WAHYU SAYEKTI

Wahyu Tri Sayekti M.Pd pernah mengajar di SMAN 1 SOOKO Mojokerto th 2000-2004, mengajar di SMPN 3 SARADAN kab.Madiun Th 2004-2005 dan SMPN 1 DAGANGAN kab.Madiun...

Selengkapnya
Navigasi Web
18.KUPU-KUPU TANPA SAYAP

18.KUPU-KUPU TANPA SAYAP

(Tantangan hari ke-29)

#Tantangangurusiana

 

Ringkasan cerita yang lalu:

Rasa bahagia yang tergambar dalam keluarga Gimun tak lepas dari doa yang selalu dia panjatkan untuk keluarga sederhananya agar selalu dalam lindungaNya. Kebahagian itu juga harus dibayar mahal atas kedua kakak perempuannya yang terpaksa putus sekolah, dan akhirnya buka suara ke bapaknya. Namun Gimun kecil sebagai harapan keluargannya berjanji suatu ketika akan berjuang untuk menggapai cita-citanya sekaligus mengakat derajat keluarganya.

6 Tahun kemudian….

              Kini Gimun dan Saudara-saudara sudah dewasa dan kedua kakak perempuanya sudah menikah dan memiliki anak. Mas Sutris sekarang juga sudah bekerja sebagai tenaga administrasi di Koprasi Unit Desa. Sedangkan Nining dan Siti masih sekolah yang dibiayai oleh bea siswa. Waktu berjalan begitu cepat, dengan menggulirkan banyak kisah yang menghantarkan pada masa depan yang lebih baik. Keterbatasan hidupnya tidak menghalangi Gimun dan saudaranya Sutris, Pariyah, Siti dan Nining untuk melanjutkan pendidikan demi masa depan. Mbak Pariyah melanjutkan pendidikan diperguruan Tinggi Negeri di Surabaya jurusan Akuntasi melalui jalur BIDIKMISI. Sedangkan bapak sekarang hanya mengurus kebun dibelakang rumah dan bekerja serabutan saja.

    Pengumuman kelulusan penerimaan prajurit Bintara di Angkatan Darat bagaikan mimpi bagi pemuda bernama Gimun. Cita-cita yang muncul setelah melalui pendidian dibangku menegah atas membawanya pada kenyataan. Doa dari bapak dan saudara-saudaranya serta keterbatasan ekonominya bisa menjadikan kekuatan sekaligus energy yang luar biasa baginya. Kerja keras dan doa yang selalu dipanjatkanya ternyata benar adanya bahwa hasil tak pernah mengkhianati prosesnya.

       Sore itu Gimun sudah siap-siap dengan segala bekal yang dibutuhkan dalam pendidikan Angkatan Darat. Tas ransel warna merah dengan jaket lusuh menjadi pemandangan sore itu untuk keberangkatan Gimun melanjutkan pendidikan Bintara AD di Solo. Kebanggaan bagi keluarga Gimun terutama bapak bisa mengantarnya sampai batas kota. Dengan rasa haru bapak mengusap kepala Gimun sambil berpesan”Le,..jadilah tentara yang amanah dan lurus membela bagsa dan Negara ya, bapak tidak bisa memberi apa-apa kecuali doa untukmu,”suara bapak bergetar sambil mencium kening Gimun.

       “Trima kasih Bapak… atas semua yang telah engkau upayakan untuk membesarkan kami smoga  doa dan nasehatmu akan selalu kuletakan diatas kepalaku, agar aku dapat melengkah menggapai cita-citaku,”Suara Gimun pasti. “Dan smoga setelah pendidikan nanti akan kupersembahkan lecana ini untuk bapak dan alrmahumah Emak,” janji Gimun ke bapak. Seraya bapak melambaikan tangan dari balik jendela bus yang membawa pergi Gimun.

-----

(Tamat)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post