WAHYU GUSRIA

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Anak Piatu 3

Anak Piatu 3

Waktu terus berlalu. Kisah anak piatu semakin membuat haru. Kini anak piatu sudah tamat pendidikan jenjang SMA. Anak piatu ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi. Anak piatu juga ingin sukses dan berpendidikan seperti layaknya anak-anak seusia dia.

Disampaikanlah keinginan tersebut kepada ayah tercinta. Ayah sangat mendukung keinginan anak. Ayah bertekad, selagi ayah masih ada, akan ayah usahakan untuk pendidikan anaknya. Dengan bangganya ayah menyampaikan niat anak ini kepada sanak saudara dari ibu anak piatu. Yang pertama disampaikan adalah kepada amak. Amak dan anak-anak amak sangat mendukung untuk anak piatu ini lanjut kuliah. Ayah anak piatu merasa makin semangat karena mendapat dukungan dari amak.

Pada saat itu amak dalam keadaan tidak sehat. Amak sudah sering keluar masuk rumah sakit. Anak piatu yang merawat amak di RS bersama anak-anak amak. Lalu amak meninggalkan pesan kepada anak-anaknya, "apapun yang terjadi jangan sia-siakan anak piatu. Sayangi dia seperti kalian menyayangi saudara kandung. Kalau amak sudah tiada, janganlah bertengkar,kalian harus saling melindungi." Begitulah sayangnya amak kepada anak piatu. Amak selalu melindungi anak piatu dalam segala hal. Baik dalam kehidupan sosial masyarakat, dan memperjuangkan harta warisan peninggalan ibu anak piatu.

Selain mendapat dukungan, anak piatu juga mendapat cemooh dari saudaranya yang lain, yaitu: "yakin akan lanjut kuliah? Ada punya uang untuk kuliah? Nanti putus separuh jalan pula kuliahnya? Mampu ndak kuliah, ntar gila kalau ndak kesampaian. Mending ndak usah kuliah. Jangan berlagak pula lanjut pendidikan. Seperti kamu cukup tamat SMA saja, cari saja lah pekerjaan". Mendengar ucapan itu anak dan ayah merasa sedih.

Ayah selalu meyakinkan anak, kalau ayah mampu untuk melanjutkan pendidikan anak piatu. Apapun akan ayah lakukan. Tapi berbeda dengan psikologis anak piatu. Dia merasa terpuruk, dia sedih, dia merasa ucapan orang itu adalah benar. Anak piatu mengurung diri di rumah,merenungi hinaan saudaranya sendiri kepada dirinya.

Datanglah anak amak menyemangati anak piatu dan memberikan nasehat. Tetaplah semangat. Jadikan hinaan itu sebagai penyemangat untuk terus berjuang. Buktikan kepada mereka kalau anak piatu bisa dan mampu bersaing. Dan amak pun ikut menekankan kalau anak piatu harus kuliah. Amak sangat sayang sama anak piatu. Dan perlahan semangat anak piatu bangkit lagi. Anak piatu kembali melihat-lihat sekolah lanjutan yang diminatinya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren

15 Mar
Balas

Makasih bu gezi.Salam literasi

15 Mar

Dtggu kelanjutannya ceritanya Bu

16 Mar
Balas

Sudah bu

16 Mar



search

New Post