3. BUIH OMBAK DITENGAH LAUTAN
(Tantangn Hari ke 50)
#Tantangangurusiana
#Cerbung
Ringkasan cerita yang lalu:
Firasat melalui mimpi Satria mengenai Rena kekasihnya ketika tertidur dipantai menjadi kenyataan. Kabar mengejutkan dari Dinda melalui telpon selluler Satria mengenai keadaan Rena, membuat kelima temannya memutuskan untuk kembali ke kota Malang. Beberapa temannya kembali ke kostan, sedangkan Satria hanya ditemani Doni menuju ruamah sakit Lavallet tempat Rena dirawat...
Kesedihan Satria semakin bertambah setelah mendengar cerita dari Dinda teman satu kamar dengan Rena. Selama ini ternyata kekasihnya telah menyimpan sakit namun tak pernah diceritakan padanya. Dan rasa bersalah Satria semakin bertambah lagi, ketika Rena mulai menjauh dan meminta Satria untuk melupakannya justru dia menaggapi dengan segala prasangka. Ternyata ini awal rahasia itu mulai terbuka...
“Nak Dinda,...apa yang terjadi dengan Rena? Apa sakitnya kambuh lagi?” pertanyaan bertubi-tubi dari ibu Rena yang baru saja datang dari Lawang. Nampak sekali terlukis wajah sedih dari ibunya Rena, sesekali tangannya mengusap air mata yang berlinang. “Saya tidak tahu bu, tadi ketika pulang dari kampus, saya sudah melihat Rena terbaring dilantai dengan obat yang berceceran,” jawab Dinda menjelaskan. Melihat ibunya Rena menangis ayahnya pun memeluk sambil menenangkannya.
“Bu maafkan saya, yang tak bisa menjaga Rena selama di Malang,”kata Satria sambil menunduk. “Ah..tidak apa-apa nak Satria, Rena memang sangat tertutup mengenai sakitnya ini. Sejak kecil Rena memang sering sakit, tapi anak ini semangatnya tinggi sehingga mampu melalui setiap masa sulit seperti saat ini, “jawab ayah Rena Kepada Satria. Dalam benak Satria masih bertanya-tanya sebenarnya sakit apa yang ditutupi oleh Rena. Dan akhirnya Satria memberanikan diri bertanya kepada orang tua Rena. “Maaf kan saya Bapak dan ibu, bila pertanyaan saya lancang dan tidak sopan. Sebenarnya Rena selama ini sakit apa? Dia tidak pernah bercerita soal ini kepada saya,” kata Satria kepada orang tua Rena.
“Nak Satria,..Rena sejak kecil memang punya kelaianan pada darahnya. Dia mengindap Thalassemia, penyakit ini diturunkan dari neneknya. Setelah dia tahu dan sadar akan penyakitnya, Rena mulai merahasikan karena takut kamu tidak mau bersamanya,”kata ayah Rena denagan menunduk. “Sekarang kamu sudah tahu tentang keadaan Rena, semua terserah padamu nak Satria. Bapak tidak ingin kamu kecewa dikemudian hari,”kata ayah Rena sambil menepuk punggung Satria. Kata orang tua Rena yang jujur menceritakan tentang kondisi kesehatan kekasihnya bagaikan petir menghujam kepalanya. Satria hanya terdiam tak mampu menjawab, hanya temannya Doni menepuk punggung Satria untuk menguatkannya.
Tak lama kemudian dokter yang merawat rena keluar dari ruang UGD dan menemui orang tua Rena. Dokter itu mempersilahkan orang tuanya mengikuti keruang dokter. Satria bersama Dinda dan Doni hanya menunggu di depan UGD. Mereka belum boleh untuk masuk menjenguk Rena yang sedang dipasang oksigen dan beberapa selang dimulut dan impus ditangannya. Pemandangan yang miris dari balik kaca tempatnya dirawat saat ini.
“Don, aku rasanya tak tega dan bahkan tak pernah membayangkan orang yang aku kasihi akan seperti ini,”kata Satria dengan mata berkaca-kaca. “Kadang aku memang berselisih dengannya, tapi demi Tuhan Don,...aku sangat cinta padanya,”suara Satria semakin serak dengan air mata semakin deras. “Aku dan Rena pernah bermimpi untuk memiliki rumah singgah bagi anak-anak jalanan, tapi ...belum terwujud karena Rena sudah terlanjur memintaku untuk menjauhinya tanpa sebab,” kata Satria kepada Doni. Belum sempat dijawab oleh Doni tiba-tiba lampu merah menyala di depan kamar Rena sebagai tanda ada kegawatan atau kedaruratan pada Rena. Dan nampak kesibukan para perawat dan dokter diruang Rena. Kami semua terdiam sambil berdoa sambil terus memantau Rena dari balik kaca. Suara tangis ibu Rena tak lagi bisa ditahan dengan dipeluk Dinda kedua wanita itu saling berpelukan. Aku dan Doni hanya bisa pasrah namun tetap memohon kepada Tuhan agar masa kritis Rena cepat berlalu.
(Bersambung)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar