Saya memang suka makan ikan, terutama ikan laut. Bisa dikatakan setiap hari di meja makan tersedia menu ikan.

Selain di pasar, ikan dengan mudah ditemukan diberbagai tempat. Kadang dijajakan di pinggir jalan. Penjual ikan keliling dengan sepeda motor juga hilir mudik di depan rumah.

Daerah kami memang dekat laut. Juga dekat dengan Danau, Danau Sentani. Ikan telah menjadi komoditi penting yang diperjualbelikan di masyarakat.

Selain di goreng, ikan diolah dengan cara dikuah, diasar, dan yang popular, dibakar. Banyak sekali warung atau rumah makan yang menjual menu ikan bakar.

Salah satu resiko memakan ikan, keracunan. Jamak terjadi keracunan disebabkan ikan yang dijual tidak segar lagi. Atau terlalu lama disimpan di mesin pendingin. Bisa juga karena kelalaian penjualnya.

Gejala keracunan ikan diantaranya: Mual, pusing, jantung berdebar, badan panas. Dan saya telah beberapa kali merasakan betapa tersiksanya keracunan ikan.

Semalam saya merasakan gejala yang sama, keracunan ikan. Gejalanya memang sama seperti di atas. Kami sudah paham jika keracunan ikan, yang pertama dilakukan segera minum susu hangat dan minum air putih yang banyak.

Namun ada satu kebiasaan lain yang biasa saya lakukan, sedekah. Memang kedengaran aneh, mengobati penyakit dengan sedekah. Namun hal itu tersurat dalam Mafhum Hadis: “Obatilah orang yang sakit diantara kalian dengan sedekah.”

Tidak lama kemudian gejala mulai menghilang, dan saya bisa istirahat dengan baik. Keesokan harinya, meski belum sepenuhnya pulih, tapi saya bisa beraktifitas seperti biasanya.

Sejatinya, melimpahnya ikan di laut, merupakan sebagian tanda-tanda kebesaran Allah SWT yang nyata. Lihat saja, setiap hari nelayan memanen ikan, tapi ikan tidak pernah habis, padahal tidak ada satupun nelayan yang menyemai bibit ikan. Maha suci Allah, Dialah sebaik-baik Pemberi Rezeki.

Jayapura, 17 Oktober 2020