Wahyu MH

BUKU ADALAH KARTU NAMA TERBAIK...

Selengkapnya
Navigasi Web
TANPA KITA SADARI (333)
https://islami.co

TANPA KITA SADARI (333)

TANPA KITA SADARI

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami”

Surat Al-Isro di atas, pasti akan selalu dibaca pada mukadimah, saat penceramah memberikan Tausiah, dalam peringatan Isra Miraj yang diperingati setiap tahun.

Peristiwa fenomenal, susah dicerna akal pikiran manusia saat itu. Mungkin juga sampai saat ini. Bagaimana perjalanan dari Mekah ke Palestina, ribuan kilometer, lantas Mi’raj ke tempat tertinggi di Sidratul Muntaha, hanya dalam tempo semalam.

Dengan adanya peristiwa itu, banyak penduduk Mekkah saat itu yang semakin tidak percaya dengan kenabian Rasulullah. Orang yang telah beriman pun mulai ragu. Benar, hakekat Isra Mi’raj hanya bisa diterima dengan keimanan sempurna. Mereka lupa ada kata “memperjalankan”.

Saat ini kita pasti maklum, perjalanan antar benua sekalipun dapat ditempuh dalam hitungan jam. Ya, karena diperjalankan. Menggunakan fasilitas pesawat terbang. Bukan berjalan sendiri. Semakin canggih pesawatnya, semakin cepat perjalanannya.

Tanpa disadari, tempat kita bermukim, Planet Bumi, yang juga dikenal dengan Planet Biru, ternyata beredar, bergerak pada porosnya 24 jam sehari. Tanpa kita sadari, Sang Planet ini beredar bersama dengan planet lain dalam rombongan tata surya mengelilingi Matahari setiap tahun.

Tanpa kita sadari, tata surya beredar mengelilingi Bima Sakti, salah satu galaksi dari milyaran galaksi lain di jagad raya ini. Tanpa kita sadari, galaksi-galaksi ini beredar dan bergerak setiap saat mengeliling alam semesta.

Sebenarnya tempat yang kita pijak ini terus menjauh dan menjauh. Posisi bumi, pada hitungan detik sekarang, bukan berada di tempat yang sama pada detik berikutnya. Kita tidak akan pernah kembali ke satu titik yang sama lagi. Saat pertama kali alam ini terbentuk. Kita telah bergerak sejauh-jauhnya. Tanpa disadari.

Galaksi Bima Sakti, tempat bumi berada di dalamnya, ternyata ukuranya hanya sebutir debu jika dilihat dari kejauhan. Jangan ditanya dengan ukuran Bumi. Lantas bagaimana ukuran penghuninya.

Manusia itu tidak ada apa-apanya. Semua ada masanya. Semua ada saatnya. Bergiliran. Sebagaimana roda. Ada di atas. Ada di bawah.

Sehebat apapun raja hutan, Singa, yang ditakuti seluruh penghuninya, ada masanya tidak berdaya di hari tuanya.

Sebesar apapun kekuasaan, sebanyak apapun kewenangan saat mengemban amanah, semua ada akhirnya. Jika saat berkuasa ia dicintai rakyat dan bawahannya, ia turun tahta, dilepas dengan tangisan dan kasih sayang.

Sebaliknya, jika sewenang-wenang, saat turun tahta, ia akan ditertawakan, dibuli habis-habisan. Boleh jadi nasibnya lebih tragis, dari rakyat dan bawahan yang menjadi korban dari kekuasaannya.

Untuk kita renungkan bersama. Muhasabah akhir tahun.

Jayapura, 25 Desember 2020.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post