertainya.

“Tak masalah jika dipenjara. Namun, aku ingin dipenjara bersama buku. Karena dengan buku aku menjadi bebas” Quotes terkenal Bung Hatta, yang menggetarkan jiwa siapapun yang membaca dan mendengarnya.

Bung Hatta adalah contoh kecil dari banyak pendiri Republik yang menjadikan buku sebagai sahabat utamanya. Sebut saja, Bung Karno, Sutan Syahrir, KH Agus Salim, dll. Mereka adalah para “kutu buku” terbaik. Republik ini memang didirikan para pecinta buku.

Buku identik dengan perpustakaan. Para pemimpin dunia pasti membaca buku dan mempunyai perpustakaan pribadi. Adalah suatu keajaiban dunia, jika mereka tidak bersekutu dengan buku.

Jika membincang perpustakaan, saat ini kita dihadapkan pada dilema yang mengkhawatirkan, sebab perpustakaan mulai ditinggalkan pemustakanya. Bahkan ada perpustakaan gulung tikar. “Biang keroknya” mudah ditebak, Internet yang semakin hari semakin maju dan canggih. Jika pencarian informasi bisa dilakukan lebih cepat, lebih akurat dan lebih mudah hanya dengan segenggam gadget, lalu untuk apa pergi ke Perpustakaan. Kira-kira begitu alasannya.

Meski tidak dimungkiri, perpustakaan telah banyak berbenah dengan menghadirkan beragam konsep untuk menarik minat pembaca. Namun, pada akhirnya lambat laun, perlahan perpustakaan tradisional (baca: manual) akan ditinggalkan masyarakat.

Perpustakaan wajib berbenah dengan malakukan transformasi dari perpustakaan manual menuju digitalisasi perpustakaan. Konsepnya dapat menggunakan “hybrid perpustakaan”. Perpaduan digital dan konvensial, sebelum menuju digitalisasi perpustakaan secara penuh. Sebagaimana konsep perpustakaan ideal yang mampu memberdayakan masyarakat. Perpustakaan menjadi tempat menyenangkan bagi masyarakat untuk melakukan altivitas membaca, belajar, seni budaya dan ketrampilan.

Kesempatan itu tiba saat saya menyambangi Perpustkaan BPMP Provinsi Papua. Meski ruangannya sejuk dan nyaman, namun sepi dan sunyi. Koleksi bukunya juga terbatas. Maka dua buku sederhana yang saya hibahkan kepada BPMP bisa menambah koleksi buku dan menjadi pemantik menuju perpustakaan digital.

“Terima kasih banyak atas hibah bukunya, Pak” Ujar petugas, penuh keheranan saat saya menyerahkan buku.

Jayapura, 31 Agustus 2022

.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ulasan yang keren Pak Wahyu

02 Aug
Balas

Terima kasih

04 Aug



search

New Post