Ringkasan cerita lalu...

BIAS BIANGLALA

Ringkasan cerita lalu….

Bekas luka yang tersimpan dihati Rena akan kenangan bunda tercintanya membuatnya sangat peka akan setiap kejadian yang menimpanya. Bahkan ketika kakaknya terpeleset jatuh pun terpancar kekuatiran yang luar biasa…Rasa takut kehilangan itulah yang menjadi traumanya…

Rasa marah yang tersimpan dalam hati Rena, menggumpal bagaikan bola panas yang sewaktu-waktu bisa meledak. Kekecewaan pada peristiwa yang telah ia lewati seakan membawa banyak trauma, namun kakak perempuannya selalu merengkuh adiknya agar tidak larut dalam kekecewaan akan ketidak beruntungan hidupnya. Kata-kata kak Ros yang selalu menyemangati dan selalu menghibur adiknya dengan mimpi-mimpi yang harus diwujudkan seperti harapan mendiang orang tua mereka.

“Kak Ros, gimana masih sakit kah, kata Rena sambil mengusap luka dikening kakaknya. “Sudah mendingan dek, mungkin bentar lagi juga sembuh”, kata kak Ros lembut. Kalau gitu Kak Ros Istirahat ya, biar cepat sembuh, nanti aku yang masak jadi kak Ros ndak usah kuatir,” Imbuh Rena sambil mengusap pipi kakaknya. Rena pun beranjak meninggalkan kakanya berbaring dibalai kamarnya yang sederhana. Gadis ayu itupun mulai menyiapkan kayu bakar untuk memasak.

Tiga hari kemudian, kondisi kak Ros mulai membaik. Aktivitas berjalan seperti biasa dan kembali ceria kembali. Beberapa waktu sebelum kejadian itu, kedua bersaudara itu memang merencanakan ke rumah nenek dan kakek yang letaknya berada didesa sebelah. Rasa rindu sebagai pengganti orang tua kadang bisa terobati dengan bertemu dan sekedar hanya menyadarkan kepala kebahunya. Iya… Nenek dan kakek yang sederhana namun kasih sayangnya luas bagaikan samudra….

(Bersambung)