(Tantangan Hari ke 2)

#Tantangangurusiana

#Cerbung

Ringkasan cerita yang lalu:

Kepulangan Rena ke Lawang sebenarnya sengaja untuk menutupi keadaan sakitnya dari Dinda maupun Satria kekasihnya. Sedangkan Satria untuk mengisi kekosongannya selama ditinggal Rena, lebih banyak meluangkan waktu disamping kuliahnya untuk peduli terhadap anak-anak jalanan. Ditengah aksinya bersama anak-anak jalanan, tiba-tiba Rena muncul hadir ditengah-tengah anak-anak jalanan yang membuat kejutan bagi Satria..

Kesehatan Rena semakin membaik sehingga bisa mendampingi Satria dalam kegiatan sosialnya bersama anak-anak jalanan. Mereka berdua bersama timnya mampu menggalang dana di kampus maupun sponsor untuk kegiatan sosialnya. Pernah suatu ketika Satria dipanggil Dekan jurusannya untuk membantunya melakukan penelitian dengan menggali data tentang anak-anak jalanan yang mengantarkannya pada Mahasiswa berprestasi di Fakultasnya. Meskipun demikian Satria tetaplah rendah hati meskipun namanya sudah sangat terkenal dikampusnya.

Ketenaran Satria dikampusnya telah membawa masalah baru bagi Rena, karena banyak penggemar dari kelompok hawa yang memuja Satria. Bahkan pernah ada yang nyata-nyata menyatakan perasaannnya ke Satria langsung. Hal inilah yang kadang bisa memicu perselisihan antara Rena dengan Satria. Memang suatu yang wajar bila Rena cemburu, wajah tampan dan ekonomi berada membuat Satria banyak dikelilingi gadis-gadis cantik di kampusnya.

“Hallo ..Sat, hari ini kamu sibuk ndak?”tanya Rena melalui ponsel sellulernya. “Sepertinya hari ini aku ada agenda ke daerah stasiun kota lama, emang ada apa Ren?” tanya Satria. “Ah tidak,..hari ini aku pengen ngajak kamu ke Gramedia cari buku literatur mata kuliah,”ajak Rena berharap Satria menemaninya. “Maaf Rena, hari ini aku sudah berjanji sama timku untuk mendampingi pelatihan anyaman untuk ank-anak jalanan,”jawab Satria sangat menyesal karena menolak ajakan Rena. “Gimana kalau kamu ikut sekalian Ren?”ganti satria mengajak Rena. “Sepertinya aku yang ndak bisa Sat, soalnya buku ini sangat penting untuk tugas mata kuliahku. Kalau gitu aku perginya sama Dinda aja, tapi ingat kamu jangan genit sama teman perempuanmu lho ya!!...,” kata Rena sedikit ketus. ”Siaapp laksanakan tuan putri,” jawab Satria penuh semangat. Akhirnya percakapan itu berakhir bersamaan turunnya hujan deras disiang itu.

Setelah hujan agak mereda, Rena berangkat dengan Dinda dengan Honda Jazz Merahnya. Sepanjang jalan Rena hanya mendengarkan celoteh Dinda tentang dosennya yang killer. Rena hanya tersenyum saja, sambil pandangannnya fokus kejalan. “Lho Ren, kok lewat sini...bukannnya ini kearah kota lama?”tanya Dinda protes. “Iya sih...sekali-kali jalan-jalan ndak apa-apa khan,” kata Rena sambil mengedipkan mata ke Dinda. Dalam hati Rena sengaja mengambil jalur memutar sekedar ingin melihat aktivitas Satria dengan timnya. Ada sedikit bumbu cemburu dalam hatinya Rena terhadap Satria yang membuatnya penasaran bila tak sempat mengikuti kegiatannnya. Mungkin rasa cintanya yang membuatnya selalu ingin tahu seperti apa setiap kegiatannnya.

Pengunjung Gramedia ramai seperti biasanya, maklumlah awal semester tentu banyak mahasiswa yang berburu buku literatur termasuk Rena. Sepanjang lorong buku tak lepas dari incaran Rena yang haus akan buku. Hingga suatu ketika ada pemandangan yang membuat tercengan bagi Rena. Sebuaah sosok yang amat dikenalnya ada disana, dan dia adalah Satria...

(Bersambung)