Wahyu MH

BUKU ADALAH KARTU NAMA TERBAIK...

Selengkapnya
Navigasi Web

TRAGEDI BUAH MANGGA (207)

TRAGEDI BUAH MANGGA

Kamis kemarin, saya sekeluarga diajak oleh saudara ke Distrik (Kecamatan) Depapre, Kabupaten Jayapura. Tujuan akhirnya Kampung Dormena. Sekitar 2 jam perjalanan dari kediaman saya, jika lancar. Kampung Dormena dikenal sebagai penghasil mangga golek terbaik di Kabupaten Jayapura.

Dari berbagai informasi yang disebar di media sosial, di sana akan diadakan festival mangga golek. Acara yang digelar untuk pertama kalinya ini, bertujuan membantu para petani, yang kesulitan memasarkan hasil panennya, karena maraknya pandemi. Begitu penjelasan panitia dalam release-nya di media.

Banyak agenda yang dikemas panitia saat festival mangga golek ini, seperti peremajaan pohon, penghijauan, pelatihan cipta menu bahan dasar mangga, pentas seni, pameran dan lomba makan mangga. Yang terakhir itulah mungkin yang menjadi daya tarik para pengunjung untuk menghadiri festival. Konon panitia menyediakan ribuan buah mangga gratis. Entahlah.

Waktu menunjukan jam 12 siang, perjalanan pun dimulai. Kami sudah mempersiapkan berbagai keperluan untuk prosesi makan mangga. Pisau, kantong plastik, karung sampai ember.

Tiga mobil saling beriringan. Perjalanan tidak bisa cepat, karena jalan ke sana terkenal rusak. Banyak lubang dan berdebu. Selain itu ruas jalannya sempit. Dan itu telah berlangsung lama. Padahal para pengunjung membludak setiap pekannya. Entahlah

Selain pusat mangga golek, Distrik Depapre dikenal juga dengan wisata alamnya yang indah, terutama wisata pantai. Di sana banyak pantai yang super menawan. Salah satunya Tablanusu. Kami bahkan pernah menginap di sana dalam kegiatan out bond.

Tiba di Distrik Depapare, kondisi masih aman terkendali. Nah, masalah mulai muncul, kala perjalanan menuju Kampung Dormena. Macet total. Kendaraan tidak bergerak berjam-jam. Ratusan kendaraan roda empat maupun roda dua tumpah ruah menuju satu tujuan, Kampung Dormena.

Meski akhirnya kendaraan bergerak, tapi tetap padat merayap. Waktu telah menjelang Asyar, tapi perjalanan masih jauh.

Timbul berbagai keraguan para penghuni kendaraan. Pertimbangnnya, jam berapa tiba ditujuan dan jam berapa kembali. “Kita sudah sampai di sini, tanggung. Kapan lagi bisa makan mangga gratis di bawah pohonnya. Lanjutkan saja” Ujar salah satu penumpang.

“Ini sudah Asyar, perjalanan masih jauh, macet lagi. Nanti pulangnya malah malam, lebih baik kita kembali saja.” Penumpang yang lain berkomentar.

Setelah perdebatan yang alot, dan dengan berbagai pertimbangan, akhirnya kami memutuskan untuk kembali. Menjelang Magrib, kami tiba di rumah.

Mangga yang saya beli sehari sebelumnya masih banyak. Akhirnya kami berpesta makan mangga sepuasnya di rumah sendiri. Alhamdulillah rasanya sama dengan mangga di Kampung Dormena. Tidak kurang dan tidak lebih. Karena mangga yang saya beli juga berasal dari sana.

Keeseokan harinya saya mendengar berbagai keluhan, bahkan sumpah serapah di media sosial. Pengunjung kecewa, tidak menemukan mangga sebagaimana yang dijanjikan panitia. Yang mengenaskan, sudah tidak dapat mangga, macet berjam-jam, pulangnya tengah malam pula. Bahkan ada yang tiba subuh dini hari, saat kami sudah tertidur lelap kekenyangan makan mangga. Dari Kampung Dormena.

Jayapura, 21 Agustus 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post