SPIRIT PESANTREN (269)
Di tengah-tengah masyarakat, masih sering kita jumpai, saat orang tua kewalahan menghadapi tingkah polah anak-anaknya, lantas akan berkata:
“Sebaiknya kita masukan saja ke pesantren.”
Atau saat kemampuan literasi anak di bawah rata-rata, tanpa ragu-ragu orang tua akan menitipkan anaknya di pesantren. Pondok Pesantren layaknya tempat penampungan anak-anak nakal dan bodoh.
Saat saya bersemuka dengan salah seorang pimpinan pondok beberapa waktu lalu, ia mengatakan, seharusnya pondok itu diisi anak-anak cerdas dan pintar. Karena sesungguhnya mereka sedang belajar ilmu dan adab sekaligus. Darinya, kelak mereka akan menjadi tokoh dan panutan di masyarakat.
Kabar baiknya, saat ini pesantren telah bermetamorfosa menjadi lembaga pendidikan yang kredibel, patut dibanggakan. Kini, banyak orang tua yang telah menjadikan Pondok Pesantren sebagai tujuan utama sekolah anak-anaknya.
Kondisi semacam ini, seolah menjadi pemicu bagi para penggiat pendidikan, berlomba-lomba mendirikan lembaga pendidikan dengan konsep Pondok Pesantren yang rapi, tersetruktur dan modern. Munculkan istilah baru, Islamic Boarding School.
Tidak bisa dimungkiri, peran pesantren sangat vital dalam sejarah panjang perjuangan bangsa. Mengusir penjajah. Melawan kebatilan. Pesantren juga dikenal sebagai lembaga penjaga moral bangsa.
Tanpa mengecilkan peran lembaga pendidikan dan organisasi lain, namun kontribusi Pesantren dalam merebut, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan, sangatlah vital. Apa jadinya, Bangsa ini tanpa kehadiran dan peran pesantren.
Keberadaan Tokoh Nasional, para pahlawan, founding father yang lahir dari potret pesantren, merupakan fakta tidak terbantahkan. Alumni pesantren telah menggarami wajah elok suatu negeri, bernama Indonesia.
22 Oktober 1945, Hadratussyaikh KH Hasyim Asyari memberi fatwa kewajiban jihad, atas respon kedatangan tentara Belanda yang ingin kembali menjajah. Fatwa itu kemudian dikenal dengan Resolusi Jihad. Kini, tanggal tersebut diabadikan sebagai Hari Santri Nasional. Tepat hari ini.
Resolusi jihad kemudian telah menggelorakan semangat ulama, santri dan berbagai lapisan masyarakat untuk berjuang bersama-sama melawan Belanda yang tergabung dengan tentara sekutu di bawah pimpinan Inggris. Beberapa hari kemudian, pertempuran akbar pecah, 10 November 1945. Ribuan santri dan rakyat gugur, bukan hanya sebagai pahlawan tapi sebagai Syuhada.
Saat ada sekelompok orang mengatakan bahwa umat Islam, khususnya Ulama dan Santri diberi narasi negatif, maka pada dasarnya mereka buta sejarah. Bagaimana mungkin Aktor utama dalam merebut, mempertahankanan tegaknya kadaulatan NKRI, di beri label kaum radikal, anti NKRI, anti kebhinekaan.
Salam akal sehat.
Dalam rangka Hari Santri Nasional 2020.
Jayapura, 22 Oktober 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Selamat hari santri nasional pak.
Salam Literasi
semoga tetap sebagai negara pesantren....keren tulisannya, sukses selalu pak
Salam Literasi, Pak