MENULIS BUKU DAN NAIK PANGKAT

Hobi menulis bisa dimiliki oleh siapa saja. Tak terkecuali guru. Sebagian menganggap menulis adalah sebuah aktualisasi diri. Mengungkap ide dan gagasan dalam kalimat yang runtut. Atau bahkan menggambarkan suatu objek dan komplikasi dalam kisah kisah yang menarik. Beberapa yang lain lebih suka mengulas hal hal terkini sebagai bentuk menyuarakan kata hati.

Menjadi istimewa bila tulisan tulisan itu berupa sebuah buku. Butuh kompetensi dan dedikasi yang tinggi untuk bisa menyelesaikannya. Apalagi bila buku ini berhasil diselesaikan oleh seorang guru. Lingkungan kerja yang dinamis di Sekolah membuat guru memiliki gudang ide untuk menulis.

Pertanyaan selanjutnya adalah sejauh mana buku hasil karya guru itu mempengaruhi jenjang karirnya? Meski sekali lagi, bagi guru, mestinya menulis adalah bentuk aktualisasi diri. Sebuah personal branding yang akan mempengaruhi reputasinya sebagai guru. Namun bila kompetensi terbaik dari literasi ini bisa dimanfaatkan dalam perjalanan karir guru, kenapa tidak?

Sebagai guru PNS, kenaikan pangkat adalah sebuah tema yang tidak akan pernah kering untuk dibahas. Memang benar naik pangkat bukan kewajiban atau hak mutlak. Tapi lebih pada penghargaan atas hasil karya guru dan terpenuhinya syarat lainnya

Mari sedikit mengulik keberadaan Permen PAN dan RB no 16 tahun 2009 tentang Jabatan fungsional Guru dan angka kreditnya yang menjadi acuan kenaikan pangkat disamping Permen dan Undang undang lainnya. Meski terbit 2009, ketentuan dalam Permen ini baru mulai diberlakukan sejak tanggal 1 Januari 2013. Dimana Kenaikan pangkat adalah akumulasi Angka Kredit dari unsur Pembelajaran dan PKB (Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan) serta unsur penunjang. PKB sendiri terdiri dari Pengembangan Diri, Publikasi Ilmiah dan Karya Inovatif. Ada 10 jenis karya dalam Publikasi Ilmiah, diantaranya adalah Buku Pelajaran dan Buku dalam bidang Pendidikan.

Nah, Bila bapak ibu guru sudah memiliki buku pembelajaran yang sudah dicetak dan sudah diakui oleh BSNP, maka angka kreditnya 6. Sedangkan buku yang muatannya tentang pendidikan dan ber ISBN, mempunyai angka kredit 3.Dan yang tidak ber ISBN mempunyai angka kredit 1,5. Buku dalam bidang pendidikan ini misalnya memuat tentang pendidikan karakter, mengelola kelas, manajemen siswa dsb.

Bila buku-buku ini ditulis keroyokan, maka pembagianangka kreditnya adalah; ditulis 2 orang, penilai pertama 60% dan penulis kedua 40%. Ditulis oleh 3 orang, penulis utama 50%, penulis kedua 25% dan yang ketiga 25%. Bila ada 4 orang penulis, maka pembagiannya adalah 40% untuk penulis pertama dan yang berikutnya 20% dari angka kredit.

Lalu dimana posisi novel, kumpulan cerpen dan kumpulan puisi ? Selain pengembangan diri dan publikasi ilmiah, terdapat Karya inovatif. Salah satu unsurnya adalah menemukan atau menciptakan karya seni. Karya sastra masuk dalam kategori karya seni. Bila bapak ibu adalah guru dari mapel apa saja memiliki 2 buah novel yang ber ISBN dan sudah diedarkan secara luas, maka angka kreditnya 4. Demikian juga untuk buku yang berisi 10 kumpulan cerpen, sudah ber ISBN dan sudah dicetak dan disebarluaskan. Buku kumpulan 40 puisi ber ISBN juga memiliki angka kredit 4.

Nah, terbayar kan, jerih lelah kita. Hobi menulis tersalurkan, sekaligus diberi penghargaan berupa angka kredit untuk kenaikan pangkat. Jadi teruslah berkarya.

Wahyuning Widhiati

Mediaguru Solo