WAHYU SAYEKTI

Wahyu Tri Sayekti M.Pd pernah mengajar di SMAN 1 SOOKO Mojokerto th 2000-2004, mengajar di SMPN 3 SARADAN kab.Madiun Th 2004-2005 dan SMPN 1 DAGANGAN kab.Madiun...

Selengkapnya
Navigasi Web

11. KUPU-KUPU TANPA SAYAP

(Tantangan hari ke-20)

#Tantangangurusiana

 

Ringkasan cerita yang lalu:

Kepergian Emak menghadap yang Maha Kuasa telah merubah kehidupan keluarga sederhana Gimun. Bapaknya harus membiasakan diri bekerja dikebun dengan menggendong adiknya Nining. Beban itu semakin berat dengan  ditambah kesehatan bapaknya pun semakin hari menurun. Hal itulah yang membuat  kesedihan pada bocah bernama Gimun. Kelulusan Gimun dari SDN Mekar I dengan nilai terbaik tidak serta merta membuatnya bangga justu kesedihan membelenggunya. Ditengah ketermenungannya tiba-tiba tangan lembut mirip tangan Emaknya membuyarkan lamunannya...

      “Le, ada apa kok melamun sendiri? Mestinya kamu ikiut bersuka ria dengan temanmu,”Suara bu Neti membuyarkan lamunan Gimun. “Ah tidak bu, sy masih bingung dengan keadaan saya,Bu.”suara Gimun getir. “Keadaan yang bagaimana le, mungkin Ibu bisa bantu kegalauanmu itu,” suara bu Neti lemah lembut sambi menepuk punggung Gimun. Nampak wajah Gimun gusar  untuk berterus terang kepada gurunya dengan sesekali mengusap peluh didahinya. Ada rasa takut, malu dan sedih tergambar pada bocah kecil bernama Gimun.

         “Bu sepertinya saya tidak bisa melanjutkan sekolah lagi,”suara Gimun memberanikan diri bercerita. “Lho, kenapa le?” suara bu Neti terkejut. “Keadaan keluarga kami tak sanggup membiayai sekolah saya selanjutnya bu.., apalagi kondisi kesehatan bapak yang sakit-sakitan dan lagi saya juga tak punya sepeda,” jawab Gimun dengan putus asa. Bu Neti pun menarik bahu Gimun untuk menatapnya. “Le, kamu jangan lemah..sekolah itu penting untuk masa depanmu yang nantinya dapat merubah nasibmu bahakan juga keluargamu,”suara bu Neti meyakinkan Gimun. “Ibu akan bantu kamu agar kamu tetap sekolah le,”jawab bu Neti menguatkan Gimun. “Trima kasih Bu, pesan bu Neti nanti akan saya sampaikan ke bapak,”jawab Gimun agak berbinar.

     Tiba-tiba dari jauh terdengar suara temanku yang tak asing lagi berteriak memanggilku..“Mun...Gimun...cepat pulang......bapakmu!!”suara Gito memanggil dari kejauhan. Nampak disana mas Sutris dengan sepedahnya melambaikan tangannya kepadaku. Ada rasa berdebar-debar didada bocah kecil itu. Sambil berlari Gimun menghampiri mas Sutris yang menjemputnya dengan sepeda. “Mun ayo cepat pulang, bapak...!, “suara mas Tris terbata-bata. “kenapa bapak mas,”suaraku penuh kuatir. Tanpa banyak penjelasan aku segera membonceng di belakang mas Tris. Sepanjang jalan dua bocah itu membisu tanpa ada percakapan hanya suara kayuh sepeda yang semakin kencang.

       Di depan pintu rumah sederhana, Gimun langsung berlari memanggil-manggil bapaknya. “Bapak...bapak,”..suara Gimun serak. Didalam nampak bapaknya berbaring dibalai ruang tengah dengan ditemani adiknya dan mbak Sri. Tubuh bapak yang kurus dan pucat bernafas tersengal-sengal dengan sesekali batuk. “Mbak Sri, bapak kenapa?”tanyaku penasaran. “Bapak tadi pingsan dikebun le,trus diantar pulang sama pak Minto. “Oalah..Bapak..jangan sakit yo,”suara Gimun dengan mata berkaca-kaca. Dalam hati kecilnya menjerit jangan sakit bapak...jangan tinggalkan kami lagi.. Dan tubuh kecil itu hanya duduk bersimpuh disamping bapaknya.

(Bersambung)

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Lanjutkan,sukses selalu

18 Jul
Balas

Menarik cerpennya, ditunggu lanjutannya

18 Jul
Balas



search

New Post