WAHYU SAYEKTI

Wahyu Tri Sayekti M.Pd pernah mengajar di SMAN 1 SOOKO Mojokerto th 2000-2004, mengajar di SMPN 3 SARADAN kab.Madiun Th 2004-2005 dan SMPN 1 DAGANGAN kab.Madiun...

Selengkapnya
Navigasi Web
13. KUPU-KUPU TANPA SAYAP

13. KUPU-KUPU TANPA SAYAP

(Tantangan hari ke-22)

#Tantangangurusiana

 

Ringkasan cerita yang lalu:

Kesehatan bapak yang semakin menurun membuat sedih Gimun. Ketidak berdayaannya menghadapi ujian hidup membuatnya protes kepada Tuhan, mengapa dunia ini tidak adil padanya. Air mata bocah itu belum kering saat bersimpuh disamping bapaknya untuk mendengar pesan-pesannya. Bagi Gimun saat ini bapaklah adalah sumber energy baginya …

      

       Masih dalam dekapan bapak, Gimun pun tumpahkan semua kegalauan dan perasaan yang teraduk-aduk. Rasa berat akan ditinggalkan bapak berobat membuatnya tak sanggup berpisah. Trauma ditinggalkan emak membuatnya begitu rapuh ketika melihat bapak sakit. Memang terlalu dini bocah sekecil Gimun harus menerima ujian hidup yang begitu berat. Tapi ketabahanya bersama  saudara-saudaranya membuat Gimun sanggup untuk menjalani kehidupan. Tak lama pak Dhe dan bu Dhe datang untuk mengantar bapak berobat.

      “Le…nduk..semua perlengkapan bapakmu sudah siap,”suara pak Dhe memecahkan kebisuan Gimun dan bapak.  “Sudah pak Dhe,”jawab mbak Pariyah sambil mengakat bungkusan baju di tas plastik. Tak lama kemudian mobil hijet putih milik pak Dhe pun terpakir tepat didepan rumah. Aku lihat pak Dhe bersama salah satu tetanggaku membopong bapak ke mobil, dan bu Dhepun menyertainya.  

      Setelah berpamitan kami berenam hanya memandangi mobil putih itu sampai menghilang dibalik rimbunya perkebunan kopi lereng gunung Wilis. Air mata kami cukup mewakili kata-kata yang tak terucap, hanya lambaian tangan tak terbalaskan itulah yang bisa kami lakukan. Hanya ada doa kuat dalam hati kami agar bapak cepat sembuh.

       Sore menjelang magrib kami berenampun sudah siap-siap untuk menjalani sholat magrib berjamaah. Dengan lampu yang redup dan hujan gerimis diluar kami yang sudah lengkap dengan perlengkapan sholat hanya duduk dibalai ruang tengah sambil menunggu adzan magrib. Sangat Nampak jelas wajah Gimun  berharap cemas akan bapaknya. Sesekali pandangannya  melihat luar dari balik jendela. Harapannya bapak yang ditunggu cepat pulang atau cukup rawat jalan dirumah.

      Tak lama mobil putih milik pak Dhe terdengar didepan rumah…dan Alhamdulillah bapak tidak lagi di bopong, namun cukup dituntun sama pak dhe dan bu Dhe saja. Aku pun berlari menyambut bapak yang sudah pulang dari berobat. Namun wajah bapak sangat pucat sekali, hingga rasanya tak tega melihatnya. Sekilas terlihat bapak membisu sambil mengusap air matanya yang jatuh dipipi. “Bapak…Bapak….”panggil kami menyambutnya. Bapak pun memeluk kami sambil menangis. Kami jadi tanda tanya ada apa dengan bapak.

(bersambung)

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post