2. BUIH OMBAK DITENGAH LAUTAN
(Tantangn Hari ke 49 )
#Tantangangurusiana
#Cerbung
Ringkasan cerita yang lalu:
Libur akhir semester lima ini menurut Satria agak berbeda dengan liburan semester yang lalu, ada kebingungan yang dirasakannya terhadap Rena kekasihnya. Liburan kepantai bersama kelima temannya tidak mampu menghibur kebingungannya. Kegalauannya terlukis ketika matanya sulit terpejam sedangkan pikirannya masih mencari jawaban atas keganjilan yang dirasakannya pada Rena...
“Sat..!! bangunn..kamu kenapa?,”kata Soni sambil membangunkan Satria yang sedang mengigau. “Aaapa..aku mengigau ya,”kata Satria bangun sambil mengusap kedua mata matanya. Nampak sekali tergambar lelah dan lesu diwajah Satria, maklumlah tidurnya sangat larut malam bahkan menjelang pagi baru bisa tidur. “Kamu kelihatan masih ngantuk Sat, sudahlah tidur lagi sana...hari ini main dipantainya agak siang aja,” kata soni sambil menepuk punggung Satria. Dan Satria pun melanjutkan tidur kembali, sedangkan temanya sudah merapikan tenda dan mempersiapkan sarapan pagi.
Hari kedua camping dipantai Balai Kambang yang terletak di Malang Selatan telah menghipnotis mereka untuk menikmati keindahan pantai sekaligus deburan ombak yang pecah dibatu karang yang sekilas bagaikan berada dipantai Kuta Bali. Satria yang telah bangun pun ikut berlarian untuk mandi dipantai bersama temannya. Panasnya mentari seakan tak dirasakan, hanya suara tawa mereka yang tercampur dengan suara deburan ombak. Setelah puas bermain air, mereka pun berbaring dipasir pantai yang dinaungi oleh pepohonan.
“Broo, besok kita kembali ke kosan jam berapa ya?”tanya Satria pada teman-temannya. “Enaknya, kita pulang pagi aja setelah sarapan, gimana?”jawab Doni menawarkan ke teman-temannya. “Kalau aku manut aja, sekalian kita lihat situasi esok ya,” jawab Satria. Semua mengangguk tanda setuju sambil menatap lau luas didepannya. Satria yang lelah mulai terlelap, dan bermimpi. Dalam mimpinya dia melihat, Rena sedang berjuang memadamkan api yang membakar rumahnya. Satria berlari menolongnya tapi apa daya tubuhnya Rena terlalap api dan Satria hanya terduduk menangis sambil memanggil namanya saja. Dan..”Satt..Satria bangun!!, suara temannya mengguncang-guncang tubuh Satria. “Kamu ngigau lagi,”kata Doni sambil membangunkan Satria. Perasaan baru sebentar Satria tertidur tapi mudah sekali terlelap dan ujung-ujungnya mengigau..Mungkin semua ini karena beban pikirannya yang berat tentang kekasihnya.
Setelah puas menikmati pantai mereka berlima pun membersihkan badan dan kembali ke tenda. Tiba-tiba telpon selluler Satria berbunyi ,..”Hallo, Satria ini aku Dinda teman sekamar Rena, kamu sekarang sedang dimana?”tanya Dinda pada satria. “Emang, ada apa Din?” tanya Satria balik. “Rena,Sat...sekarang masuk rumah sakit...kamu kembali sekarang ya?” pinta Dinda tanpa memperdulikan Satria ada dimana. “Apa...?..apa yang terjadi sama Rena Din?”Tanya Satria semakin gelisah. Teman-temannya hanya memandangi Satria sama sesekali menepuk punggungnya. “Nanti aja kamu akan tahu, sekarang kamu kerumah sakit Lavallet, Rena dirawat disana,” kata Dinda dan telpon pun ditutup karena terdengar suster memanggilnya.
Satria yang gugup minta pendapat teman-temannya, dan mereka sepakat sore itu kembali ke kota Malang tanpa menunggu esok hari. Ternyata mimpi singkat Satria tadi adalah firasat mengenai sesuatu yang akan terjadi pada kekasihnya. Satria pun bergegas masuk kedalam rumah sakit dengan diantar salah satu temannya Doni, sedangkan teman yang lainnya langsung kembali ke kosan.
Nampak kegelisahan diwajah Satria, sambil sesekali melihat jam ditangannya. Matanya mencari-cari Dinda dan akhirnya mereka bertemu di UGD. “Din..apa yang terjadi sama Rena,”tanya Satria. “Maaf Sat, tadi sepulang dari kampus aku melihat Rena pingsan dilantai kamar dengan obat berceceran dilantai,” kata Dinda menjelaskan. “Memangnya Rena sakit?” tanya Satria. “Yang saya tahu akhir-akhir ini memang dia tidak sehat, tapi tidak pernah bercerita tentang sakitnya,”kata Dinda menjelaskan. Tiba-tiba terdengar suara para perawat memberi aba-aba beuntuk memasang pacu jantung pada Rena. Kami yang dibalik kaca hanya membisu dengan sesekali mulut kami membaca doa agar tak terjadi apa-apa sama Rena. Nampak mata Satria basah akan air mata, dan disana tergambar ada rasa penyesalan atas prasangka yang selalu ada pada pikirannya selama ini. “Maafkan aku Rena,”suara penyesalan Satria sambil mengepalkan tangannya kedinding.
(Bersambung)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar