WAHYUNI

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
1.2.a.3. Mulai dari diri  Nilai-Nilai dan Peran Guru Penggerak Oleh  WAHYUNI, S.Sos.I.
CGP Angkatan 2 Surabaya

1.2.a.3. Mulai dari diri Nilai-Nilai dan Peran Guru Penggerak Oleh WAHYUNI, S.Sos.I.

1.2.a.3. Mulai dari diri – Nilai-Nilai dan Peran Guru Penggerak

Oleh :

WAHYUNI, S.Sos.I.

CGP Angkatan ke-2 Surabaya Kelas 20

Fasilitator : Anastasia Moertodjo

Pengajar Praktik : Puguh Handoyo

TRAPESIUM USIA

Sebuah kata istilah yang baru saja Saya ketahui setelah membuka modul 1.2 yang diawali dengan Mulai Dari Diri – Nilai-Nilai dan Peran Guru Penggerak. Ini adalah bagian dari tugas yang harus Saya kerjakan di Program Guru Penggerak memasuki Minggu ke-3. Penasaran kan apa itu “Trapesium Usia”? Ayo ikuti terus ya!

Untuk membuat trapesium usia ada beberapa langkah yang harus Saya lakukan.

ü Pertama, buat garis miring ke kanan atas. Garis ini adalah menggambarkan garis usia sekolah. Yakni mulai dari 0 tahun sampai Saya terakhir bersekolah di jenjang pendidikan terakhir yaitu S-1 pada usia 23 tahun.

ü Kedua, tarik garis horisontal ke kanan. Ini menggambarkan usia aktif kerja Saya. Di mulai dari awal usia kerja sampai ujung garis itu ditulis 60 sebagai usia pensiun Saya. Sementara 39 adalah usia Saya sekarang.

ü Ketiga, Saya harus mengingat-ingat dua peristiwa penting yang terjadi di usia sekolah Saya saat itu. Peristiwa tersebut adalah peristiwa positif dan negatif. Kemudian dihitung selisih antara usia sekarang dan kedua peristiwa tersebut.

Ini adalah TRAPESIUM USIA yang sudah Saya buat :

Nah, sampai sini masih penasaran kan!

Kali ini Saya akan menuliskan 2 peristiwa positif dan peristiwa negatif saat masih usia sekolah di tugas kali ini, ikuti terus ya!

v PERISTIWA POSITIF

Kala itu Saya masih kelas 1 SD yang usia Saya masih 7 tahun. Saya bersekolah di SD Negeri di Kawasan Surabaya Tengah. Seperti anak pada usia itu setiap sore harus mengaji di Musholla atau Masjid atau Majlis atau TPA yang dianggap sesuai. Kala itu sudah menjadi kebiasaan jika mengaji tidak cocok dengan cara mengajarnya guru akan berpindah dari satu tempat ngaji ke tempat lainnya. Hal itu berbeda dengan yang Saya lakukan. Saya yang kala itu terkenal pendiam namun tidak pernah berpindah ke tempat mengaji lainnya walaupun guru ngajinya terkenal “KILLER”. Dengan metode tradisional dan kitab “Turutan” (sebagai buku panduan cara mengeja huruf hijaiyah), sang guru selalu membawa rotan yang digunakan untuk menunjuk bacaan yang dilafalkan oleh muridnya dan jika beberapa kali terjadi kesalahan bisa jadi rotan akan dipukulkan ke meja.

Kata sang Guru karena ke-istiqomahan yang Saya lakukan dengan tidak pernah putus asa atau berkecil hati untuk terus belajar mengaji dan tidak sampai berpindah ke tempat ngaji lainnya, sang Guru yang akrab Saya panggil “Mak Nyik” di kala itu tiba-tiba memberikan sebuah kejutan. Apa itu?

Saat Ramadhan, jadwal ngaji yang biasa pukul 16.00 dimajukan menjadi pukul 15.00. Setelah ngaji rutin tiba-tiba sang Guru meminta Saya untuk mengambil Mic dan Beliau minta Saya membuka al-Qur’an Surah ar-Rahman. Dengan agak gemetar karena kaget permintaan sang Guru tidak bisa Saya tolak karena berada di sekitar para muridnya yang terbilang cukup banyak (40an murid). Dengan bekal Basmalah Saya baca ayat per ayat hingga tuntas Surah ar-Rahman itu Saya senandungkan. Setelah usai Saya membaca Surah ar-Rahman ternyata Sang Guru tiba-tiba berdiri di tengah-tengah para murid dan membawa sebuah al-Qur’an baru yang sangat cantik untuk dihadiahkan ke Saya sambil Beliau berkata dengan Bahasa Jawa: “Nyo terimoen tak kei hadiah, digawe ngaji yo, tambah sregep yo, ben ilmune tambah barokah” (ini diterima Saya beri hadiah, dibuat ngaji ya, tambah tekun, agar ilmunya barokah) begitu kata Beliau.

Itulah salah satu peristiwa positif yang menyenangkan yang Saya alami di saat usia Saya masih 7 tahun yang pada umumnya teman-teman Saya masih belum bisa membaca al-Qur’an (mengaji), namun dengan ketekunan dan ke-istiqomahan di satu tempat dan satu guru hingga Saya bisa mendapatkan apresiasi dari Guru yang dikenal “KILLER” itu, namun bagi Saya Beliau sosok Guru yang bijaksana yang menginginkan muridnya berhasil dengan ketekunan dan kesungguhan yang dimiliki, tidak suka bergurau dan bermain di saat mengaji.

v PERISTIWA NEGATIF

Peristiwa ini terjadi saat Saya kelas 2 MA, usia Saya 16 tahun. Saat itu Saya sedang mengikuti kegiatan kemah Pramuka di Nongkajajar Pasuruan. Banyak pengalaman yang saya dapatkan dari kegiatan pramuka ini, saya banyak ditempa kemandirian dan keberanian. Namun ada saat yang saya mengalami masa yang tidak menyenangkan saat kegiatan “Jurit Malam”. Saya tersesat karena Saya terlewatkan tidak membaca peta petunjuk dengan lengkap. Akibatnya Saya harus tersesat tidak bisa sampai ke lokasi tujuan sesuai jam dan rute yang sudah ditentukan. Antara malu dan takut saat akhirnya saya bisa sampai ke lokasi yang ditentukan dengan ditanya dengan suara tegas dan lantang para Pembina di hadapan teman-teman lainnya.

Mengapa momen yang terjadi di masa sekolah masih dapat dirasakan dan mungkin masih dapat memengaruhi diri Anda di masa sekarang?

Karena semua momen atau peristiwa yang terjadi akan terekam dalam ingatan baik hal yang baik, menyenangkan, positif maupun hal yang kurang baik, menyedihkan, negatif. Peristiwa atau momen itu bisa jadi akan mempengaruhi sikap seseorang di masa yang akan datang. Bagi saya, momen atau peristiwa yang terjadi pada diri saya pribadi menjadi kenangan terindah, dan bermakna jika kita bisa mengambil hikmah dari setiap peristiwa atau momen yang terjadi. Walaupun hal negatifpun yang sedang kita alami, namun jika kita ambil benang merah atau kesimpulan untuk mengambil hikmah dari semua kejadian, agar kejadian yang negatif itu tidak akan terulang kembali. Untuk momen positifpun akan menjadi cambuk untuk terus melangkah dan mencoba hal-hal baru dengan ketekunan dan ke-istiqomah-an akan meraih sesuatu yang di luar prasangka kita. Janji Allah pasti ada untuk orang-orang yang mau berusaha dan sungguh-sungguh (QS. An-Nisa’ ayat 32).

Menurut Anda, apa saja peran dari seorang Guru jika dikaitkan dengan trapesium usia?

Menurut Saya setidaknya ada 2 peran:

ü Memahami karakter kemajemukan murid dengan segala keunikan yang ada. Memberikan porsi pembelajaran sesuai karakter yang dimiliki murid yang bisa jadi antara murid satu dengan lainnya tidak sama dan tidak bisa disamakan.

ü Membimbing murid sesuai bakat, minat dan kemampuan yang dimilikinya agar tumbuh menjadi anak yang matang pengetahuan, moral dan akhlaknya.

Buatlah 1-2 kalimat yang dapat menggambarkan nilai-nilai yang Anda percayai sebagai seorang Guru, menggunakan kata-kata berikut: Guru, Murid, Belajar, Makna.

“Guru adalah role model pendidikan bagi para muridnya yang mampu menyeimbangkan belajar dan bermain untuk terciptanya pembelajaran yang ber-Makna”.

https://drive.google.com/file/d/1yUdy7Gv25tVpmQ8Zrtn52WZ2w9vmWVrQ/view?usp=drivesdk

Wahyuni

CGP Angkatan 2 Surabaya

Unit Kerja : SDN Dukuh Menanggal I/424 Surabaya

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sukses selalu buat Ibu Wahyuni.

03 May
Balas

Aamiin. Sukses pula untuk Jenengan

03 May

Calon Guru Penggerak yang hebat dan tangguh bunda. Salam literasi.

02 May
Balas

Terimakasih. Salam literasi. Salam kenal dan sukses bersama

03 May

Alhamdulillah ulasannya mantapMudah2an diberi kelancaran sukses barokah

03 May
Balas

Aamiin. Matur nuwun

03 May

Ulasannya menarik ibu guru. Salam literasi

03 May
Balas

Terimakasih Bapak. Salam literasi. Salam kenal dan sukses bersama

03 May



search

New Post