4. PELANGI TANPA WARNA
(Tantangan hari ke 36)
#Tantangangurusiana
#Cerbung
Ringkasan cerita yang lalu:
Penantian Pelangi untuk menunggu telpon atau WA dari bunda membuatnya gelisah. Ada rasa rindu untuk bunda hanya sekedar menanti ditayakan tentang prestasinya hari ini. Kebosanan Pelangi dia lalui hanya dengan duduk disisi jendela kamar, dengan sesekali memainkan ponselnya...
Mentari sudah mulai tenggelam diufuk barat cakrawala, Pelangi masih saja setia menanti kabar dari bunda. Tak biasanya bunda membiarkan moment penting itu tanpa menghubunginya sama sekali. Ada rasa resah teramat dalam di hati Pelangi, dan pikiran prasangkanya mulai berubah dari perasaan kecewanya menjadi mengkuatirkan keadaan bundanya. Tangan mungilnya mulai memberanikan memencet tombol telpon bunda, dan nada sambung mulai terdengar...dan tidak diangkat-angkat. Pelangi pun lari keluar kamar mencari simbahnya untuk menemaninya dalam menghubungi bunda.
“Mbah...bunda ditelpon kok ndak bisa kenapa ya,,,perasaanku jadi ndak enak ya Mbah,”suara Pelangi bergetar dan nampak kebingungan. “Mungkin bunda sibuk nduk,”jawab simbah mulai menenangkan Pelangi. “Mbah..Pelangi kuatir keadaan bunda disana....karena tidak biasannya bunda tidak menghubungi kalau ada acara penting seperti hari ini,”kata Pelangi dengan mata berkaca-kaca. “Berdoa saja nduk, smoga bunda disana baik-baik saja,” jawab simbah sambil merangkul pelangi.
Suara Adzan Mahgrib mulai berkumandang, Pelangipun mulai beranjak untuk melaksanakan sholat Mahgrib. Dalam sholat itu terdengar suara isak tangis Pelangi yang sedang memanjatkan doa untuk bunda tercinta. Tuut....tuuttt...tiba-tiba suara ponsel Pelangi berbunyi. Pelangi langsung beranjat berdiri mengambil ponsel dimeja makan ruang tengah. Disana sudah ada Embah yang sudah selesai sholat Mahgrib duduk dikursi meja makan.
“Assallamuallaikum bunda...,”suara Pelangi bergetar. ”Waallaikumsallam bidadarinya bunda..,”terdengar suara bunda sangat lemah. “Bunda kenapa suaranya lemah? Bunda sakit ya?”tanya Pelangi penuh penasaran.“Pelangi bunda minta maaf ya...baru bisa menghubungimu..Bunda baru saja sadar satu jam lalu..hari ini bunda terkena musibah kecelakaan saat istirahat kantor dan akan makan siang...dan sekarang masih dirawat dirumah sakit, keadaan bunda insyaallah tidak apa-apa sayang. Kamu dan Embah tidak usah kawatir karena disini teman-teman bunda sudah banyak yang menolong,”kata bunda menjelaskan. Pelangi hanya terdiam namun air matanya mengalir sangat deras. Simbah yang mendengar langsung berdiri dan merebut ponsel Pelangi untuk melanjutkan bercakap-cakap dengan bunda.
Pelangi langsung masuk kamar dan menumpahkan tangisnya diatas bantal. Rasa berdosa menyelimuti hati kecil remaja putri itu. Penyesalannya adalah tidak semestinya dia berprasangka menuntut bundanya seperti itu...Yaa Allah ampunilah aku...suara Pelangi disela tangisnya. Tak lama simbahpun menyusul Pelangi dalam kamar. Tangannya yang keriput namun hangat kasih sayang itu membelai cucu tersayangnya. “Nduk..kamu tidak salah, tidak usah menyesali dan menyalahkan dirimu seperti itu. Semua karena musibah dan alhamdulillah bundamu masih dilindungi oleh Gusti Allah,”kata simbah. “Sudah...ayo hapus air matanya Pelangi,”kata simbah sambil memeluk Pelangi.
Ketika hati pelangi sudah mulai tenang, diambilah buku kecil bersampul biru tempat Pelangi menggoreskan curhatan hatinya. Tangannya mulai menari-nari diatas buku diary untuk menulis sebuah puisi untuk bundanya. Ungkapan rasa yang tak sanggup dia sampaikan secara lesan itu itu bisa mewakili ungkapan hatinya.
BUNDA
Engkau adalah nafasku...
Perjuanganmu adalah detak nadiku
Doamu adalah nyawaku
Belaian sayangmu adalah rinduku...
Bunda...
Dengarlah sebentar suara jantungku...
Betapa hebat irama ritmenya
Hanya menahan namamu dihatiku
Bunda maafkan aku...
Beranjaklah sebentar untuk memelukku
Bisikan cerita sayang padaku
Agar aku kuat dan tak rapuh..
Setelah tulisan puisi itu selesai ia tulis, remaja putri itu membuka jendela kamarnya. Pemandangan malam itu sangat indah dengan bintang bertaburan di jagat raya. Wajahnya mengadah keatas dia titipakan kembali rasa pennyesalan kepada bunda lewat angin malam. Pelangi pun berjanji dalam hatinya tidak akan berprasangka buruk lagi pada bundanya...”Bunda aku sayang padamu,”suara Pelangi lirih yang ia hembuskan dalam terangnya bintang malam itu.
----
(Tamat)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren Bun. Semangat terus berliterasi, sukses selalu.