Seekor anak kucing menjerit di dinginnya malam yang gelap di sudut tikungan. Seolah memberitahu dirinya takut dan kedinginan yang sangat. Aku cari arah sumber suara jeritan yang ternyata di dalam sebuah parit kering. Aku angkat, masa Allah masih kecil bahkan mungkin belum genap umur seminggu. Siapa yang tega membuangnya? Tak mungkin kucing yang belum bisa berlari bahkan untuk berdiri pun belum sanggup berada di tempat yang jauh dari rumah.

Dengan hati-hati kuangkat anak kucing malang tersebut. Dia semakin menangis, menjerit dan meronta takut akan disakiti orang yang tidak dikenalnya. Matanya memang belum terbuka, tapi nalurinya tetap melengkingkan tangis yang menyayat yang membuat iba siapapun yang mendengar.

Anak kucing itu berwarna hitam dengan dada berwarna putih dan kaki berwarna putih mirip kaus kaki. Kuberi nama Iput atau ireng yang berarti hitam dan putih. Kasihan kamu anak kucing, bahkan di rumah tak ada persiapan apapun yang cocok untuk kuberikan kepadamu. Besok pagi baru bisa kuberikan susu untukmu. Kini minum dulu dengan air putih untuk menghilangkan dahagamu ya. Maafkan tahan laparmu hingga esok pagi.