17. KUPU - KUPU TANPA SAYAP
(Tantangan hari ke-28)
#Tantangangurusiana
Ringkasan cerita yang lalu:
Kedatangan bapak malam itu membuat Gimun lega dan saudara-saudaranya. Doa yang dia panjatkan seakaan telah didengar oleh Yang Maha Kuasa…bahagia yang sangat luar biasa tak bisa tergambarkan oleh apa pun..Yah..bapak sebagai sumber energy telah kembali..
“Alhamdulillah…Bapak pulang!!”teriak Gimun dari ruang tengah…Seketika itu mas Tris dan saudara lainnya ikut berlari menyambut bapak dan Pak Dhe. Nampak wajah bapak yang bersinar dan tersenyum yang lebar. Kami pun berlima memeluk bapak dengan erat. Terdengar suara tangis mbak Sri dan mbak Pariyah yang menambah suasana haru…Pak Dhe pun berpamitan setelah mengantar bapak sampai depan pintu.
Bapak yang baru tiba pun akhirnya bercerita tentang kesehatanya kepada Gimun dan saudaranya. Kami lengkap bertujuh saat itu penasaran atas cerita bapak. “Bapak tidak sakit berat kok, Cuma kelelahan saja le,”suara bapak membuka cerita. “Mungkin selama ini bapak, kurang istirahat dan makan yang cukup sehingga kemari bapak pingsan di kebun,”jelas bapak lagi. “Oh..Alhamdulillah pak..semoga bapak sehat terus ya,”jawab mbak Pariyah sambil mengusap tangan diwajah sebagai tanda syukur. “Iya pak, maafkan saya tidak bias menyiapkan makanan yang layak buat bapak,”suara mbak Sri penuh penyesalan. “Ora nduk, bapak sing salah ora biso ngopeni apik kowe kabeh,”jawab bapak dengan logat jawa sambil mengusap kepala mbak Sri. Malam semakin larut kami habiskan dengan bercengkrama dengan bapak dan bertujuh saudara. Seakan bahagia itu telah kembali kerumah gubuk sederhana kami.
Pagi masih gelap seperti biasa setelah sholat subuh Gimun harus membantu kakaknya menyalakan api didapur untuk memasak. Pagi ini mbak Sri dan mbak Sutiyem asik memasak didapur dengan sedikit ada canda tawa yang menambah kehangatan pagi itu. Bapak pun sudah berbenah dengan menyiapkan alat kebunnya. Tapi mbak Sri masih melarang bapak untuk bekerja dulu. “Bapak, hari ini jangan bekerja dulu ya..istirahat dulu,”kata mbak Sri kepada bapak. “Iyo nduk, ini Cuma nyiapno aja kok,”jawab bapak. “Lho lha kamu apa ndak sekolah nduk?”tanya bapak penasaran. “Bapak …Sri sama Sutiyem minta maaf dan bapak jangan marah ya..kalau kami memutuskan tidak sekolah lagi. Biarlah kami berdua menjadi ibu buat Pariyah, Sutris, Gimun, Siti dan Nining. Lagian Nining dan Siti tidak ada yang momong pak,”jelas mbak Sri dengan mata berkaca-kaca.”Oalah nduk…bapak kedosan karo kowe.Bapak kedosan juga ke Emakmu nduk…,”jawab bapak sambil berderai air mata penuh penyesalan sambil memeluk mbak Sri dan mbak Sutiyem. Gimun dan Sutris hanya memandangi dari dekat tungku dapur sambil mengusap air mata haru atas pengorbanan kedua kakak perempuanya.
Pagi itu Gimun menceritakan prihal yang disampaikan bu Neti kepadanya tempo hari yang lalu. Dimana dia diminta untuk tetap harus melanjutkan sekolah dengan dibantu oleh bu Neti, termasuk dia akan diberikan sepeda untuk sekolah. Bapak mendengarkan dan mengiyakan apa yang disampaikan oleh Gimun. “Bapak hanya berpesan jadilah anak yang amanah dan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, semoga Allah yang Maha Kuasa bisa mewujudkan cita-citamu le,”pesan bapak ke Gimun. “Injih Bapak, pesan dan nasehat bapak akan Gimun jadikan azhimat untuk meraih cita-cita,”jawab Gimun sambil memeluk bapak. “Gimun juga berjanji akan mengakat derajat keluarga kita pak,”bisik Gimun ditelinga bapaknya. Dan bapak yang baru sembuh dari sakit itu pun meneteskan air mata.
(Bersambung)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar