3.PELANGI TANPA WARNA
(Tantangan hari ke 35)
#Tantangangurusiana
#Cerbung
Ringkasan cerita yang lalu:
Kehadiran Pelangi ditengah para undangan wali murid sebenarnya membuatnya malu tapi rasa itu akhrinya dapat diabaikannya. Dia memahami keadaan bunda dan simbahnya yang tak bisa menghadiri undangan itu. Namanya tercatat sebagai siswa berprestasi dengan peringkat kelas ke dua. Hati Pelangi teraduk-adauk antara senang, sedih dan kecewa pada dirinya. Akhirnya rasa yang ia tahan itu ditumpahkan kepada ibu wali kelasnya yang sangat memahami keadaannya....
Suasana haru masih menyelimuti Pelangi yang masih larut memeluk wali kelasnya. Ruang kelas yang telah sepi membuat leluasa bagi Pelangi, untuk sekedar mengukapkan perasaannya yang tak sanggup dia ucapkan. Wali kelasnya yang penuh keibuan tentu sudah memahami kelembutan bocah remaja itu, sehingga tak perlu harus berkata banyak cukup dipeluk saja bahu Pelangi untuk menenangkan kegundahannya. Akhirnya Pelangi memohon pamit kepada wali kelasnya setelah semua penat kebisuannya sudah dianggap cukup tertumpahkan kepadanya. Remaja itu pulang dengan langkah nampak tegar, namun sebenarnya ada kerapuhan dalam hatinya.
Pelangi yang lelah sepulang dari sekolah langsung masuk kamar untuk merebahkan badannya diatas tempat tidur. Tak lama tiba-tiba pintu kamarnya diketok oleh seseorang yang tak lain adalah simbahnya. Tok...tok..tok,”Nduk simbah boleh masuk,” suara simbah mengetok pintu. “Masuk aja mbah, Pelangi belum tidur kok,” jawab Pelangi menjawab dari dalam kamar. Akhirnya simbah masuk kamar dan memulai untuk bercakap-cakap dengan Pelangi, yang tujuannya sekedar menayakan rapot yang diterimanya. “Alhamdulillah nduk nilaimu bagus..Simbah bangga sama kamu,”suara simbah penuh bahagia sambil memeluk Pelangi. “Trima kasih Mbah, ..mungkin semua juga atas dorongan, semangat dan doa dari simbah juga, sehingga Pelangi bisa terus berprestasi,”jawab Pelangi dengan membisikan ditelinga simbahnya. Simbah pun memeluk semakin erat cucu semata wayangnya dengan penuh kasih sayang, tanpa menayakan bagaimana perasaan bocah remaja itu.
Kegelisahan Pelangi semakin parah saat menunggu bundanya belum menghubunginya untuk sekedar menayakan prestasinya. Tangannya yang gelisah hanya memainkan telpon selluler dengan sesekali mengecek chat nomor bundanya. Hati kecilnya berontak,..Pelangi hanya duduk disisi jendela kamarnya sambil meniupkan kata rindu pada bundanya yang kadang tersapu oleh angin...
“Bunda...dengarlah!...aku putrimu Pelangi yang telah membanggakan Bunda dan Simbah.. saat ini rindu perhatianmu...,”suara protes Pelangi disertai isak tangis untuk kesekian kali.. Nama indah Pelangi yang melekat pada bocah remaja putri itu seakan berubah tak berwarna lagi. Ketidak berdayaannya dan rasa rindu yang mendalam kepada bundanya membuat mata indahnya selalu berderai air mata.
(Bersambung)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar