(Tantangan hari ke 40)

#Tantangangurusiana

#Cerbung

Ringkasan cerita yang lalu:

Kecelakaan kecil yang menyebabkan kue klepon Murni berantakan, membuatnya takut bercerita sama kakak perempuannya Nanik. Dalam hati kecilnya cukup dengan ibu saja dia akan bercerita tentang kejadian itu, karena dia tahu ibu akan memahaminya dan tak akan marah padanya.

Setelah berbincangan dengan ibu telah selesai, Murnipun beranjak untuk mejalankan shoat dzuhur. Ada rasa lega nampak diwajahnya, sehingga menjadikannya harus berhati-hati untuk hari berikutnya agar kejadian hari ini tidak terulang lagi. Tanpa terasa waktu berjalan dengan cepat, jam didinding menujukan pukul 16.00 WIB dan Murni harus melanjutkan kegiatan mengaji Tafidz di pondok pesantren dekat rumahnya. Aktivitas ini sudah dia jalani sejak usia 5 tahun hingga Murni sudah khatam menghafal Al Quraan sampai 30 Juz. Perjuangan yang luar biasa dan tak mudah bagi anak seusianya. Perjuangan Murni untuk menghafal Al Qur’an sebenarnya sudah dimulai ketika alrmahum ayahnya masih hidup. Atas bimbingan ayahnya yang notabene adalah pengurus pondok pesantren dekat rumahnya, beliau juga selalu memantau hafalan kami kedua putrinya. Namun demikian Kakak perempuannya saat ini hanya baru hafal 10 Juz saja, cukup lumayan juga. Semoga hafalan Qur’an yang telah diksanakan Murni dan kakaknya bisa menjadikan berkah bagi keduanya.

Keesok harinya, ketika waktu menujukan 04.30 WIB Murni dan kakaknya sudah terbangun untuk melaksankan sholat Subuh berjamaah dengan ibunya. Setelah itu Murni dan kakaknya berbagi tugas, diantaranya Murni sibuk membantu ibu menyiapkan kue dagangan seperti biasanya. Sedangkan kakaknya membantu ibu didapur untuk menyiapkan sarapan pagi. Baju seragam yang kemarin kotorpun sudah dia cuci kemarin dan sekarang dia kenakan dengan bersih dan rapi. Setelah sarapan pagi Murni dan kakaknya berpamitan untuk berangkat kepada ibunya, dengan tak lupa membawa kue dagangannya kesekolah.

Sesampai disekolah, Murni dihampiri oleh ibu Yani yang tak lain adalah wali kelasnya. Beliau meminta Murni untuk menemui pak Fuad Waka kesiswaan. Murnipun bertanya-tanya dalam hati ada apa ya...kok tiba-tiba harus menemui pak Fuad. Tokk..tok..tok..Murni mengetuk pintu ruang Kesiswaan, disana sudah nampak ada pak Fuad dan beberapa guru Agama sekolah kami. “Silahkan masuk Murni dan duduklah,”kata pak Fuad mempersilahkan Murni. “Trima kasih pak,”jawab Murni sopan.

“Murni kamu dipanggil ini, pasti bertanya-tanya ada apa khan,”kata pak Fuad membuka pembicaraan. “Nduk Murni, kamu dipanggil ini dalam rangka untuk mewakili sekolah untuk memperingati hari Santri Nasional maka Pemerintah daerah akan mengadakan lomba Hafalan Qur’an tingkat Kabupaten dan apabila nanti kamu lolos pada tahap penyisihan ini maka kamu akan maju ketingkat Provensi,”kata pak Fuad menjelaskan. Murni hanya mengangguk mengiyakan apa yang disampaikan oleh Waka Kesiswaan. “Kamu jangan khawatir Murni, nanti untuk berlatih kamu akan didampingi bapak dan ibu guru Agama sekaligus satu Ustadz dari luar yang akan mendampingimu berlatih, “kata pak Fuad melengkapi infonya.

“Insyaallah saya siap pak,” kata Murni tanpa ragu. “Kalau begitu mulai hari ini setiap pulang sekolah kamu sudah bisa mulai latihan,”kata pak Yusuf guru agama Murni. “Iya pak, “kata murni menandakan kalau dia siap. Setelah Waka Kesiswaan memberi pengarahan Murni bserta jajarannya, maka Murni disuruh kembali kekelasnya karena waktu menujukan sudah jam ke-dua.

Murni merasa seperti mimpi saja pagi ini. Tiba-tiba dia dipanggil dan ditunjuk untuk mewakili sekolah, ada rasa haru dan bangga karena dipercaya mewakili sekolah. Terbayang kembali wajah alrmahum ayahnya yang selalu membimbing dan mengontrol hafalan Al Qur’annya. Ayah dengarlah....Murni akan mewujudkan mimpimu untuk mejadi Hafidoh Al Qur’an. Dan Murni pun melangkah dengan wajah tersenyum..

(Bersambung)